{5} 先生が好きです。

21.01

Cklek

Sukuna masuk ke kamar Yuuji. Biasanya Yuuji memang tidak pernah mengunci pintu kamarnya, bahkan saat keadaannya sedang kurang baik.

Dilihatnya selimut yang menutupi seluruh tubuh Yuuji.

"Dek, makan malam dulu."

"Hn, iya, bang. Taruh aja dulu, nanti Yuuji makan."

"...Yaudah, jangan tidur malam malam kamu."

"Iya, bang."

Dan kemudian Sukuna kembali ke kamarnya.

Yuuji bangun dari tidur nya, mengelap ingus nya, dan kemudian merenung sebentar.

Sampai muncul getaran dari Handphone nya.

Gumii 🐸's calling you.

Yuuji menggeser ikon hijau, menerima panggilan nya.

"Halo, gum."

"Kamu udah makan malam belum?."

Yuji kembali menarik ingus nya yang akan turun. "Belum, ini aku mau makan."

"Yaudah, kututup."

"Makasih ya Gumi."

"...hn."

Setelah itu panggilan terputus. Yuuji tersenyum tipis, kemudian memakan makan malam nya.

-🌟-

07.35

Mata nya berat. Yuuji merasa ia sedikit kesusahan saat ingin membuka matanya.

Samar samar Yuuji mendengar suara perasan air.

"Abang..?."

"Udah bangun?."

"..Ya, abang ngapain?."

"Badan kamu panas bangat, lagi abang kompres."

"Begitu, ya.."

Mungkin Yuuji cuma kecapean. Nanti siang juga udah sembuh.

"Bang, sekarang jam berapa?."

"Setengah delapan. Adek mau makan apa?."

"..Hm, apa aja, bang."

"Yaudah abang keluar dulu, ya. Kamu jangan kemana mana."

"Ya, bang."

Kemudian Yuuji kembali terlelap, karna kepalanya juga terasa sakit pagi itu.

-🌟-

Dek Gumi🐸
07.25
Pagi, kak..?
Yuuji udah berangkat belum ya..?
07.57
Yuuji absen kak? Kok belum datang, ya?.
08.43
Kak, Yuuji sakit apa? Kok engga ngabarin Gumi ya kalau sakit? 😞

Sukuna
08.50
Pagi, dek.
Yuuji nya demam, dek.
Yuuji belum pegang HP nya dari bangun tidur.
Jadi tadi saya yang ijinin ke guru nya buat ga sekolah dulu hari ini.

"Abang, ngga part time?."

Sukuna berpikir sebentar. Sukuna ragu untuk meninggalkan Yuuji sendirian di rumah.

"Hari ini kayanya ngga dulu, deh. Abang mau--"

"Yuuji gapapa kok, bang. Abang juga ada kelas kan nanti siang?."

Sukuna diam sebentar, "Tapi abang mau jagain kamu."

"..." Yuuji tersenyum kecil. Pasti sang kakak sedang mengkhawatirkan nya.

"Bang, Yuuji suka sama seseorang yang ga bisa Yuuji miliki.."

Sukuna sedikit terkejut karna Yuuji tiba tiba menceritakan masalah nya.

Sukuna masih menutup mulutnya rapat rapat. Ia ingin Yuuji melanjutkan ceritanya terlebih dahulu. Untuk sekarang, Sukuna tidak akan bertanya siapa seseorang yang tidak bisa dimiliki Yuuji.

Lalu, Yuuji kembali bersuara. "Yuuji suka sama sensei Yuuji di sekolah..mulai dari satu setengah tahun lalu, sampai sekarang pun..masih."

Sukuna bisa melihat Yuuji yang sedang meremat selimut yang sedang terbalut di tubuhnya.

Sukuna berdehem. Masih hanya mendengarkan cerita sang adik.

"Tapi Yuuji mau berhenti..suka sama sensei. Yuuji udah meyakinkan hati Yuuji kemarin."

Kemudian, baru Sukuna membuka suara. "Kenapa?."

"...Yuuji, mau berhenti, karna...memang, dari awal, Yuuji yang salah..karna menyukai seseorang yang jelas tidak bisa Yuuji dapatkan."

"Dan kemarin, sensei membuat Yuuji sadar, bahwa Yuuji benar benar memikiki kesempatan 0% untuk menjadi orang yang spesial di hati sensei."

"Bagi sensei, Yuuji hanya murid nya. Dari awal memang Yuuji yang salah karna terbawa perasaan oleh kebaikan sensei. Padahal sensei memang baik ke seluruh orang."

"Dari awal, Yuuji memang salah, walaupun sudah tau akhirnya akan seperti apa, Yuuji masih mempertahankan perasaan ini. Dari awal, semuanya...memang salah Yuuji. Yuuji mau berhenti..Tapi, Yuuji..Yu--hik hik heu..Yuuji belum bisa..hik."

Melihat adik satu satunya kembali menangis di depan nya setelah sekian lama, membuat hati Sukuna sakit. Setelah tragedi kematian orang tua mereka, Yuuji belum pernah menangis di depan Sukuna lagi. Dan kali ini, Sukuna kembali melihatnya. Sisi lemah yang dimiliki sang adik.

Sukuna tidak tahu harus berkata apa saat ini, Sukuna hanya bisa mendekap Yuuji, membiarkan nya menangis di dalam dekapan sang kakak.

Sukuna merasa sedikit menyesal karna akhir akhir ini hanya memiliki sedikit waktu dengan sang adik. Sukuna bahkan tidak tau kalau sang adik sedang kesulitan dengan hubungan asmara nya, dan Sukuna juga baru tau, kalau adik nya, sedang patah hati.

"Maafin abang...karna kurang caring sama kamu. Maafin abang...karna selalu mikir kalau selama ini kamu baik baik aja..maaf, dek, maafin abang.."

Dan setelah mendengar kata maaf dari mulut Sukuna, tangisan Yuuji makin pecah. Semua emosi nya terasa ikut keluar bersamaan dengan tangisan nya. Setelah puas menangis, Yuuji merasa bahwa setelah ini dirinya akan baik baik saja. Semoga saja begitu.

-🌟-

14.30

Sukuna membuka matanya saat tidurnya merasa terganggu.

Saat membuka matanya, ternyata Yuuji sedang mendusel di tubuh Sukuna.

"Dek, kamu ngapain? Lapar, ya? Mau makan apa?."

Kemudian Yuuji menaruh dagunya di dada sang kakak, memberi Sukuna senyuman lebar nya. "Abang, Yuuji udah sembuh! Keluar, yuk!."

Sukuna menaikkan sebelah alis nya. "Serius kamu? Coba sini abang cek dulu." Kemudian Sukuna mengulurkan punggung tangan nya, dan menyentuh kening Yuuji.

"Benaran udah sembuh, kayanya. Bagus, deh." Sukuna tersenyum tipis saat kembali melihat Yuuji dengan senyum manis nya.

"Kamu masih pusing, nggak?."

Yuuji menggeleng. "Sedikit, tapi Yuuji mau ikut keluar kalau abang mau beli makan, YAYAYA?."

"Yaudah, Yuuji mau makan apa?."

"Yuuji mau makan burger.."

"Nggak makanan cepat saji, Yuuji. Yang lain."

"Ih, tapi kan bang--"

"Yang lain atau kamu ga ikut keluar?."

Kemudian bibir Yuuji menekuk. "Ya udah deh, bubur. Yuuji juga mau coklat, eskrim sama ciki ya, bang!."

"Gaboleh. Baru juga sembuh. Nanti malah sakit lagi."

"ENGGAK, BANG! YUUJI ENGGA BAKAL SAKIT LAGI, KOK!."

Sukuna menatap datar sang adik. Kalau sudah pengen, maunya dituruti.

"Hah, yaudah. Tapi eskrim nya enggak. Gaboleh minum es dulu."

"Tapi bang--"

"Mau atau enggak?."

Yuuji memelankan suara nya. "Mau, deh.."

Kemudian Sukuna mengacak gemas rambut Yuuji. "Yaudah, jangan pelukin abang terus, ayo siap siap."

Kemudian dengan cepat Yuuji langsung bangkit dan menuju kamar mandi untuk membasuh wajahnya.

Lalu Sukuna pun pergi ke kamar nya untuk siap siap juga.

-🌟-

15.05

Yuuji membawa 2 kantung kresek sedang yang berisi ciki ciki nya dan juga 1 kantung berisi bubur ke dalam rumah.

Sementara Sukuna kembali memparkirkan mobil nya di garasi. Dan menyusul Yuuji.

"Abang, Yuuji makan di sini, ya. Mau sambil nonton TV."

"Iya."

Sukuna kembali ke kamar Yuuji untuk mengambil obat penurun panas dan obat pusing yang tadi pagi Sukuna beli.

"Dek, obat nya masih diminum gapapa, ya? Soalnya abang takut nanti kamu tiba tiba demam lagi."

Yuuji yang mulutnya sedang penuh, hanya mengangguk.

Kemudian Sukuna duduk di sofa, dan mengambil satu ciki milik Yuuji.

Yuuji yang melihatnya langsung menelan buburnya, dan menunjuk sang kakak. "Hua, abang! Ciki Yuuji! Balikin!."

Masih dengan posisi duduk, Yuuji mencoba merebut kembali ciki nya, tetapi karna Sukuna duduk di sofa, Yuuji makin kesusahan menjangkau ciki nya saat Sukuna menaikkan ciki nya ke udara.

"Abang minta, dek. Satu aja, itu sisanya masih banyak, kok."

"Nggak boleh yang itu! Yuuji suka bangat sama yang itu. Abang ambil yang lain aja!."

"Tapi abang maunya yang ini, dek."

Kemudian Yuuji berdiri, dan bersiap mengambil cikinya.

"Jangan yang itu, bang, ahh balikin, huee."

Kemudian Sukuna kabur membawa ciki Yuuji. Dan Yuuji mengejar Sukuna.

"Bang, plis, yang lain aja, jangan ciki yang itu, ya? Plis, bang.."

Sukuna masih mengajak Yuuji kejar kejaran. Tidak menanggapi perkataan Yuuji. Malah sekarang Sukuna berlari sambil membuka ciki nya.

Yuuji yang mendengar Sukuna sudah membuka ciki nya, langsung berlari makin kencang. "ABANG!! HUEEE JANGAN CIKI YANG ITU, BANG! AAAAA JANGAN DIMAKAN, GABOLEH, GABOLEH, BALIKIN!."

"Ih, enak bangat dek ciki nya."

"ABANG LAKNAT! BALIKIN, ENGGA?! YUUJI NGAMBEK NIH!."

Kemudian saat kembali ke ruang tamu, Sukuna berhenti. Dan berbalik. Sukuna langsung disuguhi wajah merajuk Yuuji yang hampir menangis. Sukuna langsung berlari dong.

"E-eh, maaf, dek. Jangan nangis, aduh, abang minta maaf..ini ciki nya tadi baru abang makan satu doang, kok. Jangan nangis, nih abang balikin, deh.."

Kemudian Yuuji langsung merampas ciki nya. "Hueee abang jahat! Yuuji ngambek sama abang!."

"Eh, eh, jangan dong, dek. Aduh, jangan ngambek..abang minta maaf, deh. Maafin abang, ya?."

"Gamau!."

"Dek, abang minta maaf.."

"Enggak."

"Yaudah, Yuuji mau apa?."

"Yuuji mau swalayan full sama isinya!."

Sukuna terkejut dong. Mana cukup uang nya buat beli swalayan sama isi isinya. "Aduh, dek. Uang abang belum cukup, yang lain, ya?."

"Yaudah, Yuuji mau dipeluk abang!."

Kemudian Sukuna tersenyum. "Nah, itu baru abang bisa." Dan Sukuna langsung memeluk sang adik.

"Abang, puk puk kepala Yuuji." Kemudian Sukuna melakukan nya.

"Abang engga boleh pulang malam terus."

"Tapi kan, abang--"

"..Nanti sakit." Cicit Yuuji.

Kemudian Sukuna terkejut. Tangan nya langsung berhenti puk puk kepala Yuuji.

Ah, sialan. Ternyata selama ini aku bikin adik ku satu satunya khawatir.

Sukuna tidak menyangka bahwa alasan kenapa Yuuji marah waktu terakhir kali Sukuna pulang malam adalah karna Yuuji mengkhawatirkan keadaan nya.

"Dek, kamu ini...astaga, abang sampai mau nangis tau ga sih di khawatirin sama kamu."

"Dih, siapa yang khawatir! Yuuji cuma engga mau abang sakit. Soalnya nanti abang bakal absen kuliah, sama part time. Rugi, tau!."

"Duh, lucunya adek abang. Ututututu." Sukuna menarik gemas kedua pipi sang adik.

"Ano, permisi. Maaf kalau mengganggu waktu uwu uwu nya, Kak." Kemudian Sukuna maupun Yuuji langsung menoleh ke pintu.

-tbc🌟-

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top