3/5
Bulan sabit berada di atas kepala, bayangannya terpantul indah di atas kolam lotus berseri namun nampak hampa di atas kecantikannya.
Kau tentu saja pernah datang ke kuil sebelumnya. Tapi baru pertama kali ini kau mengunjungi kuil yang terletak di kedalaman hutan seperti ini. Meski tidak besar, kuil itu terlihat bagus dan cukup terawat. Dengan kolam air di depannya menjadikan kuil itu terasa nyaman dan sejuk untuk ditinggali.
"Aku tidak menyangka ada kuil seindah ini di tengah hutan." Kau berkata setelah membantu Shisei duduk di tangga kayu kuil tersebut.
"Menurutmu kuil ini indah?" Tanya lelaki itu.
"Tentu saja!" Jawabmu semangat, "Selain itu, udaranya segar dan juga sangat tenang disini." Tanganmu lalu menunjuk danau di depan kalian. "Dan danau itu sangat jernih. Apakah ada ikan disana? Kita bisa memancing ikan untuk makan malam. Karena jujur saja, aku sangat lapar sekarang."
Shisei tertawa kecil mendengar ocehanmu, "Kau mengingatkanku pada Hokuto."
"Hokuto? Temanmu?" Tanyamu seraya duduk di samping Shisei yang kini menganggukkan kepalanya.
"Ya, dia temanku. Bersama Azuma dan Sana juga. Hokuto selalu memancing di kolam itu meskipun aku sudah sering melarangnya."
"Shouka." Kau mengangguk mengerti. Sepertinya memang ada kehidupan di hutan ini. Shisei dan orang-orang yang lelaki itu sebutkan tadi adalah buktinya.
"Oh iya, kita belum kenalan. Siapa namamu?" Tanyamu seraya mengulurkan tangan padanya.
Shisei menatap tanganmu sebentar sebelum menjabatnya, "Shisei."
"Hanya Shisei?"
Sang empunya nama mengangguk menjawab pertanyaanmu.
"Namaku [Full Name]. Kau bisa memanggilku [Name] jika kau mau."
"[Name]...."
Kau tersenyum begitu namamu meluncur dengan bebas dari celah bibirnya.
"Bagaimana keadaanmu sekarang? Sudah lebih baik?" Tanyamu lagi setelah melepaskan jabat tangan kalian.
"Ya. Dengan istirahat sebentar, kondisiku akan membaik."
"Syukurlah kalau begitu."
Hening beberapa saat. Hanya desiran angin yang mengisi keheningan di antara kalian.
"Apa kau mau makan? Tadi kau bilang sangat lapar 'kan?"
Kau tertawa canggung mendengar pertanyaan Shisei. Mau mengelak tapi perutmu tidak bisa berbohong, alhasil kau pun mengangguk membenarkan.
"Baiklah. Kebetulan tadi temanku datang dan membawakanku makanan. Tunggu disini." Shisei bangkit dari duduknya dan dia berjalan memasuki kuil.
Dalam keheningan, kau menunggu Shisei kembali. Matamu terpaku pada danau di depanmu saat pikiranmu berkelana untuk memikirkan cara agar kau bisa pulang.
Kau tidak bisa mencegah dirimu untuk tidak bertanya-tanya. Apakah kelompokmu menyadari bahwa kau hilang? Apakah mereka mencarimu? Kau berharap mereka cepat menemukanmu agar kau bisa cepat keluar dari hutan ini.
Ah, Shisei bilang dia tinggal di kuil ini kan? Apakah dia seorang biksu? Tapi, apa ada Biksu semuda dan setampan itu? Oke, baiklah. Bukan itu bagian pentingnya meski kau tidak bisa menyangkal wajah rupawan Shisei tidak bisa diabaikan begitu saja.
Bagaimana pun juga, ini hutan belantara. Jauh dari pemukiman dan jalan raya. Bagaimana Shisei bertahan hidup? Dengan berburu? Apakah dia punya keluarga? Kalau teman, tentu saja dia punya 'kan? Siapa namanya? Hokuto, Azuma, dan Sana ya?
Kau tersenyum tanpa sadar.
Yah... Setidaknya dia tidak sendirian. Kau tidak bisa membayangkan betapa kesepiannya Shisei jika lelaki itu benar-benar sendirian di hutan belantara ini.
"Wah wah wah ... Kenapa bisa ada manusia di tempat ini?"
Sebuah suara berhasil membuatmu tersentak dari lamunan. Kau menoleh ke asal suara hanya untuk mendapati seorang anak laki-laki berambut biru kehijauan tengah melihatmu dengan tatapan menilai dalam iris kuning cerahnya.
"Apa yang kau lakukan disini, manusia?"
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top