-[🌿] F O U R
Keadaan kembali hening, hanya ada langkah kaki ringan yang mengisi disertai angin siang berhembus lembut.
Sang empu dari dua pasang kaki tak saling memandang, apalagi berbicara. Keduanya tampak canggung. Yang satu segan untuk berbicara, sang satu lagi bingung bagaimana caranya agar bisa buka suara.
Entah sudah berapa menit mereka ada dalam keadaan tak nyaman seperti ini. Chika mengusap bagian belakang lehernya. Merasa aneh dengan tindakannya yang tiba-tiba keluar rumah untuk suatu keperluan, namun seketika terlupakan karena menolong gadis yang ada di sampingnya ini.
Pria itu menarik nafas dalam, "Soal ...-"
"Terimakasih." Satowa memotong dengan cepat. Wajahnya masih berpaling menghindari tatapan Chika yang kini tertuju padanya.
Chika bengong, sorotnya menunjukkan rasa kaget, "Uh, yah ... bukan apa-apa. Tadinya aku tidak berniat menolongmu, sih," jawabnya dengan nada yang melembut, sebelah tangannya masih bertahan pada bagian belakang leher.
Satowa memejamkan mata, membuang nafas dengan berat, "Kau tahu kau tidak perlu mengatakan itu."
"Aku hanya mengatakan kejujuran."
"Ya, ya. Aku tetap berterimakasih padamu," ucap Satowa lagi, masih menghindari tatapan dari sang pria. "Tapi, pandanganku padamu masih tak berubah."
Perempatan merah muncul di pelipis Chika, alisnya berkerut, jelas sekali kalau dia sedang menahan kesal, "Kalau mau bilang terimakasih, ya, terimakasih saja! Jangan mengucapkan terlalu banyak!"
"Apa? Aku hanya mengatakan kejujuran." Satowa membalikkan perkataan Chika, dan tentu saja sambil menghindari kontak mata. Bukan karena apa! Tapi karena dia sadar bahwa pria satu ini bukan pria sembarangan. Buktinya, tiga lelaki yang mengganggu gadis itu langsung lari terbirit-birit ketika dia berkata. Ini berarti, Satosa harus hati-hati dengan laki-laki tinggi ini. Walaupun, yah ... sebenarnya dia sudah membuat masalah dengan membuatnya kesal.
"Omong-omong, lain kali jaga bicaramu," ujar Chika setelah gumaman yang sepertinya dipenuhi keluhan atas diri Satowa beberapa menit lalu.
"Kau siapa menyuruhku untuk menjaga sikap?! Aku hanya melindungi diriku tadi!" Gadis itu meninggikan oktaf dalam bicara. Matanya kini benar-benar tertuju kepada sang pria.
"Aku bilang ucapan! Lidahmu yang asal mengeluarkan pikiranmu itu bisa menjadi pemicu masalah ke depannya!"
Satowa terdiam. Ia kembali menunduk. Dalam sudut hatinya, dia membenarkan kalimat yang baru saja terlontar. Memang sudah kebiasaan, apa yang Ia pikirkan, pasti terungkapkan. Dan sialnya, yang sering dia pikirkan bukanlah hal yang baik.
"Mungkin sekarang, kau masih beruntung. Apa jadinya nanti jika aku benar-benar tidak berniat menolongmu?!"
Satowa yang masih menunduk kembali membuka bibirnya, "Kalau kau tidak mau, kau tidak perlu melakukannya, 'kan?"
"Hah?! Apa yang-"
"Kalau kau tidak mau menolongku, 'kan? Itu sebabnya kau bicara begitu."
"A-apa?!" Chika kembali mengerutkan alis, kali ini bukan karena kesal, namun karena heran. Namun tak lama kemudian, Ia memalingkan wajah, menggaruk bagian belakang kepala yang tak gatal, "Aku memang tidak berniat, namun bukannya aku tidak mau."
Satowa menoleh dengan sorot datar di matanya, "Jadi?"
"Itu ... refleks, aku tidak tahu kenapa. Awalnya aku tidak akan menolong, karena sepertinya kau bisa melawan. Tapi, saat pria tadi akan menangkapmu, kau terlihat ...."
"Terlihat apa?"
Si surai pirang mengerutkan alis lebih daripada yang sebelumnya, Ia memalingkan muka lebih parah lagi, "Ah, sudahlah! Kenapa kita membahas hal ini, sih?! Sebutkan saja namamu sekarang!"
"Apa?"
"Namamu! Aneh, 'kan, jika sudah seperti ini tapi kita tidak tahu nama satu sama lain?!"
Sang gadis mengangguk tanda paham. Meskipun agak aneh juga jika dia memberitahukan namanya pada tipe orang yang ingin Ia jauhi selama ini. Namun, tidak apa-apa, 'kan? Sekali ini saja, melanggar nalurinya ... tidak apa-apa, 'kan?
"Hozuki." Gadis tersebut akhirnya kembali buka suara. "Hozuki Satowa, kau?" lanjutnya.
"Kudou ... Kudou Chika."
'Kurasa memang tidak ada salahnya mengenal salah satu tetangga. Toh, kita tidak akan berurusan lagi setelah ini, 'kan?'
'Iya ... 'kan?'
Tbc.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top