❁ᴄʜᴀᴘᴛᴇʀ 7 - sᴇᴍᴀɴɢᴀᴛ❁

Tanpa sadar, jarak antara mereka makin jauh dan jauh setelah Hajime menceritakan rahasianya pada Tomoya. Entah itu Hajime yang tiba-tiba berlari menghindari Tomoya, atau Tomoya yang memalingkan wajah saat mereka berbicara. Intinya, rasanya seperti ada tembok transparan yang menghalangi.

Peristiwa ini kembali terjadi, dan belum ada genap satu bulan sejak 'pertengkaran' terakhir mereka. Bak saling barang yang saling melengkapi, kondisi mereka juga mulai berubah. Kini Tomoya terlihat lebih sering melamun dan terdiam menatap entah-apa-itu. Sedangkan Hajime kehilangan fokusnya. Bahkan ia sempat hampir menumpahkan teh dilantai.

Tentunya hal ini membuat Nii-chan, Mitsuru dan teman lainnya merasa khawatir. Tanpa hubungan pertemanan mereka yang sering dianggap manis, suasana terasa aneh dan kosong. Mau tak mau mereka harus ikut campur akan masalah itu.

Gemas dengan apa yang terjadi, sore itu, Nii-chan mencoba untuk menggali informasi dari lelaki berambut dirty blonde - yang secara kebetulan sedang duduk sendirian di ruang latihan. Mata dengan warna seiras rambutnya itu hanya menatap kosong ke arah dinding diseberangnya. Pikiranannya kala itu berupa ruangan tak berisi.

"Tomo-chin, aku ingin bicara padamu."

Tomoya tak merespon.

"Tomo-chin? TOMO-CHINN!!" Nazuna mengguncang-guncangkan tubuhnya sedikit kuat.

Tersadar, Tomoya memutar kepalanya lemas, menatap kelinci bermata merah. "Ah, maaf... Ada apa, Nii-chan?" Bahkan ia terdengar seperti orang yang tidak makan selama beberapa hari-

"Kau terlihat berbeda beberapa hari ini... Apa sesuatu terjadi?" Tanyanya. Tomoya hanya meresponnya dengan mata yang terbelalak, lalu mengalihkan pandangannya. "Tidak ada kok, Nii-chan... Tidak usah khawatir."

Pasti bohong, sangat kentara disikapmu, teman.

Nazuna kini memasang wajah yang sedikit kesal, pasti ada sesuatu yang terjadi. "Kau tidak bisa berbohong padaku, Tomo-chin! Aku sebagai kakakmu tahu segala perasaanmu, dan kau tak bisa menyembunyikannya dariku!" Ujarnya. Tetapi Tomoya menyunggingkan senyum penuh arti. "Aku mengatakan yang sebenarnya, nii-chan," Meskipun begitu, Tomoya tetap terlihat sama.

Sang leader mendenguskan nafas. Susah sekali meyakinkan juniornya yang satu ini. Ia akhirnya memilih untuk duduk disampingnya dan mencoba memecahkan masalah ini perlahan.

"Maa, baguslah jika tidak ada apa-apa~ Ah, omong-omong, Hajime-chin juga lagaknya agak aneh beberapa hari ini, apa kau tahu sesuatu?" Satu satunya jalan jika lawan bicara tidak mau mengatakan hal sebenarnya secara langsung adalah dengan mengajaknya berbicara pelan-pelan.

Tomoya menghela nafas pelan, "Entahlah, Nii-chan..." Jawabnya dengan ragu.

Pasti dia tahu.

Hal itu membuatnya makin bersemangat - Nazuna kemudian melanjutkan. "Ah kalau begitu, apa kau tahu tentang perasaan yang Hajime-chin sembunyikan darimu? Ia sangat menyukaimu, tahu~" Mendengarnya, kali ini Tomoya mengangguk.

"Oh? Dia sudah memberitahukannya kepadamu? Aku turut senang mendengarnya! Tapi, apakah ini ada hubungannya dengan hal itu?" Tanyanya lagi.

"Mmm... Mungkin..." Balas Tomoya.

Tuh, lihat.

Pada dasarnya, Tomoya bukan merupakan anak yang suka berbohong, jadi mudah saja untuk membuatnya bercerita tentang sesuatu.

"Lalu? Apa kau membuatnya sedih? Apa dia membuatmu tidak nyaman? Kenapa kalian tiba-tiba berjauhan?" Pertanyaan ini menjadi kunci yang Nazuna gunakan kali ini, dan agaknya kunci cocok digunakan untuk membuka gembok milik Tomoya.

Bak brankas yang sudah diketahui kodenya, Tomoya menceritakan semua yang terjadi - kecuali untuk Hajime yang ternyata seorang perempuan - dan mengeluarkan semua rasa sakit yang beberapa hari ini bersarang. Air mata perlahan lahan menggenangi mata coklatnya, lalu jatuh bebas ke lantai melewati pipinya.

Nazuna menyorotkan matanya, turut merasa prihatin padanya. Dengan sigap, ia pergi memeluk Tomoya yang berusaha untuk menahan sesenggukkan. Air yang mata Tomoya keluarkan perlahan membasahi seragam yang Nazuna kenakan.

"Aku percaya bahwa Hajime-chin pasti memiliki maksud baik dibaliknya..." Ujarnya sambil membelai rambut coklat Tomoya lembut. "A-aku tahu itu, Nii-chan... Tapi tetap saja aku merasa- Hiks-"

"Ssshhh... Apa kalian mau hubungan kalian rusak hanya karena hal begini?"

"T-tidak-"

"Oleh karena itu, ayo bangkit, Tomo-chin. Angkat kepalamu, tersenyumlah. Kalian pasti bisa melewati hal ini!" Ia membelai pipi Tomoya pelan, mengusap air matanya. Melalui sentuhan tangannya, Nazuna membagikan semangat yang ia miliki pada Tomoya. Semangat yang tak terlalu besar, tapi sepertinya cukup.

Disaat yang bersamaan, Mitsuru, dan kebetulan - teman temannya yang lain, serta Tori - rupanya juga sedang memberikan Hajime nasehat-nasehat yang kiranya ia butuhkan.

Atau mungkin ada yang mau meminta tolong pada Wataru dan Eichi? Bagaimana kalau Ritsu? Bisa jadi, tidak ada yang tahu.

Tapi intinya, semua orang terlihat seperti mendukung hubungan mereka, bukan? Semoga dengan dorongan yang diberikan tersebut, mereka dapat menjadi lebih kuat dibandingkan hari kemarin.

--

--

Malam itu, di atas kasur nyamannya, Tomoya memandang langit-langit kamarnya. Pikirannya pergi kesana kemari, sepertinya sedang mengumpulkan memori yang sudah ia habiskan dengan Hajime, lalu memainkannya bak layar kaca. Jujur, terkadang sedikit semburat muncul di pipinya ketika mengingat beberapa kejadian yang pernah terjadi.

Awalnya ia tidak terlalu terganggu, hanya terus terusan berbalik menghadap kanan dan kiri, terkadang bangkit dan berjalan mondar mandir. Tetapi tiba-tiba sesuatu kata yang pernah terucap oleh lidahnya muncul ke permukaan.

"...Tidak ada apa apa. Aku hanya berpikir akan lebih baik jika kau adalah seorang perempuan."

Kalimat yang terucap sebagai respon perkataan Hajime padanya pada event Sweet Halloween. Beberapa hari sebelum ia mengetahui hal yang sebenarnya. Indra pengelihatannya terbelalak.

"AH?! HUWAAAAAAAAAAAAAAAAHHHHHHH!!" Inner Tomoya berteriak. Malu, ia sangat malu. Ia berharap sebuah lubang menelannya disitu dan saat itu juga.

'Sialan, Tomoya bodoh! Kenapa aku berkata hal itu padanya yang merupakan seorang perempuan?! Aku tidak tahu sih, tapi kan-' Ia menutup kedua telinganya dan menunduk. Wajahnya sudah memerah bak tomat.

'Apa karena itu ia merasa tidak nyaman? Apa karena itu-' Pikiran pikiran buruk hinggap dikepalanya, padahal jelas jelas ia tahu bahwa alasan Hajime menjauhinya waktu itu adalah karena rasa sukanya.

Tomoya bisa gila nanti.

Tunggu dulu-

Dan dari angan itu, Tomoya mengetahui dua hal yang ia baru sadari.

Tomoya waktu itu berharap Hajime adalah seorang perempuan segera setelah ia mengatakan 'aku mencintaimu', jika dipikirkan kembali, maka ia akan mendapatkan dua jawaban, yaitu :

1. Doanya waktu itu benar-benar dijabah oleh Tuhan, dan ;

2. Ia selama ini mempunyai perasaan Hajime.

Suara teriakan kembali muncul, namun kali ini, itu bukanlah inner miliknya.

"AAAAAAAAAAAAAAHHHHHHHHHHHHH"

"KAKAK BERISIK!!"

✧✧

---------------------------------------------------------

Mel/Meru❀

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top