Bait V
別の人の彼女になったよ
あなたの時みたいに すっぴんだって笑っていられる私ではなくて
一生懸命お洒落してなるべくちゃんとしてるの
♬♩♪♩ ♩♪♩♬
Hari ini Albedo kembali mengajak Lumine untuk pergi berkencan ke sebuah aquarium yang baru dibuka di Liyue. Kesibukan mereka akhir-akhir ini membuat keduanya sulit untuk menghabiskan waktu bersama. Berhubung pekan ini mereka sama-sama senggang, Albedo tak melewatkan kesempatan ini untuk menikmati akhir pekan bersamanya― atau begitulah yang dikatakan oleh kekasih jeniusnya itu lewat telepon kemarin malam.
Karena hal tersebutlah Lumine sudah berkutat di depan cermin walau jam baru menunjukkan pukul enam pagi. Gadis itu menabur bedak ke wajah yang telah diberi foundation, lantas mengaplikasikan eyeshadow tipis berwarna peach di kelopak mata, menebar blush on tipis dengan warna pink pastel di pipi, dan memoles bibir plumnya dengan lipstik merah jambu sebagai akhir.
Menggunakan riasan memakan cukup banyak waktu, dan Lumine tidak menyukai hal yang ribet dan menyita banyak waktu. Namun, ia telah membuang pemikiran itu jauh-jauh sejak mengenal Albedo― kekasihnya saat ini.
Gadis itu setidaknya ingin berpenampilan layak untuk sang kekasih. Segala hal dilakukan agar dirinya terlihat feminim dan berkelas. Mulai dari belajar merias diri hingga mengubah gaya pakaiannya, ia bahkan mempelajari etiket meja makan― yang menurutnya sangat tidak praktis dan merepotkan.
Lumine terlihat seperti sosok yang baru, seperti orang yang lahir kembali. Ia tak lagi bersikap kekanak-kanakan, lebih feminim, juga lebih anggun layaknya wanita dewasa― benar-benar berbeda dengan dirinya di masa lalu.
Setelah selesai merapihkan kedua alisnya dengan pensil alis, Lumine menyisir rambutnya― menatanya serapi mungkin sebelum mengenakan jepit rambut berbentuk dua serangkai bunga inteyvat. Sang gadis mengambil beberapa langkah mundur, mengamati penampilannya lewat cermin rias.
Lumine mengenakan setelan blus putih berlengan panjang dengan pita berwarna cokelat di tengah kerahnya. Rok cokelat susu sepanjang sepuluh sentimeter di bawah lutut dikenakannya sebagai bawahan, cocok dengan skema warna pita. Sepasang flat shoes berwarna hitam membungkus kedua tungkainya dengan sempurna.
Sang gadis mengangguk dengan senyuman mengembang di wajah, merasa puas akan penampilannya. Sepasang mata kuning kecoklatannya melirik ke arah jam dinding, mendapati bahwa jam telah menunjukkan pukul setengah tujuh.
"Albedo akan sampai di sini satu setengah jam lagi, masih lama," gumamnya pelan.
Lumine kembali menatap cermin, senyuman sendu terulas di bibir tanpa sadar. Sosok dalam mirat di hadapan terasa tidak seperti dirinya, terasa seperti orang lain. Kesadaran akan fakta bahwa ia menipu dirinya sendiri kembali muncul ke pikiran, Lumine merasa seperti orang bodoh dan pembohong besar di saat yang sama.
Bersamaan dengan itu, memori lama yang dikira telah dilupakan kembali terputar layaknya film.
♬♬♬
Lumine mengintip dari celah pintu, menatap sosok pemuda berambut hitam di depannya dengan tatapan malu. Ia sama sekali tak menyangka jika Venti akan tetap datang walau hujan turun dengan sangat lebat kala itu.
"Aku sudah bilang kalau kencan hari ini batal, 'kan? Kenapa masih ke sini?" tanya Lumine sambil menundukkan pandangan.
Venti terkekeh. "Yah, aku terlanjur di tengah perjalanan ke sini saat hujannya turun, mau putar balik pun udah kejauhan. Akhirnya, aku memutuskan untuk tetap datang ke sini!"
Lumine menanggapi penjelasan Venti dengan 'oh' panjang. Sang gadis mengeratkan genggaman pada gagang pintu, merasa gugup.
"Kalau begitu, aku masuk--"
"Jangan!"
Venti tersentak karena Lumine yang tiba-tiba menjerit, sang pemuda lantas memiringkan kepala dan bertanya, "Eh? Kenapa?"
Sang gadis pirang menyembunyikan wajahnya ke balik pintu, tidak berani menatap sepasang ambar hijau cerah itu. "A-Aku ... belum mandi," bisiknya malu.
Hening, hanya terdengar suara air hujan yang menghantam permukaan bumi dan petir di kejauhan setelahnya. Dengkusan menahan tawa memecah hening, disusul dengan gelakak yang mengalun nyaring di antara hujan pagi itu.
Lumine berdecih. "Apa yang lucu?"
Venti mengusap air mata yang berkumpul di ujung mata, kemudian menghirup udara dan mengembuskan napas untuk menghentikan tawa. Ia membuka kedua netranya, menatap Lumine dengan cengiran.
"Apa yang lucu, tanyamu?" Venti memegang tangan Lumine melalui celah pintu yang sempit. "Tentu saja kau, Lumine."
Dan hal yang terjadi selanjutnya, Venti berteriak kesakitan karena Lumine menutup pintu secara tiba-tiba― membuat tangan jejaka itu terjepit. Venti terus memekik dan memohon pada Lumine agar melepaskan pegangan pada knop dan membuka pintunya, tapi tampaknya sang kekasih hanya menganggap segala racauan tersebut sebagai angin lalu.
Lumine sudah terlanjur kesal ... juga malu karena gombalan dari pemuda penyuka bunga cecilia itu.
"ADUH ADUH! LUMI! BUKAIN PINTUNYA, TANGANKU KEJEPIT! SAKIT BANGET! ADUH!" pekik Venti sambil berusaha menarik knop pintu dari luar. Sialnya, genggaman Lumine sangat kuat, membuat usahanya tersebut sia-sia.
"PLEASE, BUKAIN PINTUNYA!"
"Gak mau," balas Lumine dengan nada kesal.
"BUKAIN!"
Sang puan berambut emas mendengkus. "Salah sendiri pagi-pagi sudah nggombal."
"OKE, AKU MINTA MAAF! TAPI BUKAIN DONG PINTUNYA! SAKIT BANGET INI, ANJIR!"
Lumine tertawa pelan, merasa bahwa kekesalannya telah terbayar. Dengan begitu, ia pun membukakan pintu― membuat tangan Venti terbebas dari jepitan mematikan tadi. Sang empunya tangan menghela napas lega.
Aku pikir tanganku akan putus tadi, batin Venti sambil mengelus tangannya yang terasa sakit. Terjepit pintu rasanya mengerikan sekali.
Gelak tawa merebut atensi Venti, membuat pemuda itu menatap sosok gadis pirang yang tengah tertawa di hadapan. Tampaknya sang kekasih tengah menertawakan kejadian barusan.
"Puas banget ketawanya," sindir Venti dengan nada dongkol, bibirnya mengerucut.
"Iya dong," balas Lumine di antara tawa, menatap kekasihnya dengan senyum jahil. "Melihat orang yang suka usil kena batunya itu menyenangkan soalnya."
Sang jejaka mendengkus menahan geli. "Apa ini? Kamu ketularan Yae?"
Lumine berdeham panjang sembari memejamkan mata, jari telunjuk di dagu― memasang pose berpikir. Lalu, ia berucap, "Mungkin?"
Keduanya pun diam, kemudian tertawa secara bersamaan setelahnya. Tak ada yang lucu sebenarnya. Mungkin, gelak tawa yang memenuhi ruangan itu merupakan perwujudan dari rasa bahagia mereka saat berjumpa satu sama lain.
♬♬♬
Lumine menghela napas panjang, kemudian menepuk kedua pipinya. Melamun adalah hal yang buruk, membuatnya teringat dengan kenangan bersama sang mantan misalnya.
Sebagai upaya untuk mengalihkan pikiran, gadis pirang itu memutuskan untuk duduk di sofa dan mendengarkan musik. Dipasangnya earphone ke telinga dengan tujuan agar fokus pada lagu yang didengarkan, lantas mulai menekan salah satu playlist-nya.
Namun, Lumine segera menekan tombol pause begitu mendengar intro dari lagu yang sangat dikenalnya. Ia menepuk jidat, bibirnya mengembangkan senyum masam.
"Sialan, aku salah memutar playlist."
♬♩♪♩ ♩♪♩♬
「 Aku sudah menjadi kekasih orang lain
Tak seperti waktu denganmu, di mana aku bisa tertawa keras bahkan saat tanpa riasan
Aku berusaha keras terlihat cantik dan berusaha menjaga sikapku 」
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top