Chapter 2 : Jatuh cinta pada pemuda yang salah
Terima kasih sudah sabar menunggu. Terima kasih jg sudah meninggalkan jejaknya di cerita ini. happy reading !
^OD^
Min Ji Hwan menatap tak berselera dengan segala sesuatu yang berwarna cerah dihadapannya. Ibunya tersenyum sambil memilih hiasan seperti binyeo yang biasa dikenakan oleh wanita yang sudah menikah. Nyonya Yoon begitu bersemangat dengan semua persiapan pernikahan untuk putra bungsunya. Nyonya bangsawan itu memesan hiasan terbaik yang bisa ia dapatkan untuk calon menantunya.
" Ji Hwan-ah, coba lihat apakah semua hadiah ini sudah cukup untuk calon istrimu ?" tanya Nyonya Yoon pada putra bungsunya. Berusaha mencari tahu pendapat putranya mengenai hadiah yang akan mereka kirim pada calon mempelai dari Ji Hwan. Hadiah tersebut akan mereka kirim begitu mendapat pesan dari keluarga mempelai perempuan.
Ji Hwan melirik tak bersemangat. " Apapun yang dipilihkan eomeoni pasti akan sangat cantik. Aku serahkan semua pada eomeoni."
Nyonya Yoon meletakkan norigae giok yang tadi ia pegang. Matanya kini menatap tajam pada putranya. Wanita bangsawan itu tak habis pikir kenapa putra bungsunya sangat berbeda dari putra sulungnya. Ji Hwan seperti tak tertarik pada apapun yang menyangkut pernikahannya.
"Ji Hwan-ah, tidak bisakah kau sedikit memberikan perhatian pada pernikahan yang akan kau laksanakan ? Bagaimanapun juga, kami sudah memilih gadis terbaik dari keluarga terpandang dan memiliki status tak kalah tinggi denganmu." Ceramah ibunya pada Ji Hwan.
" Aku hanya tertarik jika gadis yang aku nikahi itu adalah gadis yang aku cintai. Bagaimana mungkin aku menikah tanpa dilandasi oleh cinta,eomeoni ?"
Nyonya Yoon tertegun mendengar ucapan dari putra bungsunya. Wanita bangsawan itu diam selama beberapa detik. Sebelum akhirnya tertawa terbahak. Menertawakan suatu gagasan yang tidak akan mungkin terjadi di jaman seperti ini.
" Aigoo.. Ji Hwan-ah. Apa yang sebenarnya kau pikirkan,oh ? Kau pikir sesuatu yang seperti itu akan terjadi disaat seperti ini ?" Nyonya Yoon terkekeh. " Berhentilah bermimpi seperti itu,Ji Hwan-ah. Disaat seperti ini, seharusnya kau tak memikirkan itu. Lebih baik, kau memikirkan calon istrimu. Kami sudah memilih yang terbaik. Lewat pernikahan ini, lagi – lagi dua klan besar akan bersatu. Ini benar – benar berkah untuk keluarga kita." Ucap ibunya sambil kembali memilih hadiah untuk calon menantunya.
Ji Hwan merasa muak dengan ucapan ibunya. Pemuda itu memilih untuk tidak membalas ucapan ibunya. Meskipun Ji Hwan kesal setengah mati dengan ucapan ibunya, tapi pemuda itu masih menghormati wanita yang duduk didepannya. Wanita itu adalah wanita yang sudah melahirkan dirinya ke dunia.
Ji Hwan memilih kembali menatap buku yang terbuka di depannya. menenggelamkan pikirannya kembali dalam buku. Baru saja beberapa kata terbaca oleh pemuda itu, seorang pelayan membungkuk dan mendatangi dirinya.
" Manim,doryeonim. Mohon maaf menganggu waktu anda." Ucap pelayan tersebut.
Nyonya Yoon kembali menghentikan kegiatannya dalam memilih hadiah untuk calon menantunya. Wanita bangsawan itu menatap tajam pada pelayan yang baru saja mengganggu waktunya dengan putra bungsunya. Matanya memperlihatkan pandangan tak suka karena sudah diganggu.
" Ada apa ?" tanya Nyonya Yoon tanpa basa – basi.
Pelayan itu sedikit gemetar mendengar suara tajam dari nyonya nya. Menyadari bahwa ada perasaan tak suka dari Nyonya Yoon karena diganggu. Gadis muda itu kemudian membungkuk serendah mungkin dihadapan Nyonya Yoon. " Mohon maafkan hamba,manim. Tapi, hamba hanya ingin menyapaikan bahwa ada seseorang yang ingin menemui doryeonim. Seseorang tersebut mengatakan ada hal penting yang ingin disampaikan pada doryeonim. Seseorang itu juga mengatakan bahwa ia seseorang yang ditemui doryeonim di festival lampion."
Ji Hwan tersentak mendengar berita yang disampaikan oleh salah satu pelayan rumahnya. Tanpa disadari, Ji Hwan sudah bangkit berdiri dari duduknya. Menatap tak percaya pada pelayannya. Dan tanpa mengatakan apapun, Ji Hwan bergegas pergi dari ruangan tempat ia tadi sedang membaca sementara sang ibu memilih perhiasan untuk hadiah pernikahan.
Nyonya Yoon menatap kepergian putranya dengan dahi mengernyit. Tidak biasanya. Tidak biasanya Ji Hwan terlihat begitu bersemangat, bahkan melupakan bahwa ia sedang bersama ibunya. Putranya terlihat aneh begitu pulang dari festival lampion beberapa hari yang lalu.
^OD^
Hyeri berjalan mondar – mandir dihalaman rumah Perdana Menteri Min. Gadis itu terlihat sedikit resah karena sudah bertindak seberani ini. Hyeri tak tahu apa yang akan ibunya katakan jika tahu Hyeri menemui pemuda yang akan menikah. Tapi, bagaimanapun hati Hyeri mendesaknya untuk bertemu Ji Hwan. Setidaknya sekali sebelum ia mendapat kabar bahwa tuan muda dari rumah perdana menteri kanan sudah menikah.
Hyeri mengedarkan pandangannya kesekeliling rumah perdana menteri. Rumah tersebut terlihat lebih besar dan megah dibandingkan rumah keluarganya. Tentu saja, Hyeri sudah memasuki rumah dari seorang menteri istana yang sangat terkenal. Hyeri juga melihat ada beberapa pelayan yang sedang sibuk menyiapkan sesuatu. Sepertinya mereka sedang menyiapkan beberapa hadiah untuk pernikahan. Semua itu cukup menohok hati Hyeri. Dadanya kembali berdenyut sakit melihat semua itu.
" Agasshi, aku sama sekali tak menyangka kau akan berkunjung kerumahku."
Ucapan dari seseorang itu membuat Hyeri berbalik. Gadis itu terkejut ketika melihat pemuda yang dicarinya kini berdiri didepannya. Hyeri segera membungkuk hormat pada pemuda bernama Min Ji Hwan itu.
" Mohon maaf menganggu waktu anda,doryeonim. Kedatanganku kemari ingin mengembalikan sesuatu padamu." Hyeri kemudian menyerahkan sebuah kantong kecil pada Ji Hwan.
Ji Hwan mengernyitkan dahinya ketika melihat kantong kecil yang disodorkan oleh gadis didepannya. Pemuda itu tahu betul isi dari kantong kecil tersebut. Ji Hwan kini menyerahkan kembali kantung kecil itu kearah sang pemilik.
" Bukankah sudah kukatakan sebelumnya, agasshi ? Kau tak perlu mengembalikan uang yang aku gunakan pada malam festival itu. Aku sudah menganggapnya sebagai uang yang aku gunakan untuk menghibur diri. Anggap saja,malam itu kita memang ditakdirkan untuk menghabiskan waktu bersama dimalam festival. Ambil kembali uangmu,agasshi." balas Ji Hwan sambil tersenyum.
Hyeri menggelengkan kepalanya. " Tidak,doryeonim. Mohon anda menerima uang ini. Aku tidak ingin doryeonim menganggap bahwa malam itu anda menghabiskan waktu bersama denganku. Lagipula, alasanku saat malam festival itu mengikutimu adalah untuk mengetahui alasan kau mau membelikanku lampion. Tapi, nyatanya anda sama sekali tak mengatakan alasannya. Karena itu, sebagai seorang gadis dari keluarga terhormat. Aku harus membalas kebaikan yang anda berikan. Lagipula, malam itu aku menganggap tindakan anda dengan membelikanku lampion hanya ingin menolongku. Karna itu, terimalah uang ini sebagai balasan atas kebaikanmu,doryeonim. Mohon anda tak tersinggung."
Hyeri kembali menyodorkan kantung kecil tersebut pada Ji Hwan. Gadis itu menyerahkan kantong uang sambil membungkuk. Berharap dengan cara sopan seperti itu Ji Hwan mau menerimanya. Sementara itu, Ji Hwan merasa terluka mendengar kata – kata dari gadis di depannya.
Ji Hwan menerima kantong uang itu dengan perasaan hancur. Pemuda itu terluka dengan ucapan dari gadis lampion tersebut. Ketika Ji Hwan menganggap kejadian di malam festival itu sebagai suatu kenangan indah karena bisa bersama gadis yang disukainya. Tapi, gadis yang ia sukai malah menganggap semua yang terjadi di malam festival itu hanya sebagai kebaikannya.
Ji Hwan tersenyum pahit memandang kantung kecil yang diserahkan gadis itu. Hatinya luluh lantak. Seakan ucapan sebelumnya tak cukup membuat hati Ji Hwan hancur, gadis itu kembali membuka suaranya untuk mengatakan hal yang kembali akan menyakiti Ji Hwan.
" Terima kasih anda mau menerima kantung kecil ini,doryeonim. Aku harap, harapan yang anda tulis di lampion pada malam itu akan terwujud. Selain itu, semoga pernikahan anda berjalan lancar. Aku harap aku akan mendapatkan undangan perjamuan pernikahan dari anda,doryeonim."
" Ah terima kasih. Terima kasih atas semua doa yang kau ucapkan untukku,agasshi. tenang saja, orangtuaku pasti tidak akan lupa untuk mengundang keluarga anda untuk hadir dalam pesta perjamuanku." Ji Hwan memilih menyunggingkan senyuman terbaiknya pada gadis itu.
Hyeri tidak mengetahui bahwa senyuman yang diberikan pemuda di depannya itu adalah senyuman terbaik. Hyeri melihat senyuman itu seperti sebuah pisau yang kembali menghujam dadanya. Sakit dan perih ketika Hyeri melihat senyuman itu tersungging diwajah Ji Hwan. Bagi Hyeri, senyuman Ji Hwan seperti sebuah senyuman paling menyakitkan yang pernah ia lihat.
" Kalau begitu, aku permisi. Sekali lagi, maaf karena sudah mengganggu anda,doryeonim." Setelah membungkuk hormat, Hyeri segera berbalik untuk pergi dari halaman rumah megah itu.
Ji Hwan menatap kepergian gadis itu dengan tatapan tak rela. Pemuda itu tertegun menatap kantung kecil yang ada di telapak tangannya. Ketika tiba – tiba sebuah ucapan dari gadis itu kembali terngiang di kepala Ji Hwan. Tanpa pikir panjang lagi, Ji Hwan mengejar gadis yang kini sudah melangkah keluar dari gerbang utama rumahnya.
Ji Hwan berlari cepat untuk bisa mengejar gadis itu. Hati Ji Hwan berteriak, setidaknya gadis didepannya itu harus tahu perasaannya. Gadis di depannya itu harus tahu alasannya membelikan lampion dan berakhir dengan menikmati festival lampion bersama.
" Agasshi !" panggil Ji Hwan sambil menarik lembut tangan gadis itu. Dengan tenaganya, Ji Hwan membalikkan tubuh gadis itu agar menghadap dirinya. Dan tanpa pikir panjang, Ji Hwan menarik gadis itu ke dalam pelukannya. Ji Hwan berusaha menyalurkan rasa frustasi terhadap gadis itu.
^OD^
Hyeri terkejut karena mendapatkan dirinya kini berada dalam pelukan Ji Hwan. Gadis itu benar – benar tak menyangka bahwa Ji Hwan akan melakukan hal seperti ini padanya. Dada Hyeri berdenyut sakit. Hyeri sama sekali tak menyangka bahwa pemuda di depannya itu akan bertindak seperti ini padanya.
Tidak bisakah ia berhenti untuk bersikap manis seperti ini ? Aku tidak ingin perasaan ini tumbuh lebih besar dari ini! geram Hyeri dalam hatinya.
Hyeri bergerak untuk melepaskan pelukan Ji Hwan. Gadis bangsawan itu mendorong sekuat tenaga agar Ji Hwan menjauh darinya. Manik hitam Hyeri berkilat marah pada Ji Hwan. Tak suka dengan perlakuan yang diberikan oleh pemuda itu.
" Doryeonim! Apa yang kau lakukan ini ? Apa kau ingin membuat martabatku sebagai gadis bangsawan jatuh ?!" Hyeri menatap tajam pemuda yang kini menatap dirinya dengan pandangan terluka.
Ji Hwan mundur beberapa langkah akibat dorongan dari Hyeri. Pemuda itu menatap sedih. Gadis yang disukainya terlihat marah pada dirinya. Ji Hwan menundukkan kepalanya. Berusaha keras agar ia bisa terlihat tabah dihadapan gadis yang tanpa disadari, sudah mencuri hati Ji Hwan.
" Maaf karena sudah bersikap seperti itu,agasshi. Tapi, aku sama sekali tak bermaksud untuk membuat harga diri agasshi jatuh. Aku hanya ingin menyampaikan alasan aku membelikanmu lampion pada festival itu."
Hyeri menyipitkan matanya. Manik hitamnya memancarkan tanda tanya atas ucapan yang dikatakan oleh Ji Hwan. Hyeri tak mengerti dengan arah pembicaraan dari pemuda dihadapannya.
" Katakan. Apa alasan anda membelikanku lampion itu,doryeonim ? Tapi, terlepas dari semua alasan yang akan kau katakan, aku tetap tidak akan menerima kantung kecil tersebut kembali. Karena aku sudah menganggapnya sebagai balasan dari kebaikan yang sudah kau lakukan untukku dimalam festival."
Ji Hwan tersenyum. Manik hitamnya memandang tepat ke manik hitam milik gadis yang disukainya. Gadis yang sama sekali tak diketahui namanya oleh Ji Hwan. Suatu hal yang kurang pantas jika ia meminta nama gadis itu, kecuali jika gadis itu ingin memberitahukan namanya.
" Agasshi, mungkin ini terdengar tak masuk akal. Tapi, sejak melihatmu di penjual lampion. Aku entah kenapa, aku...menyukaimu,agasshi. Entah apa yang membuatku tertarik untuk mendekatimu. Maaf karena sudah bersikap lancang untuk menyukaimu,agasshi. Mohon maafkan kelancangan hatiku yang jatuh cinta padamu. Sungguh, aku tak bermaksud untuk membuat anda kehilangan martabat anda dengan mengatakan semua ini. Aku hanya ingin mengatakan alasan kenapa aku membelikanmu lampion itu."
Hyeri tercengang mendengar jawaban yang diberikan Ji Hwan. Gadis itu bahkan tak sadar bahwa bibirnya terbuka lebar setelah mendengar alasan dari Ji Hwan. Cepat, Hyeri mengangkat sebelah tangannya dan menutupnya. Manik hitamnya memperlihatkan ekspresi terkejut.
Ji Hwan lagi – lagi tersenyum melihat tingkah gadis muda didepannya. Di dalam hatinya, Ji Hwan berjanji akan mengingat sebaik mungkin wajah manis dihadapannya. Berharap wajah manis ini akan memiliki hidup yang bahagia, meskipun tidak bersama dirinya.
" Sekali lagi,mohon maafkan kelancanganku ini,agasshi. tolong, lupakan saja apa yang sudah kukatakan padamu hari ini. lupakan ucapan bodoh dari pemuda ini,agasshi. Semoga anda pulang dengan selamat." Ucap Ji Hwan membungkuk hormat pada gadis muda itu. Berusaha merelakan gadis muda itu pergi dari rumahnya dan juga dari hidupnya.
^OD^
Sepanjang perjalanan, Hwang Hyeri terus saja menundukkan kepalanya. Gadis sedang merasakan senang dan patah hati secara bersamaan. Hyeri tak menyangka bahwa perasaannya pada Min Ji Hwan ternyata berbalas. Tapi, disatu sisi Hyeri harus merelakan pemuda itu untuk menikah dengan gadis lain.
"..... benarkah ? Tuan muda dari rumah perdana menteri Min akan menikah ?"
" Geurae. Putra bungsu perdana menteri Min akan menikah sebentar lagi. Aku juga mendengar kabar bahwa nona muda dari menteri ijo istana kembali karena akan segera menikah."
" Ho, apa mungkin ? Nona muda dari keluarga menteri ijo akan menikah dengan putra bungsu perdana menteri Min ? Daebak! Itu penyatuan dua keluarga besar."
Hwang Hyeri tanpa sengaja mendengar suara percakapan dari sekelompok nyonya bangsawan yang ada di dekatnya. Hyeri menolehkan wajahnya dan melihat para nyonya bangsawan itu masih asyik bergosip. Hyeri tersenyum perih, ternyata kabar pernikahan Min Ji Hwan sudah tersebar di seluruh kota. Hancur sudah semua harapan dari Hyeri pada Ji Hwan.
Hyeri kembali melanjutnya perjalanannya. Kepala gadis itu terus tertekuk sepanjang perjalanan. Hati Hyeri benar – benar sakit. Kenapa ia harus jatuh cinta dengan pemuda yang akan menikah.
Hwang Hyeri baru saja berbelok menuju jalan kearah rumahnya. Ketika tanpa disangka, Hyeri bertabrakan dengan seseorang dan membuat Hyeri mundur beberapa langkah. Hyeri baru saja akan membungkuk untuk meminta maaf atas tindakannya. Tapi, telinganya sudah mendengar suara khas dari seseorang dan Hyeri merasakan tubuhnya ditarik ke dalam pelukan.
" YA! HWANG HYERI !!!"
Hyeri benar – benar kaget mendengar teriakan itu dan ditarik ke dalam pelukan seseorang yang tak dikenal. Gadis itu sedikit meronta agar bisa melepaskan pelukan yang diberikan orang tak dikenal. Tapi, ketika Hyeri mengangkat wajahnya dan melihat siapa orang yang sudah meneriakkan nama dan memeluknya, Hyeri malah mengernyitkan dahinya.
" Jo Eun Kyung ?" berkata dengan bingung. Hyeri bingung melihat kehadiran teman semasa kecilnya. Hingga, Hyeri tersadar bahwa gadis yang tersenyum lebar di depannya memang Jo Eun Kyung.
" EUN KYUNG-AH ?!!!" jerit Hyeri kaget.
Jo Eun Kyung tertawa melihat ekspresi kaget di wajah sahabatnya. " Ye. Ini aku, Hyeri-ah. Jo Eun Kyung. Kenapa ? Kau tak suka melihatku ?"
Hyeri ikut tertawa. Kini Hyeri yang menarik Eun Kyung kedalam pelukannya. Hyeri tak menyangka bisa bertemu dengan sahabatnya Eun Kyung di perjalanan menuju rumahnya.
" Eun Kyung-ah, kapan kau kembali dari Qing ? Bukankah kau pergi belajar dan baru akan kembali beberapa tahun lagi ?"
Eun Kyung mengerucutkan bibirnya. Gadis bangsawan itu merasa tersinggung mendengar Hyeri yang tampak tak suka melihat kepulangannya. Gadis itu memukul pelan lengan Hyeri. " Ya! Hwang Hyeri ! Jahat sekali kau! Apa kau tak senang melihat sahabatmu pulang lebih cepat dari yang seharusnya ? Aish jika tahu seperti itu, tak seharusnya aku berniat pergi kerumahmu,Hyeri-ah."
Hyeri terkekeh melihat wajah tertekuk dari Eun Kyung. Bagaimanapun, Hyeri sangat senang bisa bertemu kembali dengan Eun Kyung. Gadis yang pergi ke Qing ketika mereka berusia sembilan tahun.
"Aniya. Sama sekali tidak seperti itu Eun Kyung-ah. Tentu saja aku sangat senang kau kembali dengan cepat. Ho, tapi apa yang membuatmu pulang begitu cepat dari Qing ? Apa terjadi sesuatu ?" mata Hyeri menyipit. Tanda bahwa gadis itu berusaha mencari tahu alasan kepulangan dari Qing lebih cepat.
Eun Kyung tersenyum lebar. Gadis bangsawan itu kemudian menunjuk kearah jeogori yang dikenakannya sekarang. Berusaha memberitahu alasan kepulangannya dan kabar bahagianya.
Hyeri mengernyitkan dahinya. Gadis itu sama sekali tak mengerti apa yang dimaksudkan oleh Eun Kyung. Hyeri kini menatap tak mengerti kearah Eun Kyung. " Ya! Jo Eun Kyung. Tidak bisakah kau menggunakan bibirmu ? Apa yang ingin kau tunjukkan ? Apa kau kembali dari Qing hanya ingin menunjukkan jeogori mu terbuat dari sutra mahal di Qing sana, oh ? Memangnya kau pikir...."
Tiba – tiba saja Hyeri berhenti berkata. Tampaknya Hyeri baru saja mengerti maksud dari tindakan yang dilakukan Eun Kyung. Mata Hyeri terbelalak tak percaya dengan apa yang dilihatnya saat ini. Maksud dari Eun Kyung menunjuk kearah jeogori nya bukan untuk memperlihatkan pakaiannya, tapi lebih kearah warna jeogori yang saat ini dikenakannya. Warna jeogori Eun Kyung kini berwarna hijau, menandakan bahwa gadis itu tengah menghitung hari pernikahannya atau sudah bertunangan.
" K-k-kau ? Apa mungkin itu ?" tanya Hyeri masih tak percaya. Hyeri kini mengerti alasan Eun Kyung kembali lebih cepat dari Qing.
" Ye,Hyeri-ah. Alasanku pulang dari Qing lebih cepat karena sebentar lagi aku akan menikah! Bisakah kau percaya itu ? Aku akan menikah ! "
Hyeri tersenyum canggung. Gadis itu benar – benar tak tahu harus memberikan respon seperti apa. Entah kenapa, hati Hyeri berdenyut sakit. Hyeri merasa sakit hati ketika mendengar sahabatnya akan menikah. Terlebih, Hyeri mengingat gosip yang didengarnya tanpa sengaja beberapa saat lalu. Di dalam hati, Hyeri bertanya – tanya, apakah sahabatnya ini adalah calon istri dari Min Ji Hwan ?
" Aku benar – benar tak percaya semua ini akan terjadi. Ah tak sabar rasanya ingin bisa bertemu calon suamiku itu. tapi, tetap saja aku harus menunggu sampai hari pernikahan tiba, bukan ? Dan apa kau tahu,Hyeri-ah ? Malam ini, mereka akan mengantarkan hadiah pernikahan kerumah. Ah aku penasaran apa yang akan dihadiahkan mereka padaku." Eun Kyung bercerita dengan penuh semangat.
Tanpa sadar, Hyeri mengingat kesibukan para pelayan di rumah Ji Hwan. Di dalam ingatannya, para pelayan Ji Hwan sedang sibuk mempersiapkan pengantaran hadiah.
" Ah y-ye. Aku ikut senang jika kau akan menikah,Eun Kyung-ah. Tapi, bisakah kau memberitaku siapa calon suamimu itu ?"
Rasa penasaranlah yang membuat Hyeri bisa bertanya seberani itu pada Eun Kyung. Meskipun akan terdengar kurang sopan, tapi Hyeri ingin memastikan. Hyeri ingin memastikan apakah benar sahabatnya ini adalah calon istri dari pemuda yang disukainya ?
" Kau penasaran dengan calon suamiku itu ? Oh baiklah akan kuberitahu." Eun Kyung melangkah lebih dekat pada Hyeri. Gadis itu kemudian berbisik tepat di telinga Hwang Hyeri. " Perlu kau ingat, statusku akan berubah sebentar lagi. karena aku akan menikah dengan seseorang yang berasal dari status tinggi. Aku, putri menteri ijo, akan menikah dengan seseorang yang berasal dari keluarga terpandang di negeri ini." bisik Eun Kyung.
Sakit.
Apa yang dipikirkan Hyeri ternyata benar. Jika Eun Kyung yang sudah lahir dari keluarga menteri personalia yang begitu termashur, akan berubah statusnya menjadi lebih tinggi. Itu artinya, Eun Kyung akan menikah dengan putra seorang menteri istana dengan jabatan yang lebih tinggi. Dan itu cukup menjawab semua rasa penasarannya.
Hyeri tak lagi bisa berkata – kata. Hatinya sudah cukup sakit saat ini. Hyeri harus menelan fakta pahit bahwa sahabatnya akan menikah dengan pemuda yang ia cintai. Jo Eun Kyung akan menikah dengan putra perdana menteri kanan, Min Ji Hwan.
^OD^
Hwang Hyorin menyambut kepulangan adiknya dengan senyum lebar. Wanita bangsawan itu segera saja berlari menyongsong sosok adiknya. Sosok yang beberapa hari ini sangat dirindukan oleh dirinya.
" Hyeri-ah! Aigoo akhirnya kau pulang juga !" pekik Hyorin senang sambil memeluk adiknya dengan erat. Tak peduli dengan perutnya yang sedang menggembung besar.
Hyeri tersentak kaget karena tubuhnya ditarik ke dalam pelukan kakaknya. Gadis itu mendorong pelan tubuh kakaknya. Berusaha agar pelukan erat kakaknya bisa terlepas. " Eonnie, aku bukan lagi anak kecil. Berhentilah memperlakukanku seperti anak kecil Hyorin eonnie." Ucap Hyeri sambil mengerucutkan bibirnya. Hyeri kesal karena kakaknya masih saja memperlakukan dirinya seperti anak kecil.
Hyorin terpaksa melepaskan pelukannya pada sang adik. Wanita bangsawan itu masih terus memamerkan senyumnya. Tangannya terangkat untuk mengacak rambut Hyeri. " Aku tak menyangka bahwa kau ternyata sudah tumbuh menjadi gadis yang baik. Aku merasa pemuda yang mendapatkanmu pasti adalah pemuda yang paling beruntung."
"Eonnie ini berbicara sesuatu yang tak masuk akal." Komentar Hyeri sambil mengernyitkan dahinya. Ia tak mengerti kenapa pembicaraan kakaknya mengarah pada hal seperti itu. Hyeri berpikir akan lebih baik jika ia mengalihkan perhatian kakaknya. " Ho, bukankah beberapa hari yang lalu eonnie baru saja berkunjung kemari ? Kenapa hari ini eonnie juga ada dirumah? Apa suami eonnie tidak marah ?" Hyeri merasa heran melihat kakaknya berada dirumah.
" Suamiku baru saja pergi bertugas ke desa selatan. Karena ia mencemaskan kondisiku, jadi ia memintaku untuk sementara tinggal disini sampai ia kembali. Kau tahu sendiri, suamiku itu sangat perhatian padaku. Ia takut terjadi sesuatu padaku jika aku tinggal sendirian dirumah. Padahal, aku kan tidak tinggal sendiri. Ada banyak pelayan yang pasti menolongku jika terjadi sesuatu."
Hyeri tersenyum. Gadis itu merasa kakaknya sangat beruntung. Kakaknya mendapatkan lelaki bangsawan baik dan sangat perhatian seperti kakak iparnya,Baek Yoo Ahn. Ayah dan ibunya memilihkan lelaki yang tepat untuk kakaknya.
"Ah kakak ipar memang sangat baik sekali pada eonnie. Apa eonnie sudah bertemu dengan eomeonim ?" tanya Hyeri sambil menggandeng kakaknya. Kakak beradik itu kini berjalan bersama menuju bangunan utama rumah orangtua mereka.
" Any. Aku sudah datang sejak beberapa jam yang lalu. Tapi, Bok Bing bilang eomeonim sedang keluar." Balas Hyorin sambil menyebutkan nama salah satu pelayan yang tadi memberitahukan keberadaan ibunya.
" Eomeonim pergi ? Tumben sekali. Apa Bok Bing bilang kemana eomeonim pergi ?"
Hyorin terdiam sebentar untuk mengingat jawaban Bok Bing pada dirinya. " Hmm jika aku tidak salah mendengar, eomeonim sedang pergi mengambil beberapa pakaian dari penjahit di toko penjahit Hyang Wol."
" Hyang Wol ?" ulang Hyeri bingung.
Hyeri sedikit bingung apa yang ibunya lakukan di toko penjahit terkenal itu. Toko penjahit itu adalah salah satu tokoh penjahit paling ternama di hanyang. Selain karena pakaian yang dihasilkan sangat indah, apapun yang berasal dari toko pakaian milik Hyang Wol akan menjadi tren dimasyarakat, terutama kelas bangsawan. Jadi, apa yang ibunya lakukan di toko pakaian terkenal itu ?
" Apa yang dilakukan eomeonim di toko itu,eonnie ? Apa eomeonim berniat membeli pakaian lagi ?" tanya Hyeri sambil sibuk berpikir. Ibunya memang sangat suka berbelanja baju. Tapi, Hyeri merasa heran karena beberapa hari yang lalu, ibunya memang baru membeli baju dari Hyang Wol.
Hyorin mengangkat bahunya. Wanita itu sama bingungnya dengan sikap sang ibu. " Entahlah. Aku sendiri tak tahu kenapa eomeonim pergi ke toko pakaian itu. Sudahlah, sekarang ayo kita minum teh bersama. Aku punya beberapa kue manis yang aku bawa dari rumah. Ayo!" Hyorin menarik tangan adiknya agar mereka segera masuk dan menikmati teh dan kue di balai – balai rumah orangtua mereka.
^OD^
Hyeri lagi – lagi melamun. Sejak tadi, gadis itu hanya diam sambil memainkan cawan teh miliknya. Hyeri sama sekali tak mendengarkan ucapan kakaknya, Hyorin, yang sejak tadi sibuk bercerita banyak hal. Hyorin kembali memfokuskan tatapannya pada sang adik. Wanita bangsawan itu tahu betul bahwa sejak tadi adiknya tak memperhatikan dirinya.
Hyorin meletakkan cawan teh miliknya. Wanita itu kini menopang wajahnya dengan sebelah tangan. Manik hitam Hyorin menatap baik – baik wajah adiknya. Sebuah senyum tersungging diwajah Hyorin saat melihat ekspresi yang tergambar diwajah adiknya. Hyorin bisa menyimpulkan dengan baik. Adiknya sedang jatuh cinta.
" Hyeri-ah, aku mau mendengarkan. Jika kau memiliki suatu masalah berat yang sedang kau hadapi sekarang." Gumam Hyorin sambil tersenyum sangat manis.
Hyeri tersentak kaget mendengar gumaman kakaknya. Gadis itu tersadar dari lamunannya beberapa saat yang lalu. " Ye ?"
" Aku tahu sejak tadi kau tidak mendengarkanku. Tidak masalah, aku mengerti. Nah, sepertinya disini yang memiliki masalah bukanlah aku, tapi kau, Hyeri-ah. Aku perhatikan sejak tadi. Kau seperti memiliki masalah yang cukup berat."
" Eonnie, kau lagi – lagi mengatakan sesuatu yang tidak jelas. Sejak kapan aku memiliki masalah." Hyeri memilih menyembunyikan masalahnya dan menyesap teh di cawan miliknya.
Hyorin tertawa. Wanita itu menertawakan ekspresi yang kini terpasang diwajah adiknya. Sebaik apapun Hyeri menyembunyikannya, Hyorin tetap sudah tahu masalah yang dihadapi adiknya. Hwang Hyeri tak akan bisa berbohong didepan kakaknya. Dan Hyorin mengetahuinya dengan baik.
" Aigoo, Hyeri-ah. Kau benar – benar tak bisa berbohong didepanku. Sudahlah. Katakan saja. Aku tahu betul saat ini kau punya masalah. Masalah besar untuk gadis seusiamu." Hyorin tersenyum penuh arti sebelum melanjutkan kata – katanya. " Kau jatuh cinta pada seeorang." Lanjut Hyorin dengan suara sepelan mungkin.
Hyeri tak sengaja menumpahkan teh di dalam cawannya. " Aish panas!" gerutunya sambil buru – buru mengambil sapu tangan miliknya. Berusaha membersihkan chima nya yang terkena tumpahan teh. Hyeri tak menyangka kakaknya menebak dengan tepat. Gadis itu kini berusaha menyibukkan diri dengan membersihkan chima merah miliknya.
" Aish! Hyeri-ah kau tak perlu menghindariku seperti ini. Tanpa kau beritahupun. Aku tahu kau sedang jatuh cinta. Ah tapi dilihat dari raut wajahmu yang murung seperti itu. Rupanya kau jatuh cinta dengan seseorang yang tak bisa kau dapatkan."
Hyorin bangkit dari duduknya dan mendekati tempat duduk adiknya. Wanita itu kini memegangi tangan adiknya. Berusaha menghentikan gerakan yang menjadi fokus perhatian adiknya sejak beberapa saat yang lalu. Mata Hyorin menatap tajam tepat kemanik hitam Hyeri.
" Jangan menghindariku,Hwang Hyeri. Jadi, siapa pemuda yang kau sukai itu ? Apakah kau bertemu wangseja jeoha ? Apa betul jeoha adalah lelaki yang kau sukai hingga kau tak bisa mendapatkannya ?"
Hyeri mengerucutkan bibirnya. Kesal dengan kata – kata kakaknya. Hyeri menghela nafas pasrah. Kakaknya mengetahui dirinya dengan sangat baik. Hwang Hyeri tak bisa berbohong dihadapan Hwang Hyorin. Hyeri akhirnya memilih untuk memberitahu kakaknya.
" Oh geurae. Eonnie selalu bisa menebak dengan tepat. Ya! tapi aku tidak sefrustasi itu. Lagipula kenapa pula eonnie harus mengatakan aku jatuh cinta pada wangseja jeoha. Aish eonnie ini mengada – ngada. Siapa juga yang mau jatuh cinta pada lelaki tua seperti wangseja jeoha." Jelas Hyeri sebal.
Kenapa juga kakaknya harus mengatakan ia jatuh cinta pada Putra Mahkota yang kini sudah berusia dua puluh sembilan tahun dan sudah memiliki tiga orang anak dari Putri Mahkota. Meskipun banyak kabar beredar bahwa Putra Mahkota adalah seorang lelaki yang sangat berkharisma dan tampan. Tetap saja Hyeri tidak memiliki minat untuk jatuh cinta pada Putra Mahkota.
" Hahahaha. Habis wajah frustasimu itu membuatku berpikir bahwa kau menyukai seorang lelaki yang tak bisa kau gapai. Bukankah wangseja jeoha bisa masuk kategori seperti itu ? Nah, ceritakan. Siapa pemuda yang kau sukai itu dan bagaimana bisa kau jatuh cinta padanya ?" Hyorin kini kembali menumpukan wajahnya pada sebelah tangannya. Berusaha mencari posisi terbaik untuk mendengarkan cerita adiknya.
Hyeri kembali menghela nafas panjang. Tak berapa lama cerita mulai mengalir dari bibirnya. Hyeri menceritakan semua kejadian yang terjadi di malam festival lampion. Dimulai dari Hyeri yang berusaha kabur dari Ae Rim, Hyeri tertarik untuk membeli lampion tapi kantung kecilnya hilang. Hingga ia bertemu dengan Ji Hwan, pemuda yang menarik perhatiannya dengan hal sederhana. Membelikan Hyeri lampion yang ia suka. Tak ketinggalan, Hyeri menceritakan juga pertemuannya beberapa saat lalu dengan Jo Eun Kyung.
Hyorin mendengarkan dengan baik setiap untaian kata yang terucap dari Hyeri. Sesekali wanita bangsawan itu teringat dengan kenangan manis dengan suaminya di festival seperti Hyeri. Hingga tiba – tiba senyum diwajah Hyorin hilang ketika Hyeri menyebutkan nama pemuda yang membuat sang adik terpesona.
" Sebentar." Hyorin mengangkat sebelah tangannya. Mata Hyorin kini menatap lekat ke manik hitam adiknya. " Bisa kau ulang, siapa nama pemuda yang kau sukai itu,Hyeri-ah ?"
Hyeri mengernyitkan dahinya. Merasa aneh dengan sikap kakaknya. Meski Hyeri merasa kakaknya bersikap aneh, gadis itu memilih mengikuti apa yang diminta kakaknya. " Min Ji Hwan,eonnie. Dia putra dari perdana menteri kanan Min Jae Jung. Kenapa eonnie ? Apa ia memiliki reputasi yang buruk ?"
Hyorin terdiam sejenak. Wanita bangsawan itu tengah berpikir sebelum menjawab pertanyaan adiknya. Hyorin kembali mengangkat wajahnya dan tersenyum tipis. " Any. Anyeo. Sama sekali tidak ada yang salah. Hanya saja aku tidak menyangka kau akan jatuh cinta pada putra perdana menteri kanan Min Jae Jung. Sepertinya ini akan sulit,Hyeri-ah. Kau benar – benar jatuh cinta pada pemuda yang salah."
^OD^
Korean Glossary
Norigae : aksesori tradisional khas korea yang tergantung di otgoreum (pita pengikat pada jeogori ) wanita atau pada chima (rok luar)
Binyeo : sebuah tusuk rambut yang dimasukkan ke dalam disanggul untuk menahan rambut di posisi serta untuk menunjukkan status pemakainya.
Eomeoni : ibu
Manim : Nyonya, sebutan untuk seorang wanita bangsawan yang sudah menikah
Doryeonim : Tuan Muda. Sebutan yang digunakan pada tuan muda dari keluarga bangsawan.
Agasshi : Nona muda. Sebutan yang digunakan pada nona muda dari keluarga bangsawan.
Ijo : menteri personalia istana, tugasnya berkaitan dengan pengangkatan para pejabat
Jeogori : hanbok bagian atas
Eonnie : panggilan pada kakak perempuan dari adik perempuan
Eomeonim : ibu
Hanyang : nama lama dari Seoul
Chima : rok bagian luar
Wangseja jeoha : sebutan gelar resmi dari pangeran penerus tahta dalam bahasa korea. Bisa diartikan sbg Yang Mulia Putra Mahkota. (His Royal Highness Crown Prince)
Jeoha : Yang Mulia. Sebutan ini khusus digunakan pada Putra Mahkota.
^OD^
Jangan lupa tinggalkan jejaknya ya ;D
Love,
reriezdiefa_djo
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top