#After School Talk
Kyousuke baru saja memberikan sekotak permen sebagai balasan atas cokelat valentine yang diberikan Hanaru bulan lalu. Hanaru tentu saja kegirangan menerima hadiah white day dari pacarnya. Terlebih lagi kotak berisikan permen tersebut merupakan salah satu incarannya sejak lama.
“Ah, Kyou-kun, aku juga punya kejutan untuk Kyou-kun hari ini!” Hanaru berseru dengan antusiame terpancar begitu jelas di wajahnya.
Kyousuke ikut melemparkan senyum lebar. “Begitukah? Kejutan apa?”
“Kejutannya—!” Ketika Hanaru hampir mengeluarkan sepatah kata, gadis itu membuat ekspresi terkejut dan kembali menutup mulutnya. Dia spontan mundur beberapa langkah ke belakang sambil menutup mulut dengan kotak permen yang diberikan Kyousuke beberapa saat lalu.
“Eh, Hanaru-chan, kenapa?” Kyousuke menggumam keheranan menatap sosok di depannya saat ini tampak kegirangan namun berusaha menjauh darinya di saat yang sama.
Hanaru menyingkirkan kotak dari depan wajahnya. “A-ah, bukan apa-apa. Aku ... hanya lupa kalau diberi tahu, artinya bukan kejutan dong, hehe.”
Kyousuke menghela napas. “Ternyata hanya itu,” keluhnya cemas. “Aku pikir kau tiba-tiba tidak menyukai hadiahku atau semacamnya.” Pemuda itu menggaruk tengkuknya canggung.
Dengan cepat Hanaru menggeleng. “Sama sekali tidak, kok! Aku sangat senang Kyou-kun sudah memberiku hadiah untuk balasan cokelatku. Tidak ada yang lebih membuatku senang daripada itu!”
Bel masuk berbunyi. Riuh panik siswa-siswi yang berlarian memasuki kelas di koridor mulai terdengar.
“Pokoknya, tunggu pulang sekolah nanti, ya! Akan aku pastikan kejutannya akan tetap terjaga dengan baik sampai sepulang sekolah nanti!” teriak Hanaru sembari berlalu pergi terlebih dahulu. Gadis itu tertawa kecil sepanjang perjalanan menuju kelas dan terus mendekap kotak pemberian Kyousuke bahkan setelah tiba di tempat duduknya. Kotak tersebut baru dia masukkan ke dalam tas setelah guru yang mengajar pelajaran berikutnya memasuki kelas.
Matanya menangkap keberadaan kantung yang terhias rapi di dasar tas. Mulutnya lagi-lagi mengembangkan senyum jenaka. Bukan hanya Kyousuke yang dapat memberinya kejutan di hari putih penuh kasih ini.
###
Hanae mendengkus kesal sepanjang perjalanan mereka dari kelas menuju gerbang sekolah. Hanaru yang terbiasa melihat wajah tidak bersahabat kembarannya itu hanya bisa memberikan beberapa tepukan ringan pada bahu sang pemuda sembari mengucapkan kata-kata penghibur.
“Ayolah, bukankah mereka senang menerimanya? Yang terpenting di hari ini kan itu!”
“Tapi aku yang tidak senang, Naru. Mereka merepotkan.”
“Hei, jangan berkata sembarangan begitu. Nanti kau tidak populer lagi, loh.”
“Coba saja. Aku yakin apa pun yang aku lakukan tidak akan memengaruhi keberadaan mereka. Malahan kalau mereka sama seperti rombongan menyebalkan dari SMP, bukannya mereka hanya akan bertambah?!”
Hanaru menggaruk pipinya dengan jari telunjuk sembari membuang muka dari Hanae. “Benar juga, sih.”
“Ah, itu mereka! Kyou-kun! Yuu-nii!”
“Hanaru-chan! Hanae-kun!”
“Naru! Nae! Yahho~”
“Yahho, Yuu-nii! Ah, soal kejutan tadi, bagaimana kalau kita ke taman dekat sini dulu supaya suasananya lebih asyik? Yuu-nii juga ayo ikut!”
Raut terkejut sama-sama tampak di wajah kembar Aoi.
“Eh, aku juga tidak masalah ikut, Naru?”
Hanaru memamerkan deretan giginya sebelum menarik sebelah tangan Yuusuke dan Kyousuke. Dua insan yang ditarik segera mengimbangi langkah mereka dengan pelaku penarikan di depan keduanya. Sementara Hanae dengan wajah yang semakin tertekuk mengikuti tanpa semangat.
“Nah, sampai! Hehe, pas sekali tamannya sedang sepi. Suasananya bisa dapat~” Setelah melepaskan genggaman dari pergelangan tangan kakak kelas kembarnya, Hanaru membalikkan badan dan mengeluarkan dua buah kantong kertas yang dihias secara sederhana, tetapi tetap terlihat anggun. “Ini! Untuk kalian berdua! Anggap saja hadiah white day tambahan dariku, hehe. Hanae membuat adonan kuenya kebanyakan, jadi aku hias saja sekalian~”
“Kebanyakan, katanya,” cibir Hanae sembari membuang muka dengan ekspresi mengejek.
"Nae tolong diam dulu, ya."
“Uwaah! Bentuk dan warnanya mengingatkanku pada soccer ball!” komentar Yuusuke kala mengeluarkan sebongkah kecil kue berbentuk lingkaran dengan dua warna berbeda menghias permukaannya.
“Oh, jadi yang ini lapangannya? Lalu ... ini gawang?” timpal Kyousuke yang tampaknya lebih ke kagum melihat variasi kue di dalam kantung miliknya.
“Keren! Yang ini mirip piala!” jerit Yuusuke antusias sembari mengangkat tinggi sepotong kue dan mengamati benda tersebut menutupi sinar mentari sore.
“Ah, benar. Dan ada banyak sekali model piala di sini ....”
“Humph! Bagaimana? Aku hebat, bukan?! Hehe~”
Yuusuke menepukkan bagian bawah kepalan tinju kanannya ke telapak tangan kiri sembari berujar, “Oh, jangan bilang ini sebenarnya buatan Hanae—”
“Tidak. Bukan. Buatanku yang ini. Lebih normal dan tentu saja rasanya lebih sempurna dibandingkan milik Hanaru,” gerutu Hanae yang dengan segera memberikan sebungkus kue yang seperti katanya barusan, tampak normal apabila dibandingkan dengan kue dari Hanaru.
“Hmm! Rasanya enak parah!” puji Yuusuke yang langsung membuka bungkusan dan mencicipinya saat itu juga.
“Aku yakin yang buatan Hanaru-chan tidak kalah enak, kok,” bela Kyousuke seraya menatap Hanaru. Gadis yang tadinya memasang raut cemberut itu pun seketika berubah kembali ceria.
“Halah, bucin.”
“Berisik, Hanae!”
“Eh, tapi benar juga. Yang Hanae rasanya lebih lembut dan gurih, sedangkan yang Naru lebih terasa manis dan banyak topping-nya!” Yuusuke melapor setelah menghabiskan beberapa potong kue milik Hanaru dan Hanae secara bergantian.
Hanae mengembuskan napas panjang. “Sudahlah. Aku tidak peduli lagi kue mana yang lebih enak. Kalian mau menerima kue buatanku saja sudah cukup.” Pemuda itu melirik jam tangan di pergelangan kirinya sebelum membalikkan badan dan lebih dulu berjalan ke luar taman. “Naru, sudah sore. Ayo, pulang,” panggilnya tanpa menoleh sedikit pun.
Hanaru mencibir. “Apa sih, tidak asik. Daah, Yuu-nii, Kyou-kun! Sampai bertemu besok~”
“Dadaah!”
“Hati-hati di jalan pulang!”
“Oh iya, nanti beri tahu aku bagaimana rasa kuenya lewat mail, ya!”
“Naru!”
“Hai' haaai'~”
Tak lama kemudian, punggung sweater cokelat serta hoodie merah muda yang akrab di mata Aoi bersaudara tak lagi terlihat.
Yuusuke yang pertama membuka mulut setelah menutup bungkusan di tangannya dan memasukkan buntalan tersebut ke dalam tasnya. “Kau dengar itu, Kyousuke? Jangan lupa tulis bagaimana perasaanmu saat memakan kue buatannya nanti~”
Kyousuke mendengkus pelan. “Aku tahu, aku tahu. Tapi bukannya dia juga berbicara padamu tadi?”
Yuusuke refleks menoleh ke arah Kyousuke yang sudah mulai berjalan keluar taman. “Hum? Apa maksudmu? Kan aku sudah menyebutkan bagaimana rasa kue miliknya tadi kalau dibandingkan dengan kue milik Hanae.”
“Memang sih, tapi kan ....”
Yuusuke tertawa kecil melihat Kyousuke memasang ekspresi yang sama seperti saat mencari jalan tercepat untuk menyelesaikan salah satu disentanglement puzzle milik pemuda berkacamata itu. “Sudahlah, jangan terlalu dipikirkan. Tulis saja apa yang ingin kau sampaikan padanya. Mungkin tidak berhubungan dengan kue ataupun white day kali ini juga tidak masalah,” usul Yuusuke sembari menepuk punggung adiknya mencoba memberikan penghiburan.
“Hmm, itu bisa sih, tapi kan kesannya tidak sopan ....”
“Waduh, perhatian sekali Tuan Pacar satu ini. Sebegitu khawatirnyakah kau tentang bagaimana reaksi Hanaru-chan setelah membaca pesan darimu nantinya?”
Semburat kemerahan kecil muncul menghias pipi Kyousuke yang menghindari kontak mata dengan Yuusuke. “Yah ... bisa dibilang begitu.”
Meski baru saja memasang wajah seakan tidak peduli, Kyosuke tetap tidak dapat menghentikan mulutnya menyunggingkan senyum. Terbayang di benaknya pesan balasan dari Hanaru yang penuh dengan antusiasme dan semangat gadis itu.
Yuusuke yang seakan bisa membaca isi pikiran kembarannya itu hanya tertawa pelan.
“Hm? Apa yang kau tertawakan, Yuusuke?”
“Kau.”
“Hah?!”
Perjalanan pulang sore itu dipenuhi adu mulut. Baik dari sisi si kembar Sakuraba, maupun Aoi kembar.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top