"Yang benar saja!"Arka nyaris menggebrak meja kerjanya dihadapan sang Kakak tercinta, Natsumi. Pria itu terkekeh sinis,"Turuti semua perkataanku, atau Kii-chan kuhabisi?"

Arka mengeratkan rahangnya, tatapannya menajam, manik merah mengilat penuh amarah.

Otak cerdasnya dipaksa berputar keras, memilih apa yang harus ia pilih. Natsumi adalah kakaknya, sementara Tomoaki adalah adiknya.

Ia sayang Tomoaki, namun melindungi Natsumi itu adalah sesuatu yang- Arka tidak tahu. Hati nuraninya berkata kalau melindungi Natsumi, sama saja ia mengkhianati segalanya. Namun Tomoaki adalah orang yang paling ia sayangi.

"Sial, baiklah. Aku setuju denganmu."Terlihat sekali Arka menahan dirinya untuk tidak langsung menghabisi sang Kakak sekarang juga.

-000-

Erangan manis terdengar, Natsumi yang baru saja kembali segera menatap sekitarnya,"Kii-chan?"

Tampak seorang wanita dengan surai merah jambu yang diikat dua mendekatkan,"Nat-kun sudah pulang ya? Hah~ Kii-chan kangen, tahu."Tomoaki menggesekkan dadanya di lengan Natsumi yang tidak begitu kekar,"Ha-ha-ha-ha,"tawa senang pecah dari bibir tipis pria itu,"Maaf aku pulang terlalu lama, aku tadi sedang mengurus sesuatu."

"Nat-kun, daddy yang tadi siang memberikanku banyak sekali bonus. Ayo kita belanja bareng!"kata Tomoaki semangat,"Ya, kita belanja ya, my segar baby."

-000-

Arka mendongak, menatap Eleanor yang sedang duduk di singgasana utamanya. Pria itu hanya diam, menunggu wanita yang memanggilnya berbicara.

"Akifuyu-kun, aku mendengar kelompok mafia Black Death kembali berulah. Kali ini mereka menculik dan menjual beberapa organ tubuh anak jalanan di distrik 5. Bagaimana ini? Apa saja yang kau kerjakan selama ini?"

Sejenak, Arka melirik Yuuichi, pasti wanita itu yang memberitahukan kasus itu kepada Eleanor,"Baiklah."Arka menatap lurus Eleanor,"Saya akan mengusutnya."

"Nah, bagus jika begitu."Eleanor mengibaskan tangannya,"Sekalian minta Sora Ryo untuk tidak membocorkan kasus ini ke media. Kau paham?"Arka mengangguk, dalam hati ia mengutuki Natsumi yang membuat hidupnya semakin repot.

Pria itu kemudian undur diri setelah memberi salam lagi kepada sang Ratu alias Eleanor Shintarou.

-000-

"Oi Ryo."tanpa memberi salam, Arka masuk begitu saja ke dalam ruangan Sora Ryo, membuatnya dihadiahi delikan tak suka dari Ryo.

"Kamu keluar dulu, akan saya panggil lagi nanti."gadis berkacamata bulat itu berkata pada anak buahnya, kemudian menatap Arka,"Mengapa sang kepala divisi kejahatan berat ini tiba-tiba datang ke ruangan saya?"Arka menjadi gemas sendiri mendengarnya, langkah kakinya semakin dekat dengan kursi kebesaran Ryo.

Tanpa rasa malu, pria bersurai merah itu mengusak gemas kepala sahabatnya,"Aku kangen kau, bodoh. Kita sibuk terus sih ya."

Dehaman cuek sebagai jawaban Ryo, ia menetak-netakkan berkas tebal diatas mejanya,"Langsung saja, ada apa?"

Senyum tipis terbit menggantikan senyum lebar, Arka menghela napasnya berat,"Kamu tahu soal Black Death?"

Ryo berdeham cuek, tentu saja dirinya tahu. Ryo juga tahu kalau pemimpin aslinya adalah kakak dari sahabatnya sendiri. Tidak hanya itu, Ryo juga tahu betapa frustasinya Arka menghadapi masalah Black Death dan Natsumi.

"Mereka buat masalah lagi-"
"Gak heran."Ryo menyahut dingin, gadis itu menaikkan kacamatanya yang sedikit turun,"Bukan baru yang pertama, kan?"

Arka tertawa, bukan tawa bahagia, namun tawa pahit penuh rasa lelah."Aku ingin berlibur, keluar Fukuoka, dan bersantai, aku lelah sekali,"keluh pria itu. Ryo tersenyum tipis,"Tutup mulut lagi, 'kan?"

Lawan bicaranya hanya berdeham, seolah mengiyakan kata Ryo barusan. Ryo meletakkan berkas yang ia susun diatas lemari,"Terserah sih, aku sih tidak masalah. Tapi kalau sudah bocor duluan?"tanya gadis itu sembari mengoleskan lip balm-nya pada bibirnya yang mulai mengering. Arka memutar bola matanya lelah, manik merah darah menatap lurus manik cokelat milik Sora Ryo,"Tolong tutup mulut mereka semua. Tidak masalah dengan cara apapun, kamu juga boleh pakai anak buah terbaikku."

"Hah,"desah lelah keluar dari bibir tipis Ryo, ia menatap Arka bosan,"Baiklah. Nanti aku akan kirim surel untuk anak buahmu."

"Omong-omong, kapan kita akan minum kopi bertiga lagi?"tanya Ryo, sedikit bersemangat.

"Bertiga?"

"Aku, kau, dan Ishiwa Nora."

Arka terdiam,"Tolong jangan bahas Nora disini. Kamu tahu dia juga lawanku, kan?"Ryo terkekeh kecil,"Pasti karena percobaan sinting pada manusia dan korupsi, lalu apa lagi?"

"Ryo, aku bingung. Dia sahabat kita, tapi disaat yang sama, dia adalah musuhku, aku dan anak buahku ditugaskan untuk membunuhnya, ingat?"

Yang ditanya hanya mengangguk,"Tapi hanya berlaku di kantor pemerintahan Fukuoka, kan? Santai sajalah, lepas seragammu dan ayo kita minum kopi bareng lagi, seperti saat kita masih di Institut."

Arka langsung membuka buku agendanya, kemudian membacanya sekilas,"Aku senggang dua hari lagi, tapi hanya dua jam."

"Untuk kali ini aku bersyukur tugasku tidak lebih banyak dari kamu."Ryo mengangkat ponselnya, kemudian menelepon seseorang.

Setelahnya, ia menatap Arka,"Nora setuju."

Arka bangkit, kemudian berjalan keluar dari ruangan sahabatnya semasa sekolah itu, ia berkata,"Baiklah, dua hari lagi di distrik 1A."

"Hmmm"

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top