" PROLOGUE "
[00]
"Starlight"
_________________
BULAN - bermuncul menyinari dengan sinar redup, langit berkilap oleh bintikan bintang diangkasa, rumput menari mengikuti dimana arah angin, berdansa dengan penuh kebebasan. Manik sayu melihat keatas, lubang di hati hampa. Sangat amat hampa. Imajinasi, impian telah digarap dengan bayaran apa?
Tidak adil, tetapi itulah kehidupan. Dirinya mengambil nafas tarik, merasakan udara malam segar. Bertemu dan kehilangan orang, ia sama sekali tidak hampa hanya merasa sendiri.
Suara gemerisik oleh tapakan kaki bertemu rerumput lebat nan pendek, ia menoleh kebelakang dengan senyuman kecil, walau sedikit pahit, ia menghelakan nafas. Matanya melembut ke pria di depan-nya.
Dia amatlah beda, tetapi orang yang sama.Walau beda dunia dan berbeda cerita, lebih pendiam tetapi untuk dirinya itu tidak apa, sumpah yang ia simpan akan selalu dia bawa. Hasil-nya pun sama sekali tidak sia-sia.
"Ada apa...?"
Ia berkata, penuh kelembutan dan kasih sayang. Pria yang di ketahui sebagai "Blade" tersebut melebarkan matanya, dengan semburat merah seperti mawar pink mendekorasi pipi lembutnya, sebelum sedetik kemudian ekspresi tersebut kembali mendingin. Tapi tak untuk tangan-nya yang bergandengan ke diri sang perempuan.
Tangan Blade kanan miliknya yang memakai sarung tangan seperti mencoba untuk menghangatkan tangan sang perempuan, dia memang bukanlah tipe yang penuh dengan kata ketimbang aksi. Ia pendiam, tetapi kesunyian tersebut begitu menghangatkan.
"Kau... rindu... dirinya?"
Ia mengerutkan kening mengucapkan pertanyaan tersebut. Seperti iri, sedih, dan kecewa. Sang perempuan yang mendengarkan pertanyaan tersebut hanya terkekeh.
"Tidak perlu... dirinya sudah ku temukan disini..." - Entah kenapa untuk diri Blade mendengar sang perempuan mengatakan hal itu membuat dirinya senang, agak sedikit malu juga.
Senyuman kecil terbentuk di bibirnya, oleh bulan yang mengenai diri Blade di mata sang perempuan sang pria tersebut terlihat seperti menyinar. Manik merah yang biasanya penuh oleh kedinginan, ketidak pedulian melembut sementara seketika ia melihati diri-nya.
Blade tidak mempercayai kata "Cinta" ataupun "Takdir" walau pada dasar dia memanglah sebuah budak takdir. Mungkin untuk takdir dimana ia bisa menemukan rumah kedua yang menerima dengan hangatan senyuman-nya dan kehangatan pelukan.
Ia tidak perlu mengatakan ataupun menyebutnya, sang perempuan sudah tau betul.
"Boleh... ku dengar sumpah mu dengan dirinya?" - Blade bergumam, cukup untuk terdengar oleh sang perempuan. Ia pun tersenyum tak masalah untuk mengatakan ulang apa itu janji sumpah ke pada diri "Blade" di dunia lain yang sudah tiada.
"Dunia akan bangkit bangun di malam hari, setiap kali aku akan memikirkan dirimu setiap melihati bintangmu dari jauh, akan pergi menembus seribu tentara untuk bertemu dirimu lagi dan lagi walau harus akan berkelana kedunia angkasa demi mencari dirimu... dan aku akan jatuh cinta lagi kedirimu untuk berkali-kalinya..."
Sumpah itu berhenti dengan kesunyian, angin yang menyambut, dan suara jangkrik dimalam hari. Nafas Blade terhenti sementara mendengarkan sumpah tersebut, ia pun menoleh kebawah dengan jarinya memainkan cincin di jari manis miliknya.
"Indah..."
Blade berkata, membuang muka ke arah lain, malu dan tersentuh, tetapi begitu nyaman, dan ia merasa ingin merelakan dirinya untuk tertidur di pelukan sang wanita yang ia dengan senang hati menyatakan kekasih-nya.
Mungkin hidup tidak begitu kejam, mungkin kematian bisa menunggu, mungkin ia harus menikmati apa yang telah diberikan, menikmati diri mereka berdua...
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top