» 𝟎𝟏
。・:*˚:✧。
MONOCHROME
Akashi Seijuro.
Pemuda tampan yang terlahir jenius. Seorang pewaris tunggal keluarga Akashi yang dibesarkan secara sempurna.
Akashi hidup di atas kemewahan keluarganya. Tidak ada yang tidak bisa didapatkannya. Bakat alami yang berdampingan dengan darah mengalir kuat dalam nadinya, membuat segala hal terasa mudah untuk digapai.
Namun, tidak ada manusia yang sempurna. Sudut pandang normal mengatakan: terdapat beragam warna yang terlihat sangat indah dalam hidup Akashi. Faktanya, hanya monokrom yang menghiasi kehidupan monoton pemuda itu.
(Fullname), teman sekelasnya, satu-satunya orang yang melihat Akashi Seijuro sebagai hitam dan putih.
『◐◐◐◐』
Bersandar pada ruas jendela, (name) menatap malas keluar. Dengan sapu bertengger miring membentuk sudut setengah segitiga di sebelahnya.
Hari ini jadwal piket mingguan (name). Lantai bagiannya sudah disapu bersih. Seharusnya ia hanya tinggal menunggu hingga orang yang bertugas mengepel lantai datang. Namun, pasangan menyapu gadis itu menyerahkan seluruh bagiannya padanya. Dengan alasan, pelatihan basket lebih penting.
Membersihkan debu di setiap petakan lantai membuatnya merasa lelah. Pegal di pinggang tak kunjung hilang. Meski sudah lima menit sejak ia menyelesaikan tugasnya. Dalam hati, (name) mengumpati patner-nya.
Akashi Seijuro, anak emas kebanggaan Teiko, memberi perintah pada (name) seenaknya. Tanpa mau mendengar pratirasa Sang gadis. Pemuda berambut crimson itu pergi meninggalkan (name) yang sedang menggenggam dua sapu. (name) melongo seperti orang bodoh. Menatap punggung tegap Akashi yang perlahan menghilang di balik pintu.
Kendati dalam hati mengatakan penolakan, (name) tidak dapat merealisasikannya dalam perkataan. Dalam dua bulan terakhir, (name) merasakan perubahan drastis dari sifat Akashi. Pemuda yang biasanya cukup ramah, beralih menjadi sosok yang angkuh dan egois. Terlebih mata kanan Akashi kini menjadi berwarna kuning keemasan. (name) tahu ada yang salah dengan pemuda itu. Dugaan tak masuk akal kian terlintas di kepalanya.
Apakah Akashi kerasukan hantu atau kepalanya terbentur sesuatu?
Begitu selesai mengerjakan bagian Akashi, lantas gadis itu merapikan peralatan menyapu dan buru-buru bersiap pulang. Langkah kaki terhenti kala mendengar suara decitan sepatu dan dentuman bola. Pintu gimnasium yang sedikit terbuka membuat rasa penasarannya meningkat. Ditambah lagi sorakan melengking para gadis. (name) pernah mendengar betapa hebatnya kekuatan tim basket Teiko. Namun, ia tidak pernah menyaksikan secara langsung.
"Kira-kira, sehebat apa mereka?"
Bunyi gesekan antara permukaan lantai dan pintu menimbulkan suara yang nyaring. Akan tetapi fokus orang-orang yang berada di dalam sana tidak teralihkan satu pun. Semua orang kini tengah terhipnotis akan atensi para pemain di lapangan. Terkhususnya nama Sang Kapten Akashi Seijuro dan Kise Ryouta—yang (name) duga adalah pemuda berambut kuning itu—sedari tadi paling banyak disoraki para gadis.
(name) duduk pada bangku paling pojok. Mengamankan telinga dari teriakan para gadis di dekat lapangan. (name) memang tahu Akashi itu tampan. Tapi ia tidak menyangka ternyata Akashi sepopuler ini. Mengabaikan gadis-gadis di sana, (name) menaruh atensi pada para pemain. Gadis itu akui, konsentrasi mereka sangat luar biasa. Bahkan mereka tidak terpengaruh sedikit pun dengan suara bising di sekitar. Setiap kali salah satu dari mereka berhasil mencetak poin, teriakan gadis-gadis makin terdengar nyaring. Terutama saat bagian Akashi mengelap keringat yang menetes di dagu.
Dada (name) berdebar. Setiap gerakan Akashi memicu jantungnya memompa darah lebih cepat. Beberapa detik ia sempat terpesona pada pemuda merah itu. Sebelum akal sehatnya kembali mengambil alih. Mengerjapkan mata beberapa kali, (name) kembali berfokus pada alur permainan.
Akashi berlari melewati tim lawan dengan mudah. Kemudian ia melompat dan memasukkan bola ke dalam ring. Bola jatuh dan memantul sekali pada lantai sebelum tiupan peluit panjang terdengar. Menandakan permainan berakhir dengan kemenangan tim Sang Kaisar.
Hanya dengan melihat latihan saja, (name) mulai mengerti betapa luar biasa tim basket sekolahnya. Pantas saja mereka menduduki juara bertahan dua tahun berturut. Lalu kemampuan Akashi sebagai kapten dalam mengkoordinasi anggotanya mampu memperkokoh pondasi basket Teiko. Tidak salah jika mereka diulung akan menjadi juara Winter Cup tahun ini.
Mata (name) bertemu dengan Akashi. Tersenyum kaku, (name) menyandang tas pada bahu. Menunduk kepala sejenak, ia kemudian bergegas pergi. Para gadis yang menonton telah diusir keluar oleh pelatih karena dianggap mengganggu. Sedangkan para pemain diberi waktu istirahat sebelum melanjutkan ronde ke dua.
"Hei."
(name) yang tidak merasa Akashi memanggil dirinya, tetap meneruskan jalan. Beberapa langkah sebelum mencapai pintu, (name) berhenti kala mendengar namanya disebut.
"(name)," Akashi berlari kecil menghampirinya. "Belikan aku sebotol air mineral dan susu stroberi."
Menatap persenan yen di tangan Akashi, (name) mengernyit bingung. Ia yakin tidak salah lihat, saat bertatapan tadi Akashi habis meminum sebotol air. Mungkin tidak cukup, pikirnya. Tapi setahunya pemuda itu tidak menyukai rasa manis dalam makanan maupun minumannya. Sejak kapan Akashi suka susu stroberi?
Seakan mengetahui isi pikiran (name), pemuda itu semakin mengulurkan tangan. "Sudah, belikan saja."
Tidak mau.
"Oke."
(name) mengambil persenan yen dari tangan Akashi. Kemudian ia pergi menuju mesin minuman. Di tengah perjalanan, (name) berpikir. Mereka berdua tidak sedekat itu untuk saling memanggil nama depan. (name) tidak terlalu mempermasalahkan, namun ia enggan memanggil balik nama depan Akashi. Menurutnya tidak sopan untuk seseorang seperti Akashi.
Terkadang (name) mengira Akashi berkepribadian ganda. Namun ia tidak terlalu merasa asing dengan Akashi yang sekarang. Menurut (name), Akashi yang dulu terlihat lebih palsu dalam artian pemuda itu seperti terkekang sesuatu. Sedangkan Akashi yang sekarang lebih fleksibel dalam menunjukan emosi. Satu Akashi versi hitam dan satu lagi Akashi versi putih. Begitu (name) menjulukinya.
Sebelum warna mata pemuda itu berubah, (name) sedari dulu sudah melihat warna monokrom dalam hidup Akashi. Datar dan tanpa emosi—lebih tepatnya menahan semua emosi dalam dirinya. Terkadang, Akashi sedikit menunjukkan emosi sebenarnya di waktu tertentu. Misalnya saat berkumpul dengan anggota tim basketnya. Walaupun akhir-akhir ini sedikit berbeda.
Dalam lubuk hati, (name) berharap setidaknya ia bisa memberi sedikit warna agar kehidupan pemuda itu lebih baik. Ternyata menjadi anak orang kaya sekali pun tidak akan menjamin kebahagian seumur hidup. Semakin bergelimang harta hidup seseorang, semakin besar tuntutan yang harus dikejarnya. Begitu pula dengan Akashi. Pasti dia memiliki jadwal yang sangat padat dan harus sempurna dalam segala hal.
Setelah membeli minuman, (name) kembali ke gimnasium. Dengan langkah ragu (name) mendekati Akashi yang sedang mengobrol dengan anggota pelangi—maksutnya anggota se-tim Akashi yang memiliki rambut berbeda warna. Penampilan mereka cukup bagus untuk membentuk sebuah band.
"Akashi-san, ini minumanmu."
Akashi menoleh, pemuda itu hanya mengambil botol air mineral dalam genggaman Sang gadis. Menyisakan satu kotak susu stroberi. "Ambil untukmu, sebagai balasan menggantikan tugas piketku."
"Eh, maaf?"
"Aku tahu kau tidak tuli, (name)."
(name) membalas gugup. "Hm, terima kasih." Tersenyum canggung, (name) melanjutkan. "Kalau begitu, aku pulang dulu, Akashi-san."
"Hm."
(name) berjalan keluar gimnasium. Dalam perjalanan pulang, berbagai pertanyaan mengitari pikirannya. Sebab, ia tidak menyangka sekotak susu stroberi ini akan diberikan untuknya.
"Bagaimana Akashi-san tahu kalau aku menyukai susu stroberi?"
Mengerutkan dahi, gadis itu memikirkan alasan yang paling masuk akal. "Mungkin cuma kebetulan."
Setelah menusuk sedotan pada aluminium bulat, ia menyeruput susu kotak tersebut. Mengecap rasa asam-manis yang berpadu dalam sekali hisap. Sikap Akashi padanya tadi benar-benar berbeda dari biasanya. Seperti perpaduan dua versi Akashi, antara tulus atau tidak mau berhutang budi. Hingga (name) tidak tahu sisi monokrom bagian mana yang dilihatnya barusan.
NEXT
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top