O1. fussy
[×××]
Rasanya baru kemarin aku menghadapi kecerewetannya yang sudah kerap kali terdengar.
Padahal aku yakin akan kadar kecerewetannya tiap hari. Tapi hari itu rasanya menjadi bertambah berkali lipat.
[×××]
"SHINYA-NII INI GABOLEH TARUH DI SINIII."
"Shinya-nii ambilin aku cemilan doooong."
"IH GAMAU YANG INI!"
"SHINYA-NII HABIS MANDI KENAPA GAK BERSIHIN LANTAINYA DIH, BANYAK SABUN KALAU AKU JATUH GIMANAAA."
Pemuda berhelai pucat itu mendesah pelan. Ada ada dengan sosok adik kecilnya yang satu itu? Sedari tadi hanya penuh omelan, Shinya sudah pusing dengan segala macam laporan dari Pasukan Bulan Siluman jadi tambah pusing.
Ini hari kerja, seharian Shinya ada di kantor. Bahkan hingga menjelang sore berbagai laporan belum sempat terbaca dan Shinya memilih melanjutkannya di rumah. Dan saat pemuda itu bertanya mengapa adiknya tidak pergi sekolah hari ini, gadis itu menjawab ia sudah izin untuk pembasmian vanpir besok. Ya, ada misi yang cukup besar memang esok hari. Jadi, Shinya ingin menyelesaikan mengurusi laporan-laporan ini secepatnya.
Dia juga tidak yakin kalau Akakihara sedang tidak kedatangan tamu saat ini. Adiknya itu yang bilang sendiri sudah sebulan ini dia tidak dapat tamu. Mengeluh.
Shinya menjawab sekenanya agar adiknya tidak usah terlalu banyak pikiran dan makan serta istirahat teratur. Habisnya Akakihara suka ngeyel kalau disuruh makan sayur dan jangan begadang. Padahal gadis itu tahu persis bagaimana melelahkannya menjadi Anggota Bulan Siluman.
Brak!
"Shinya-nii! Siapa habis makan ramen? Kenapa bekasnya nggak diberesin? Nyampah aja! Beresin dulu!" seru Akakihara tanpa ampun menembus kamar kerja seorang Shinya dan mencubiti lengan kakaknya.
"Aah! Wakatta, wakatta, sabar sebentar Aka-chan, sedikit lagi!" Shinya berusaha menghindari sabetan adiknya kala atensi tak lepas dari laporan di tangan.
Akakihara menghentikan aksinya seperdetik kemudian, merengut. "Penting sekali? Sampai aku kalah penting? Dari siapa? Kureto-nii?"
Tangan Shinya menjangkau wajah Akakihara, berhasil mendapatkan pipinya lalu menariknya.
"Itta! Shinya-nii apa-apaan, sih?!"
"Aka-chan yang apa-apaan. Begini saja ngambek, cerewet seharian, kenapa, hm?" Shinya selesai membubuhkan tanda tangan di kertas lantas menanggalkan pulpen dari jemari, menatap ke arah sang adik.
"Loh, aku kan cuma mengingatkan, mana ada cerewet?!"
Shinya gemas, segera bangkit dan menaruh telunjuknya di bibir Akakihara. "Ssh, sudah diam. Aku mau beres-beres dapur sekalian masak biar Aka-chan tidak cerewet lagi." Katanya lantas melarikan diri dari kamar kerjanya.
"Iiih, Shinya-nii!!" gadis itupun segera menyusul sang kakak berlarian ke arah dapur.
[×××]
"Aka-chan …,"
"Hmm."
"Berapa kali harus aku bilang, makanlah sayurnya juga—"
"Nggak mau! Nggak enak! Nggak suka! Hambar!" potong gadis berhelai senada dengan milik Shinya itu menuding dengan iris permatanya, menggembungkan pipi yang sudah penuh dengan udang goreng plus nasi.
Shinya malah iseng mendekatkan mangkuk salad sayur yang tanpa disangka menghasilkan respon yang agaknya berlebihan dari Akakihara.
Gadis itu menutup mulut, berdiri dengan begitu kasar dari kursinya, dan segera berlari masuk ke kamar mandi.
Suara terbatuk-batuk dari arah kamar mandi yang tidak tertutup sempurna terdengar disambut suara keran air yang dibuka kemudian.
Shinya mengernyit kening. Ia tahu betul Akakihara tidak suka dan terkesan membenci sayur, tapi biasanya tidak sampai seperti ini? Atau ada penyebab lainnya?
"… Aka-chan kau baik-baik saja? Muntah?" Shinya dapat menyaksikan mata biru permata senada dengan miliknya di sana berair saat mereka bertemu di ambang pintu kamar mandi.
Akakihara mengusap wajahnya kasar, mendengus. "Shinya-nii keterlaluan! Aku sedang sensitif dengan beberapa benda dan bebauan, tau!"
"Heh? Sejak kapan?"
"Sejak aku melatih beberapa sihir baru. Kepalaku akan terasa sangat penuh dan sulit menerima realita dan ilusi. Dibayanganku sayur-sayur tadi terlihat dan berbau sangat buruk."
Shinya memasang wajah bersalah, sedikit. Iya, hanya sedikit. Namun ia berakhir merangkul adiknya tersebut. "Maaf, aku 'kan tidak tahu. Makanya lain kali Aka-chan cerita, ya? Dan juga jangan suka mencoba hal-hal aneh yang berbahaya sendirian." Nasihat Shinya mendekatkan wajah dan mengecup leher Akakihara.
"Ssh … S-Shinya-nii!" mendorong tubuh sang kakak menjauh dan menundukkan kepala. "Iya, maaf. Aku ke kamar dulu persiapan untuk besok, tolong bereskan makan malamnya." Kata gadis itu lantas berlalu menghilang masuk ke dalam kamarnya.
Shinya menghela napas.
"Kuharap ia tak menyembunyikan apapun dariku."
[×××]
Aku mendesah kasar dan membaringkan badan di ranjang dengan tangan di atas menimpa kening, menutup mata.
Berapa lama lagi aku bisa menanggung dosa ini sendirian?
[×××]
27/7/2019
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top