Bait VI

別の人の彼女になったよ
あなたの時みたいに 大きな声で愚痴を言うような私ではなくて
それをすると少しだけ 叱られてしまうから

♬♩♪♩ ♩♪♩♬

Lumine mengembuskan napas dengan wajah bermuram durja. Sepasang mata hijau menangkap hal tersebut, langsung tahu alasan di balik ekspresi masam sang puan dalam sekali lihat.

Si pemilik ambar hijau― Venti lantas bertanya, "Ada apa?"

"Tidak ada apa-apa," bantah Lumine cepat, kembali memasukkan sesendok es krim ke dalam mulut.

Venti dan Lumine saat ini berada di Kafe Cat's Tail― salah satu kafe paling terkenal di Mondstadt. Keduanya mengenakan hoodie, topi, masker serta kacamata untuk menyamarkan identitas.

Status Venti dan Lumine sebagai publik figur yang terkenal membuat mereka harus menyamar untuk pergi ke mana pun. Akan merepotkan jika ada orang yang memotret dan membuat skandal tentang keduanya saat bertemu ( berkencan).

Venti menyipitkan mata dan menyeruput lemon tea-nya. Walau lisannya berkata demikian, ekspresi Lumine sangat bertolak belakang dengan ucapan. Muka gadis itu masih terlihat kecut, seakan dongkol akan sesuatu. Dilihat pun sudah jelas, memang ada yang disembunyikan oleh sang puan.

"Kamu bohong," kata Venti setelah menurunkan cangkir dari bibirnya. "Ekspresimu mengatakan semuanya, Lumi."

"Ya ampun, aku bohong. Ekspresiku yang bohong," balas Lumine dengan meniru intonasi dari meme yang pernah ditemukannya di internet. Ia lantas terkekeh, "Tidak lucu, ya?"

Venti tersenyum. "Itu tadi akan lucu jika kau mengatakannya bukan untuk menutupi masalahmu."

Lumine menelan es krim yang ada di dalam mulutnya sebelum akhirnya menghela napas. Ah, ia memang tak bisa berbohong maupun merahasiakan sesuatu dari kekasihnya ini. Terkutuklah mata jeli dan kepekaan jejaka bernetra hijau itu.

"Kalau begitu, biar kutebak saja ... alasanmu tampak kesal hari ini."

Perkataan Venti tersebut membuat sebelah alis Lumine terangkat. Sang gadis pirang mengendikan kedua bahu, senyum remeh terpatri di bibir berpoles lipstiknya.

Lumine mendengkus. "Tentu, tebak saja."

Aku yakin dia tidak akan bisa--

"Hm ... alasan kau tampak kesal pasti karena tidak diperbolehkan Aether untuk pergi ke comiket yang diadakan lusa nanti 'kan?"

Sialan.

Lumine mengulum senyum masam, menaikkan masker hingga menutupi mulut agar tak ekspresinya tak terlihat. Namun, kejelian Venti langsung menyadari gerak-gerik tersebut― yang mengindiskasikan bahwa jawabannya benar.

Pemuda itu menopang kepalanya dengan tangan, menatap kekasih di seberang meja dengan tatapan jahil sembari berucap, "Hee ... ternyata benar, ya."

"Memangnya kenapa kalau benar?" tanya Lumine dengan tatapan kesal.

"Bukan apa-apa. Aku hanya berniat untuk membelikan doujinshi yang kau inginkan," jawab Venti ringan sambil melebarkan senyum. "Kau tidak bisa ke sana karena ada konser di hari yang sama 'kan? Kalau begitu, biar kubelikan saja."

Mendengar penuturan tersebut membuat kedua pipi Lumine memerah. Entah kenapa sifat rela berkorban sang kekasih selalu berhasil membuat hatinya menghangat.

Lumine mengangguk dengan malu-malu. "Terima kasih," lirihnya pelan.

Senyuman terbit di bibir Venti, sorot matanya yang semula tampak jahil kini berubah menjadi teduh.

"The pleasure is mine."

♬♬♬

Rintihan pelan lolos dari bibir Lumine tatkala tengah berjalan menuju pintu keluar. Sepasang mata madunya menatap kedua tungkai yang menjadi sumber rasa sakitnya saat ini.

Sang gadis merutuki dirinya sendiri tatkala merasakan akibat dari kecerobohannya karena gugup hari ini. Salah mengambil sepatu yang berujung lecet dan mempermalukan diri di depan kekasihnya. Lumine merasa sangat malu sekarang.

"Lumine, kamu tidak apa-apa?" tanya Albedo khawatir. "Apa ada masalah?"

Lumine langsung menggeleng. "B-Bukan masalah yang besar, kok. Sungguh."

Albedo mengabaikan sanggahan itu dan langsung mengamati Lumine dari ujung kepala sampai ujung kaki. Hingga akhirnya, sepasang mata birunya jatuh pada tungkai sang kekasih. Ah, ia sudah menemukan sumber masalahnya sekarang.

"Lumine. Setelah ini, aku akan pergi ke mall terdekat di sini. Aku baru ingat bahwa Klee meminta untuk dibelikan boneka baru," dusta pemuda bersurai pirang pucat itu senatural bernapas. "Apa kamu berkenan ikut?"

Lumine mengerjap, batinnya menanyakan alasan mengapa ia juga harus ikut. Namun, sang gadis pirang memutuskan untuk mengiyakan saja tanpa berpikir panjang.

Lumine menganggukkan kepala. "Tentu, dengan senang hati."

"Terima kasih, Lumine."

"Sama-sama, Albedo."

Sepasang mata kuning kecoklatan kembali memandang kedua kakinya, lalu melirik Albedo sekilas. Helaan napas lega lolos dari bibir beberapa detik setelahnya.

Sepertinya, aku hanya ke-geer-an saja.

Andai ia tahu bahwa prediksi yang disangka bentuk dari kepercayaan berlebih itu memang benar akan terjadi.

Yah, setidaknya dirinya tidak diceramahi dengan panjang lebar oleh kekasih berotak jeniusnya itu. Atau belum, lebih tepatnya.

♬♩♪♩ ♩♪♩♬

Aku sudah menjadi kekasih orang lain
Tak seperti waktu denganmu, aku tak dapat mengeluh dengan suara keras
Jika melakukannya sedikit saja, aku akan dimarahinya

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top