(crossover) A x E- your path (I)

Aku tidak ingin mengakui hal ini tapi, sulit untuk menerima takdir yang telah ditetapkan.

Dimana aku harus menjadi seorang warga biasa dan mata-mata di waktu yang bersamaan.

"Hiduplah sebagai (Full Name), May."

.
.
.
Crossover!

Ensemble Stars x A3!

Slight: Narukami Arashi x Reader
.
.
.

Alarm jam berbunyi nyaring, memaksaku untuk membuka kelopak mataku yang tertutup erat.
L seperti hari-hari sebelumnya. Menjalankan hidup sebagai seorang gadis SMA biasa tanpa adanya rasa tegang dan darah panas yang mengalir diseluruh tubuh dengan cepat.

"(Fullname) ya..."

Aku bergumam sembari menatap sendu bingkai foto kecil yang tergeletak di meja samping tempat tidurku. 3 orang laki-laki dewasa dan seorang gadis kecil.

Itu adalah satu-satunya benda yang aku miliki sebelum semuanya hancur.

Aku terkekeh kecil, beranjak dari kasurku dan berusaha mengumpulkan niatku untuk aktivitas pada hari ini.

"Apakah aku bisa membuat lembaran baru seperti yang kau katakan, August? Sebagai pelajar- ah bukan, lebih tepatnya sebagai produser unit di suatu agensi."

Aku membasuh mukaku dan menggosok gigi, mengganti pakaianku, dan segera membuat sarapan. Tak lupa menyetel tv agar rasanya tidak sendirian.

'Kono merodii ni yorisou no wa
Kazoe kirenai memorii'

Ahh ... lagu ini, sejenak aku mengalihkan pandanganku dari penggorengan. Menatap mereka, orang-orang yang ku produseri kurang lebih selama 2 tahun ini.

Yang awalnya berawal dari sekolah idol yang berisikan persaingan yang sengit dan peperangan melawan Emperor, kini semuanya bisa 1 panggung bersama.

Menyebarkan senyum dan pesona mereka kepada seluruh fansnya dan memberikan pertunjukan yang terbaik.

"Ahh ... sudah selama ini aku bersama kalian. Waktu cepat sekali berjalan."

'Aruite kureta egao wo ims mo.
Dakedo akiramenai de itai yo.'

"..."

Aku kembali melanjutkan memasakku yang tertunda. Tak ada niatan mengganti channel tv dan menikmati lagu itu hingga selesai.

Lagu yang mempunyai makna yang indah dan menusuk tepat di jantungku.

Aku tidak tahu kenapa, tapi dadaku selalu sesak setiap mendengarnya.

Seolah ada gejolak perasaan yang harus dikeluarkan, tapi aku tidak tahu perasaan apa itu. Perasaan yang telah lama terpendam, bagaikan sebuah penyesalan atau ungkapan yang sulit diucapkan selama ini.

"..."

.
.
.
.
.

"Ohayou (Name)-chan."

"Ohayou gozaimasu Ara-nee," Aku tersenyum kecil. Hari ini aku memiliki jadwal untuk mendampingi Ara-nee dalam sesi pemotretannya.

Kami memutuskan untuk bertemu di agensi dulu baru berangkat ke lokasi bersama. Ya, supaya salah satu dari kami tidak telat karena tersasar.

Meski aku tidak tahu kata "mendampingi" cocok untuk hal ini—

"Ara~ Hari ini Name-(chan) menemaniku ya, beruntungnya aku~"

Ara-nee menumpu salah satu tabgannya di tangan lain dan telapak tanfannya menyentuh pipinya.

"Begitukah?"

"Fufu, tentu saja~"

Aku terkekeh kecil, sejujurnya aku tidak tahu kenapa berjalan denganku menyenangkan. Padahal aku jarang bercengkrama dengan semua idol disini.

"Padahal aku jarang berbicara lho," Aku mulai memanggil taksi untuk berangkat ketempat tujuan.

"Tidak masalah, (Name)-chan mempunyai pesona sendiri untuk bersinar."

"Eh?"

Aku tidak paham maksud Ara-nee.

"Suatu saat (Name)-chan akan mengerti," ucapnya sembari mengelus pucuk kepalaku.

Uhh, aku tidak suka diperlakukan seperti anak kecil.

"Jangan memperlakukanku seperti anak kecil, mou," aku menepis tangan Ara-nee dan mengembungkan pipiku. Dan responnya malah memalingkan wajah. Apa-apaan itu.

"Maa maa, taksinya sudah datang. Ayo masuk, nanti kita terlambat," Ara-nee mendorong secara paksa. Hei, apa ini!?

Kenapa sikap Ara-nee jadi seperti ini sih, huh.

Dan selama perjalanan, tidak satupun dari kami mengeluarkan suara hingga sampai tujuan.

Kota Veludo. Katanya kota ini kota tempat penampungan actor.

Katanya si, aku tidak tahu benar atau tidak karena KATANYA lagi banyak actor yang melakukan act street dan mempromosikan pertunjukkan mereka.

Lalu makanan dan busana disini juga bagus dan memiliki beragam macam design.

Aku jadi penasaran apakah ada tempat untuk memperbaikin barang rusak dengan model yang langka.

Aku menepuk-nepuk tas kecilku. Sebuah barang berharga yang telah lama rusak yang selalu kubawa kemana-mana. Aku suka membawanya setiap harus menemani para idol keluar kota.

Berharap ada yang bisa memperbaikinya namun nihil.

"Jou-sama, kita sudah sampai," ucap supir taksi itu.

Eh? Cepat sekali? Apa karena aku melamun ya?

"A .. ahh iya, terima kasih banyak," aku segera memberikannya uang dan keluar dsri mobil. Lalu bersama Arashi memasuki kota ini.

"Aku bersyukur kita tidak perlu memintanya langsung sampai tujuan," manik ungunya bersinar melihat toko-toko make up dan busana yang berjajaran itu.

Sungguh kota yang dipenuhi banyak warna, maksudku dengan desain setiap bangunan yang berwarna warni dan uhmmm bendera segitiga? Rasanya seperti memasuki dunia lain saja.

"Tempatnya indah, uwaa aku tidak pernah melihat kota seindah ini."

"Fufu, begitu juga aku. Mungkin kita bisa membeli sesuatu saat selesai pemotretan nanti. "

Aku menganggut semangat. Bagaimana tidak, aku merasa kota ini sangat berwarna dan indah. Tidak seperti kota besar yang berisikan gedung tinggi dan benda besi bergerak.

Dan disini rasanya seperti pedesaan saja, begitu asri.

Ahh, andai aku bisa tinggal disini untuk selamanya><.

Selama perjalanan, kami berbicara banyak. Tentang banyaknya hal yang tidak ditemui di kota besar dan pertunjukan aktor di jalanan.

Tidak salah jika kota ini kota penam— ah tidak, rasanya tidak cocok jika dibilang penampungan.

Kota dengan banyaknya actor stage. Seandainya August disini, ia pasti menyukai tempat ini. Begitu juga dengan December.

Hihi, pasti menyenangkan.

.

[[Live, with new family and new memories]]
.

Pemotretan berjalan dengan lancar hingga tak terasa matahari telah berada diatas kepala kami.

"Ha'i otsukaresama deshita!!!"

"Otsukare sama~"

Aku segera menghampiri Ara-nee dan memberinya sebotol air dingin.

"Arigatou (Name)-chan~"

"Douita," aku segera mengecek jadwal setelah memberi Ara-nee minum.

Hmm ... pemotretannya sampai sore ya...

Rasanya kaki akan pegal karena berdiri seharian, tapi Ara-nee pasti lelah dariku.

"(Name)-chan, ingin makan disekitar sini?"

"Eh? Bukankah pemotretan masih berlangsung?"

"Inikan jam makan siang."

Ah, benar juga. Kenapa aku bisa lupa.

"O iya, hehe."

Ara-nee menggelengkan kepalanya maklum. Ia kemudian menggenggam salah tau tanganku dan membawaku ke sembarang tempat tanpa berniat melepasnya.

Tapi sejujurnya, aku ingin melepasnya.

Kalian akan tahu nanti mengapa aku sangat ingin melepas genggamannya, tapi sayangnya kita sudah berada disebuah kafe sederhana nan nyaman ini.

Desainnya begitu sederhana dan sedap tuk dipandang.

"Meja untuk 2 orang."

"Baiklah, silahkan ikuti saya," kami mendapat meja disebelah jendela kafe.

Rasanya beruntung.

Pelayan yang mengantar kami memberikan daftar menu dan membiarkan kami memilih.

"Hmm, (Name)-chan kau ingin makan apa?"

"Curry pedas dan marshmallow," ucapku dengan cepat.

"Ahaha, apa tidak ingin makan yang lain? Sebegitu sukanya kah (Name)-chan dengan dua makanan itu?"

"Y ... yaa, selera orang kan unik. Lagipula aku sudah lama tidak memakan itu."

"Kau baru saja memakan itu 3 hari yang lalu. Aku khawatir dengan lambungmu," Ara-nee menghela napas.

Tunggu, lambung lambungku. Kenapa Ara-nee yang khawatir?

"Kan terserah aku mau makan apa."

"Sayangnya kafe ini tidak punya menu seperti itu (Name)-chan."

"Eeeehhh," bahuku merosot begitu saja dan bibirku melengkung ke bawah. Kenapa kafe tidak pernah menyediakan makananan kesukaanku.

Maksudku, setidaknya 1 menu antara curry atau dessert marshmallow.

"Aku tidak mau makan."

"Tidak, kau harus makan meski tidak ada makanan kesukaanmu (Name)-chan."

"Bagaimana aku bisa makan jika tidak ada makanan yang kusuka," aku memalingkan wajahku ke jendela. Mengacuhkan ocehan Ara-nee.

"Hush, seorang gadis tidak boleh memilih milih makanan."

"Sena-senpai pemilih dalam hal makanan, kenapa aku tidak boleh?"

Ara-nee menghela napas. Sepertinya ia mulai lelah dengan kelakuanku, tapi aku tidak peduli.

Hidup hidupku gini.

"Pelayan," Ara-nee memanggil pelayan dan segera menyebutkan pesanannya. Aku masih setia melirik kearah liat dan sesekali melihatnya memesan pesanan.

Anggaplah aku kekanakan, tapi apa salahnya. Aku bukan orang lahir dari keluarga yang harmonis ataupun hidup di lingkungan yang baik.

Rasanya ungkapan itu sebatas fatamorgana. Maka dari itu sikapku menjadi seperti ini.

"Anoo, apakah disini menyediakan curry atau makanan penutup dengan topping marshmallow?"

Aku langsung menolehkan kepalaku dan menatapnys tidak percaya.

"Maaf, kami tidak mempunyai menu itu."

"Ahh, kalau begitu aku pesan lagi spagetthi bolognise tapi pedas, apakah bisa?"

"Tentu," aku melongo. Eh, tunggu dulu. Kenapa harus berbuat sejauh ini?

Setelah pelayan itu pergi, Ara-nee tersenyum kepadaku.

"Makanan pedas tidak harus curry (Name)-chan. Kau bisa memakannya dalam variasi apapun."

"Tapi, dulu aku diberitahu kalau makanan pedas hanya untun curry."

Alis Ara-nee menyatu.

"Oleh siapa?"

"... orang yang menyebalkan dan berharga," aku melirik kearah lain. Tidak ingin menatap wajah Ara-nee, maupun menjawab pertanyaan berikutnya.

Tapi ia tidak bertanya lebih dalam lagi, justru ia kembali memperlakukanku seperti anak kecil.

Mou...

.
-Your Path-
.

Setelah makan siang, kami memutuskan untuk berjalan-jalan sejenak.

Makanan tadi sangatlah enak, pelayannya juga baik dan bagaikan seorang malaikat.

Bayangkan saja, tatapannya yang lembut lalu senyumnya yang hangat. Apalagi dia peka ketika Ara-nee menanyakan makanan favoritku dan ia membawakan seporsi spagetthi bolognise pedas dan marshmallow cake sebagai hidangan penutup.

Dan itu gratis!

Untuk penutupnya.

Aku tidak akan pernah melupakan moment itu. Kota ini memiliki banyak orang baik ya.

"Cahaya jiwa itu adalah cahaya yang melampaui ribuan tahun — cahaya yang bahkan menerangi perut bumi. Itu adalah Injil surgawi yang menyakitkan dan terkutuk. "
(Ps. Maaf, ini versi gugel translate ya ... bkn versi terjemahanku. Karena aku takut terjemahanku sama terjemahan eng beda. Tapi yg dikatakan gugel translate bener.)

Pandanganku teralihkan ketika pendengaranku menangkap serenten kalimat yang asing.

"Hm?"

"Ada apa (Name)-chan?" Ara-nee yang tadinya hampir menarikku ke toko gadis mengurungkan niatnya.

Kini kalian tahu kan alasan aku ingin melepas genggamannya?

Sepertinya Ara-nee juga melihat kemana pandanganku tertuju.

"Ini pasti hanya candaan ... inikah akhir hidupku?"

"Apa kau membenci takdirmu? Apakah kau membenci mereka yang telah menjebakmu?"

"Eh?"

"Akan kuberikan kau kekuatanku--- yang akan mengubah takdirmu dan berubah menjadi pisau yang dapat membantumu membalas dendam."

"Iblis?"

"MANKAI COMPANY DESU."

.
.
.
.
.
.
.
.
.
1527 words

Tbc......

Aku bikin crossover lagi yeyy

Ini gegara abis bacs ulg kisah2 Gekkagumi sambil dengerin lagu walk with your smile.

Kemudian plonk, muncullah ide ini.

Aku yang begitu mencintai gekkaguli tak kuasa untuk tidak segera menulis ff ini/heh

Sejujurnya aku suka bikin ff crossovery tp ya pada mandet di jalan semua. Ada 3 wip crossover termaksud ini:")

Semoga bisa kuselesaikan secepatnya.

Pub: 12 Okt 2020

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top