it's already late

"Mau ke mana kau?"

Hanaru menoleh ke belakang, sosok kembarannya yang marah dia dapati. Tentu saja, Hanaru juga tahu persis mengenai alasan dari perasaan kesal Hanae.

"K-ke minimarket sebentar--"

"Ru."

Tangan Hanaru terkepal. Gadis itu membelakangi Hanae dengan menatap ke luar pagar. "Aku tidak bisa tenang kalau belum menemuinya secara langsung dan meminta maaf, Nae."

Decihan terdengar. "Meminta maaf karena apa? Karena kau terlalu sibuk sampai tidak sempat bertemu dengannya?" Emosi tertahan dapat dirasakan dengan jelas melalui pertanyaan penuh sindiran Hanae.

“Aku— aku— setidaknya harus membelikan sesuatu untuknya— aku harus menunjukkan kalau aku tidak melupakannya—”

“Ru, ini jam sebelas malam.”

“Masih ada waktu sebelum tanggalnya berganti, Hanae!” pekik gadis ber-hoodie serta celana selutut yang kini membalikkan badan menatap saudaranya. Tangan gadis itu yang setengah terangkat terlihat sedikit bergetar.

“Lalu? Kenapa harus kau yang datang menemuinya? Jangan konyol.” Hanae menggulirkan layar ponsel sebelum kembali menatap Hanaru.

“Tapi aku tidak mau merepotkan—”

“Siapa yang direpotkan, hm?”

Hanaru mengerjap. Kepalanya refleks menoleh ke belakang. Matanya seketika terbelalak diikuti ekspresi panik di wajahnya.

Kyousuke mengembuskan napas. Senyum tipis terpatri di wajahnya. “Hanae sudah mengatakan semuanya kepadaku. Kau sudah memikirkan banyak hal selama beberapa bulan terakhir— meski tidak ada yang sempat terlaksana,” tutur sang pemuda berambut oranye dengan kacamata hijau.

“A— aku— aku minta—”

Tepukan pelan mendarat di kedua bahu Hanaru. Gadis itu sepenuhnya mengerti bahwa itu adalah isyarat untuknya mendongak. Namun, dirinya terlalu takut untuk melakukannya.

“Hana-chan. Tidak apa-apa. Aku tidak marah sama sekali, kok! Yuusuke juga tidak marah sedikit pun! Memang benar kami berdua sedikit kecewa tidak ada kabar sedikitpun darimu selama seharian ini, tetapi kalau kau menjelaskan keadaannya, kami akan dengan senang hati kemari, kau tahu?”

Hanaru spontan menggelengkan kepala. Kedua matanya berair. Tenggorokannya tercekat. Kini dirinya tak mampu mengatakan apapun selain racauan tidak jelas dan gumaman maaf berulang.

“O~i! Ada apa sedih-sedih seperti ini? Hei, Hanae, kau tidak bilang kalau keadaannya separah ini!”

Sebuah lengan tiba-tiba saja melingkari leher Hanaru. Gadis itu menoleh, mendapati pemuda berambut oranye satu lagi yang memasang wajah ceria.

“Hanae sudah bilang kok kalau Naru-chan sejak pagi tidak bersemangat untuk melakukan apapun. Harusnya kau mengatakannya sejak awal! Kalau kau bilang, kami berdua pasti yang akan datang kemari dan kita bisa merayakan ulang tahun kami di sini! Ya ‘kan, Kyousuke?”

“Hum. Benar sekali!”

Hanaru masih terdiam dan tidak bisa berkata apa-apa.

“Sudah dengar, ‘kan? Makanya jangan bertingkah konyol dan cepat masuk ke rumah. Kalian berdua juga. Aku akan buatkan cokelat hangat untuk kita berempat,” perintah Hanae sebelum masuk ke dalam rumah.

“Okkee~ Asik, cokelat hangat buatan otouto-kun! Aku penasaran bagaimana rasanya~”

Kyousuke tertawa melihat kakak kembarnya bersemangat mengucapkan salam ketika memasuki rumah kediaman Sakuraba. Perhatian pemuda itu lalu kembali kepada kekasihnya yang masih terdiam di sebelahnya.

“Hanaru-chan.”

Sorot sendu sang gadis sontak berubah menjadi sorot terkejut diiringi dengan wajahnya yang memerah. Kyousuke baru saja mengeluarkan senyuman termanis yang pernah Hanaru lihat.

“Hahaha, kita masuk?”

Uluran tangan Kyousuke diterima oleh Hanaru yang mengangguk pelan. Rautnya kini telah membaik.

Disusul dengan tawa kecil dari Kyousuke, runtuh sudah pertahanan gadis itu yang akhirnya ikut tertawa seraya membiarkan aliran air menghias wajah memerahnya.

Padahal harusnya dia yang memberikan hadiah malam ini. Kenapa rasanya seperti dia yang selalu menerima hadiah dari pacarnya itu?

“Oi! Lama! Cokelatnya sudah mulai dingin, tahu?”

Secangkir cokelat dengan sedikit uap tampak mengepul di atasnya menyambut Kyousuke dan Hanaru yang baru saja memasuki rumah. Hanae berdiri di depan mereka berdua memasang wajah galak. “Cepat ambil atau aku minum saja keduanya.”

“Jangan dong, nanti Nae gemuk. Makin jelek jadinya!” Hanaru berinisiatif melepaskan genggamannya dengan Kyousuke untuk mengambil dua cangkir di tangan Hanae.

“Kita ini kembar. Kalau aku jelek, kau juga, bodoh.”

“Hanae sok tahu!”

“Bukannya itu hanya kau yang bodoh?”

Ruang keluarga kediaman Sakuraba yang sejak tadi sepi dan hening akhirnya kembali diramaikan dengan kehadiran canda serta tawa empat remaja yang hanyut dalam semangat masa muda.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top