OS Nanase Riku- distance
Bunyi alarm membuat kelopak mata terbuka secara paksa. Tangannya mulai mencari keberadaan alarm itu dan mematikannya untuk melanjutkan tidur cantiknya.
Namun, sayang sang empu tidak menemukan keberadaan alarm itu sama sekali dan memgharuskan ia membuka kedua matanya seutuhnya.
"Ck, dimana sih alarmnya," ia mencarinya dalam pandangan yang buram. Sesekali mengucek matanya agar pandangannya jelas.
Dan ia sama sekali tidak menyadari bahwa alarm itu berada disamping kanan tempat tidurnya, hanya saja ia mencari di sisi kiri.
Manik (e/c) membulat ketika ia mencari di sisi yang salah. Dengan helaan nafas yang lelah ia mematikan alarm itu. Sekarang dirinya benar-benae tebangun total.
Dilihatnya jam menunjukkan pukul 7.30.
"Uhh, aku lupa jam 10 nanti akan ada kelas ," dengan gontai (Name) menyeret kedua kakiya menuju kamar mandi untuk membasuh diri.
Mengganti baju, setelah itu membuat sarapan dan meninggalkan apartemen kecil yang hanya dihuni 1 orang.
Jalanan di Tokyo hari ini sangat ramai dilalui orang yang berlalu-lalang, sama seperti biasanya. Ini karena banyak orang yang pergi untuk melakukan aktivitas rutin mereka, sama seperti (Name).
Dan ini merupakan sebuah rutinitas (Name) untuk melihat tayangan di layar yang menempel di gedung tinggi tersebut.
"8.30, seharusnya ia muncul sekarang," serunya sembari menatap layar hitam itu.
Ia terus memperhatikan layar itu, bahkan orang-orang yang melewatinya tidak peduli akan aktivitasnya.
'Minna-san Ohayou gozaimasu, Nanase Riku dari Idolish7 desu!'
Seulas senyum terbentuk, matanya sedikit bersinar disertai penyenduan yang tiba-tiba.
'Hari ini adalah hari yang cerah untuk melakukan aktivitas. Jangan lupa untuk menjaga kesehatan dan tidak terlalu sibuk pada pekerjaan'
Suara yang menjadi semangat paginya. Meskipun itu adalah tayangan ulang, ia tetap menyukainya.
Senyumnya, suaranya yang ceria, dan tatapannya yang lembut membuat (Name) sangat ingin bertemu dengannya dan memeluknya.
Tapi itu adalah pemikiran yang mustahil.
Kakinya kembali melangkah setelah tayangan itu selesai.
"Untuk seseorang yang telah dikenal banyak orang terlebih bidang industri, bukankah tidak cocok bagiku untuk berada ditempat spesial yang telah kau berikan?" Gumamnya kecil sembari memfokuskan diri ke jalan agar ia segera sampai di universitasnya.
Maniknya berbinar lebih cerah, (Name) mengepalkan tangannya kuat untuk memberinya dorongan.
"Yosh, aku tidak boleh bersedih. Ini keputusan kami berdua, aku senang melihatnya bisa bersinar demi orang-orang."
Tapi, tidak bisa dipungkiri bahwa kedua belah pihak tidak bisa melupakan rasa itu.
Rasa hangat, nyaman, saling melengkapi, dan kepercayaan yang telah ditaruh satu sama lain.
Rasanya sedih karena sebuah jarak, padahal mereka masih satu negeri dan satu kota.
Tapi, jarak yang terlarang ini membuat semuanya berubah. Dimana rasa rindu mereka berada diperingkat teratas namun ditepisnya dengan kuat karena pemikiran bodoh.
Bahwa itu hanyalah perasaan semata dan tidak ada yang boleh mengingkari keputusan yang sudah mereka buat.
《World isn't beautiful》
"Jiii~"
Sepasang manik crimson melihat jalan didepannya kosong. Seolah tidak ada tanda-tanda kehidupan ataupun niat untuk melakukan aktivitas.
Berjalan, menatap hampa, mengabaikan beberapa panggilan yang ditujukan kepadanya.
Ia tidak tahu ada apa dengannya pada hari ini, tapi rasanya ia begitu suntuk dan memerlukan sebuah pelukan hangat.
Pelukan yang selalu ditujukan kepadanya ketika moodnya buruk.
"...an."
"....se-san."
"...nase-san."
"Nanase-san!!!"
"Uwaa!!!"
Ia terkejut dan menoleh kebelakang dengan tatapan kesal.
"Jangan mengagetkanku Iori!"
"Justru aku harus karena kau sama sekali tidak merespon ketika Nikaido-san memanggilmu beberapa kali Nanase-san," tangan pemuda berambut raven itu menunjuk kebelakang tubuhnya. Mendapati sang leader tersenyum paksa kepada dua membernya itu.
"Ichi, jangan terlalu keras kepadanya."
Iori menghela nafas. Membiarkan sang leader mendekati Riku karena suatu hal.
"Riku, kau tidak apa-apa?"
"Eh? Yamato-san memanggilku hanya untuk menanyakan kondisiku?"
"Ahaha bukan begitu," Yamato menaikkan kacamatanya yang melorot,"Onii-san hanya bertanya saja. Setelah ini jangan langsung pulang dulu. Onii-san ingin mengajak kalian kesuatu tempat."
"Kita akan ditratir makan Rikkun!!! Yatta!!! Akhirnya Yama-san bertingkah layaknya seorang leader!!!"
"Aku tidak pernah mengatakan akan mentraktir kalian Tama," alis Yamato berkedut dengan senyum yang dipaksakan membuat sosok berambut biru itu mendecih sebal dan partnernya yang sibuk menenangkannya.
"He? Ingin mengajak kemana? Tunggu, bukankah ini terlalu mendadak?"
"Aku sudah memberitahumu Nikaido-san."
"Kita hanya punya waktu luang hari ini saja. Lagipula onii-san rindu kalian."
"Ossan kimo."
"Oioi Mikki..."
"Ouch Yamato, itu sangat disgusting desu."
"Tidak kau juga Nagi ... haah."
Riku menatap member grupnya dengan pandangan sukar dimengerti.
Tiba-tiba Yamato mengajaknya keluar bersama yang lain namun semuanya tidak ada yang tahu kemana Yamato akan mengajak mereka.
Tapi, mungkin tempat yang akan Yamato pilih akan membuat keanehan yang dirasakan Riku saat ini menghilang perlahan.
Riku menyetujuinya, ia memberikan senyuman seperti biasanya.
Namun sayang, manik crimsonnya tidak menyadari tatapan sendu dan lega yang ditujukan kepadanya.
'Setidaknya ini yang terbaik.'
'Ahh, Rikkun tersenyum.'
'Semoga apa yang membuat Riku-kun melamun belakangan ini hilang. Aku takut asmanya akan kambuh.'
'Haa, aku bersyukur ia tidak menyadarinya.'
'Ouh, aku senang ia kembali.'
'Ini satu-satunya jalan yang bisa Onii-san berikan. Sangat sulit untuk mengetahui apa yang ada dipikiranmu Riku.'
Semuanya khawatir kepadanya. Beberapa hari ini ia sering melamun dan tidak konsen. Melakukan kesalahan ketika melakukan collab dengan Trigger dan mendapat teguran dari kakak kembarnya karena tidak melakukan pekerjaannya dengan prefesional, tapi hal itu membuat kakaknya terkejut.
Riku tidak merespon apapun, bahkan untuk berekspresipun tidak. Ia hanya mengeluarkan kata "hm" atau "maaf" disertai maniknya yang kosong, membuat membernya dan member grup lain khawatir.
Maka dari itu Yamato membuat rencana ini. Ia sengaja meminta Tsumugi untuk mengosongkan jadwal sore hingga malam. Menghibur anggota unitnya merupakan kewajiban seorang leader bukan?
"Yosh, kalau begitu mari kita bersiap."
♡Even there's a wall blocking, our bond will never be broken♡
"Otsu~"
(Name) menenggelamkan kepalanya diatas meja. Ia mengerang kecil akibat asupan materi yang diterimanya.
"Ahh, aku tidak pernah merasa selelah ini."
"Bertahanlah, besok akan lebih menyeramkan karena guru killer itu kembali," seru gadis berambut coklat sebahu, Ako.
"Ha!? Jadi dia udah sehat!? Kok sehat sih, mati kenapa," sebuah buku tebal melayang diatas kepala (Name) dan membuat sang empu kesakitan.
"Doa kok jelek amat."
"Ya habisnya, ngasih tugas kok deadlinenya sehari aja. Mana satu nomornya beranak," untung dosen dan mahasiswa yang lain sudah pulang, kalau tidak dijamin (Name) akan berhadapan langsung dan disuruh mengulang semester.
Dering handphone membuat empat pasang mata itu mengalihkan perhatian.
"Ahaha, maaf pacarku sudah menunggu."
"Yhaa, bucin."
"Diam kau. Aku duluan ya," Ako melambaikan tangannya dan dibalas oleh (Name).
Tatapannya menyendu ketika sosok temannya itu tidak terlihat lagi dipandangannya.
Senyum getir ia perlihatkan.
"Bodoh, bagaimana bisa kau mengingat kejadian itu? Kau sudah mengakhirinya, bahkan ia juga," (Name) tertawa kecil. Dirinya masih setia singgah di ruangan itu. Tidak berniat untuk beranjak dan lebih memilih menikmati matahari yang kian tenggelam perlahan.
"Tapi jika boleh jujur, saat ini aku benar-benar merindukanmu Riku. Andai kita bisa bertemu meskipun hanya sekali, meskipun ini melanggar tapi biarkan aku untuk menggapai wajahmu langsung," kepalanya semakin ditenggelamkan.
Tidak ada yang mengetahuinya, bahkan tidak ada yang dapat memprediksi bahwa keluhan yang ia lontarkan akan berwujud seperti apa.
Semuanya begitu abstrak dimata (Name).
"Aku harus menenangkan pikiranku. Mungkin berjalan-jalan mencari angin tidak buruk," cahaya dimaniknya mulai meredup. Ia berjalan pelan dan sedikit gontai meninggalkan ruangan.
"Mungkin aku akan kepantai. Terlalu banyak kenangan disana, mungkin aku bisa membuang ini juga."
.
.
.
.
"He?"
Mulut Riku terbuka lebar ketika mendapati tempat yang sangat tidak asing dimatanya.
"Uwooo sugee Yama-san!!! Darimana kau bisa mendapat tempat seperti ini!? Meccha kakko!!"
"Ahaha, Onii-san tidak sengaja melihatnya diinternet. Tenang saja, kita sudah memesan pantai ini. Tidak ada orang lain yang akan masuk," kelima member itu bernafas lega.
Dengan begitu mereka tidak perlu memakai topi dan segala macam untuk mengamankan wajah mereka.
Tak sengaja Iori menangkap gerak-gerik Riku yang merasa tidak nyaman.
"Ada apa Nanase-san? Kau tidak menyukai tempat ini?" Semua mata tiba-tiba menatapnya membust dirinya gelagapan.
"He? A ... ahh tidak, aku hanya kagum Yamato-san memilih tempat ini ahahaha. Tempat yang memiliki banyak kenangan dan makna," kalimat terakhir ia pelankan suaranya meskipun masih dapat didengar oleh enam orang didepannya.
Dan tentu saja itu menimbulkan pertanyaan.
"Yosh, mari kita bersenang-senang hari ini!!" Seruan tamaki mengalihkan pertanyaan yang sempat terlintas di otak mereka.
"O-OUU!!"
Idolish7 berjalan menuju hamparan pasir putih walau kini menjadi biru gelap akibat langit malam.
Mereka tidak melakukan banyak aktivitas, hanya berjalan menyusuri tepi pantai sembari mencipratkan air ke member lainnya.
Meski pakaian yang mereka kenakan tidak terlalu basah, tapi mereka melakukan hal-hal yang membuat Riku rileks dan tidak mengambuhkan asmanya.
Tapi apa yang mereka lakukan tidak membuat atensi Riku teralihkan. Ia terus menatap laut dan hamparan pasir bergantian.
Entah kenapa, berada disini membuat dadanya sesak.
Bukan karena penyakitnya, tapi rasa rindu yang selalu ia tepis.
"2 tahun ya ... aku tidak tahu rasanya akan sesakit ini ketika berada disini. Padahal kita sudah berjanji untuk melupakan semuanya, tapi sepertinya aku melanggarnya," Riku terkekeh kecil.
Ia melangkah lebih jauh, meninggalkan para member yang masih asik bermain air.
Untuk seukuran Yamato, bisa dibilang dia lupa umur.
"Nanase-san, kau ingin kemana?"
"Hanya berjalan sedikit jauh. Jangan ikuti aku," Iori memandang Riku dengan ekspresi aneh.
"Kenapa tingkah Nanase-san semakin aneh sejak kita disini?" Pertanyaannya membuat semua orang menghentikan aktivitas menciprat air.
"Kalau dipikir-pikir kau benar Iori-kun. Ketika Riku-kun sampai, kulihat ia sangat terkejut."
"Apa kita membuatnya teringat sesuatu?"
"Tapi, apa yang mengharuskan hal itu? Riku tidak pernah menceritakan apa-apa selain Kujo dan kesehariannya."
Sebuah ide tiba-tiba terlintas dikepala Nagi.
"Ouh, bagaimana jika kita membututinya?"
"Ha?"
"Mungkin kita akan tahu his secret," semuanya terdiam.
Mempertimbangkan haruskah menyetujui ide itu atau tidak.
💖Our bonds💖
Merasa sudah cukup jauh dari membernya, Riku sedikit berlari. Ia tidak bisa menyalahkan Yamato karena ia tidak pernah menceritakan hal ini kepada siapapun.
Bahkan kepada Kakaknya, Tenn. Ia ingin menumpahkan semuanya disini. Berharap rasa sesak ini hilang begitu saja.
Ia menoleh kebelakang, kini matanya tidak bisa melihat dimana membernya berada. Riku menghela nafas lega, mungkin ia bisa melampiaskannya disini.
"AAAAHHH!!! RIKU BODOH!!! KAU BENAR-BENAR MEMBUATKU INGIN MATI!!"
Riku terlonjak kaget mendengar namanya dipanggil.
Ia sangat yakin Yamato menyewa tempat ini, tapi bagaimana bisa ada suara wanita.
Riku mengedarkan pandangannya mencari keberadaan orang yang memanggilnya.
Namun nihil, ia hanya menemukan sepasang hak sepanjang 5-7 cm dan tas berukuran sedang tanpa pemilik.
"Ini milik siapa? Kenapa bisa ada di-"
"AHHHHH!!!! AKU MEMBENCIMU!!! TAPI KENAPA TIDAK BISA!!!! RIKU BENAR-BENAR BODOH!!!"
Riku kembali dikagetkan dengan suara itu, dengan cepat ia mencari sumber suara itu hingga matanya tertuju kepada seorang gadis yang nekat menceburkan diri di malam hari dengan kondisi air yang cukup dingin.
Riku tidak tahu itu keberuntungan atau tidak karena tinggi airnya hanya setengah betis wanita itu.
Tapi, didetik berikutnya kakinya melangkah masuk kedalam air dengan tergesa-gesa.
Riku tidak tahu, tapi badannya seolah berjalan dengan sendirinya.
"Huh, bodoh sekali. Kenapa aku masih mencintaimu, sulit untuk melupakanmu Riku," manik crimson ini membulat.
Ia kenal suara ini. Suara yang menghilang selama 2 tahun.
Melodi yang sangat ia rindukan dan membuatnya tidak fokus beberapa hari ini.
Tanpa ragu, ia menepuk bahu gadis itu.
Keduanya sama-sama terkejut ketika kedua mata mereka saling terperangkap.
"(Name) ... chan ..."
"Ri ... Rik-"
Riku langsung memeluk sosok yang sangat ia rindukan dengan erat. Ia sama sekali tidak berniat melepasnya sama sekali.
Sedangkan (Name) masih memproses kejadian ini. Ia dipeluk oleh orang yang selama ini terus menghantuinya.
Rasa ini...
Rasanya yang sangat dirindukan kedua insan tersebut.
Hangat, nyaman, menenangkan, dan melepas beban-beban berat dimereka.
Bulir mata tiba-tiba menyusuri kedua pipi (Name). Tangannya bergerak memeluk balik tubuh besar pemuda itu.
"Riku bodoh, aku melanggar janjiku karena kau tahu. Kau bodoh bodoh bodoh, aku membencimu. Pokoknya aku sangat membencimu huwaaa."
(Name) menangis kencang, membiarkan baju Riku basah karena air matanya.
Begitupun sebaliknya, ia membiarkan Riku menangis dibahunya.
"Kenapa rasanya sulit, tidakkah ini kejam (Name)-chan. Kau terus menerus muncul didalam mimpiku dan mengganggu pekerjaanku. Kau benar-benar tidak adil."
Keduanya mengingkari janji. Merubuhkan dinding penghalang dan kembali menyatukan ikatan mereka.
Sulit untuk memisahkan pasangan yang telah ditakdirkan oleh takdir.
Seberapa keraspun seseorang memisahkan mereka, takdir akan selalu berpihak disisi mereka.
"Mari akhiri semua ini. Aku lelah, seharusnya aku tidak perlu mengusulkan ide seperti ini. Kau sudah hebat Riku. Dari dulu kau adalah idolaku."
"Aku ... aku juga ingin mengakhirinya," Riku melepaskan pelukan perlahan. Ia menangkup kedua pipi (Name) dan menatap matanya serius,"aku ingin kita mengakhiri semua janji ini dan memulai janji baru."
Riku mengambil napas sejenak. Mengindahkan kakinya yang mulai kedinginan.
Bahkan keduanya tidak tahu bahwa diperhatikan ditempat terbuka.
"Apa yang Nanase-san lakukan disana!? Air lautnya kan dingin!" Baru saja Iori ingin menyuarakan namanya, tepukan tangan Yamato dibahu Iori membuat sang menolehkan kepala.
Yamato menggelengkan kepalanya dan memberikan isyarat menggunakan telunjuk untuk melihat lebih jelas apa yang sedang Riku lakukan.
"Itu ... perempuan? Rikkun sedang bersama perempuan?"
"Siapa dia?"
"Tidak tahu, tapi setelah ini kita butuh penjelasan," pernyataan Yamato disetujui oleh semuanya.
.
.
.
.
.
.
.
"Eh?" (Name) menatap bingung Riku. Kali ini janji apa yang akan Riku buat.
"Tapi, aku harap kau sabar menunggu hingga saatnya aku bisa membawamu dan mengubah margamu menjadi Nanase," baik Riku maupun (Name), kedua wajah mereka memerah.
Secara tidak langsung Riku melamar (Name), meskipun tanpa bunga atau cincin ia tahu Riku mencuri start agar tak seorangpun mengambil dirinya.
"Riku...."
"Ketika umur kita sah, maka aku akan membawamu ke pelaminan," wajahnya semakin memerah. Menyamai warna rambut Riku.
"K ... kau ... bagaimana bisa mengatakan hal itu semudah ini ... ukhh, aku benar-benar membencimu."
"Aku juga mencintaimu (Name)-chan."
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Omake
Kedua pasangan itu kembali kedaratan dengan kondisi yang kedinginan.
"Aku tidak menyangka airnya akan sedingin ini," bibir (Name) tak henti-henti bergetar. Ini akibat ia hampir30 menit lebih merendam kakinya diair dan meluapkan keluh kesahnya.
Ia iri kepada Riku karena Riku masih tahan dengan dinginnya.
"Bertahanlah (Name)-chan, sebentar lagi sampai."
"Aku tidak ingin mendengar dari orang yang penyakitnya akan kambuh."
"Ha?? Aku ti- uhuk"
"Kan..."
"Tidak! Aku tersedak air liurku sendiri uhuk uhuk."
"Haa, terserah kau saja."
"Ho ho, jadi Riku bermain curang ya," langkah Riku terhenti. Dirinya membeku mendengar suara yang sangat ia kenal ini.
Dengan gerakan patah-patah, ia memberanikan diri menatap mereka.
4 orang sudah menunggunya dengan ekspresi yang sama, yang satu sangat ingin menuntut sebuah penjelasan sedangkan yang satu lagi tersenyum kecil seolah tahu apa yang terjadi.
Raut Riku menjadi pucat. Ia tidak tahu kapan temannya disini dan bagaimana bisa mengikutinya. Padahal mereka tadi sedang bermain air.
"Riku?" (Name) menatap Riku khawatir. Wajahnya pucat dan mengira Riku sedari tadi menahan untuk tidak kedinginan.
Siulan membuat pemuda berambut merah itu tersenyum paksa. Terlebih dengan atensi mengintimidasi dari partner sub unitnya.
"A ... aku ... ahaha."
"( ͡° ͜ʖ ͡°) Rikkun kami menunggu."
"E ... eh!? Tu ... tunggu dulu, bagaimana kalian bisa ke-"
"Sebuah kebodohan kau menyusuri pantai tanpa tahu bahwa jejak kakimu akan meninggalkan jejak dengan jelas Nanase-san. Dan kenapa ada perempuan disini? Aku yakin Nikaido-san telah menyewa tempat ini."
"Tapi aku kan sudah bilang untuk tidak mengikuti!"
"Eh? Tempat ini disewa? Wahh, aku tidak tahu," (Name) menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Ahh, kau lewat tempat itu lagi ya."
"Ahaha."
"Jadi Riku, ingin menjelaskan? ( ͡° ͜ʖ ͡°)"
"Ahh, kenapa wajah kalian harus seperti itu sih!? Aku tidak akan! Muka kalian menyebalkan tahu, hmph!"
(Name) tersentak ketika tangannya ditarik menjauhi mereka, menimbulkan teriakan terkejut dari 6 orang tersebut.
Pertama kalinya Riku menarik (Name) seperti ini. Mengajaknya berlari seolah mereka sedang melakukan kawin lari.
Tapi moment ituhanya sesaat ketika (Name) menyadari sesuatu.
"RIKU NANTI ASMAMU KAMBUH WOI!!!" Detik berikutnya (Name) menggaplok kepala bagian belakang Riku dan berhadil membuatnya berhenti dan tersungkur.
Lebih baik daripada melihat orang yang dicintainya tersiksa akibat penyakitnya.
Ahh, tidak ada yang lebih indah dari pasangan muda.
Owari
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Uwaa OS terpanjang yang pernah kubuat...
Dapet inspirasi dari lagu Pride Star, The Idolm@ster sidem(alte ver.).
Ga tau si, tiba-tiba dipikiran terlintas Riku aja. Sekalian ngilangin ini suntuk, lelah misuh2 terus.
Kalau alurnya kecepetan maaf ya, dan maaf kalau banyak typo. Baru kali ini nukis OS yang hampir nyampe 3k ahahaha^^"
Jangan lupa vote and comment ya~
Pub: 25 July 2020
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top