❁ ᴄʜᴀᴘᴛᴇʀ 4 - ᴛᴏᴍᴏʏᴀ-ᴋᴜɴ❁
Nama yang meluncur dari lidah Hajime bukan lain adalah teman dekat miliknya sendiri - yang oleh Nazuna sudah sangat dikenal - yaitu, Tomoya Mashiro. Nazuna terpaku mendengarnya. Sebenarnya ia sudah merasakan hal hal terjadi antara mereka berdua, tapi ia tidak menyangka bahwa hal itu benar-benar terjadi.
"Tomo-chin?!" Itulah yang pertamakali keluar dari bibirnya, sebuah nama dengan nada yang sedikit tinggi.
"H-hai..." Hajime hanya lanjut menundukkan kepalanya, mungkin merasa malu serta sedih akan reaksi kakak kelasnya itu.
Nazuna merasa bimbang. Sebagai kakak yang baik, ia ingin mendukung adik adiknya dalam jalan yang mereka pijak, walaupun ia sendiri tidak menyukai ataupun menyetujuinya. Namun secara bersamaan, ia tidak mau mereka andil dalam sesuatu yang menurutnya kurang layak. Contohnya seperti yang barusan terjadi.
Ia hanya menurunkan pandangannya, lalu menarik nafas panjang. Menyembunyikan perasaan aslinya, dan mencoba menunjukkan bahwa ia, Nazuna Nito, akan selalu mendukung mereka.
'Sebagai kakak dan leader yang baik, aku harus mendukung mereka.'
Senyum sekali lagi mengembang di bibir kelinci kuning itu. Dengan tangan kanannya, ia meraih kepala pemilik surai berwarna biru langit dihadapannya.
"Souka? Tomo-chin, ya? Aku paham perasaanmu. Karena kau sudah lama mengenalnya, pasti lama kelamaan sebuah rasa akan muncul di dalam hatimu, kan?" Dengan perlahan ia membelai kepala Hajime, menghilangkan semua rasa khawatir darinya. Hajime hanya tersenyum sambil mengangguk.
"Kapan kau menyadari perasaanmu itu?" Tanyanya.
"Aku... Sudah lama menyadarinya... Namun semenjak kami berkelahi saat event Halloween itu, perasaanku mulai bergejolak dan aku tak lagi bisa menahannya..." Balas Hajime, nada suaranya kembali terdengar sedih.
"Karena itulah aku tak lagi bisa menatap mata atau wajahnya dan selalu menghindarinya... Ia pasti berpikir bahwa aku membencinya...!" Air mata mulai menggenang di kedua pelupuk matanya.
'Ah, jadi karena itukah mereka sedikit berjauhan beberapa hari ini...?' Pikir Nazuna.
"Aku tak tahu apa yang harus kulakukan, Nii-chan...! Aku- aku tak mau seperti ini..." Air mata yang sedari tadi hanya menggantung kini mulai mengalir, secara bergantian jatuh bebas.
Nazuna menarik nafas panjang, menenangkan dirinya barang sejenak sambil menyusun kalimat yang tepat untuk juniornya itu
"Hajime-chin... Lihat aku." Nii-chan memanggil namanya, diikuti oleh Hajime yang mengangkat wajahnya untuk menatap sang leader. Manik lavendernya menyorot balik pada manik merah milik Nazuna.
"Mantapkanlah hatimu, coba untuk mengontrol perasaanmu dan menarik nafas panjang. Kau pasti bisa melakukannya! Jangan biarkan ia tenggelam dalam perasaan bingung dan ketidaktahuan." Jawab Nazuna.
"Tapi Nii-chan, aku takut ia akan membuat jarak denganku jika aku jujur akan perasaanku..."
"Aku percaya bahwa Tomo-chin tidak akan menjauhimu hanya karena itu. Setidaknya katakan bahwa kau tidak membencinya dan tunjukkan bukti itu padanya!"
Ia mengedipkan matanya beberapa kali, mencoba untuk mencernanya - lalu akhirnya tersenyum. Sepertinya Hajime sudah memahami kalimat Nazuna.
"Benar, Nii-chan! Ehehe, Mungkin nanti aku akan memberitahunya perasaanku itu~" Ujarnya sambil mengusap matanya yang basah. "Terimakasih, Nii-chan!"
Melihat adiknya yang sudah kembali bersemangat, Nazuna tak bisa membendung senyum miliknya. Ia melempar senyum hangat pada Hajime, tanda bahwa ia juga merasa bahagia dapat membantunya.
Tepat disaat yang bersamaan, suara Mitsuru dan Tomoya yang sedari tadi pergi entah kemana mulai terdengar dari lorong.
"Nii-chan, Hajime-chan kami kembali~!"
"Ah, selamat datang kembali, Tomo-chin, Mitsuru-chin!" Nazuna berbalik dan balik menyapa mereka. Sementara Hajime hanya melambaikan tangannya ke arah mereka mereka, namun sedikit canggung pada Tomoya.
"Hajime-chin, kau pasti bisa!" Nii-chan sedikit berbisik, sebelum bangkit dari duduknya dan menghampiri kedua juniornya yang lain.
Hajime tersenyum, dalam hati memantapkan niat untuk memberitahu Tomoya hari itu juga. Semakin cepat suatu masalah terselesaikan, maka semakin baik pula, bukan?
-Time Skip-
"Tomoya-kun!" Di ruangan latihan itu, sang idol Shino Hajime berdiri menghadap sahabatnya. Cahaya keemasan sang surya menyelimuti seluruh bagian tubuhnya, membuatnya terlihat bercahaya bak seorang malaikat.
Tomoya hanya balik menatap Hajime dengan ekspresi terkejut, bingung sekaligus senang. Ia senang Hajime akhirnya mau berbicara dengannya, namun ia juga bingung akan apa yang akan disampaikannya.
Entah kenapa intuisinya berkata kalau Hajime akan- Namun pikiran itu ditepisnya.
"Ada apa, Hajime...?" Tomoya menatap kearah Hajime yang kini wajahnya sudah memerah.
"Ano, Tomoya-kun, aku-"
Angin sedikit menderu, berbunyi di jeda antara kalimat Hajime.
"Aku menyukaimu!" Ia berbicara dengan lantang, suara bergema di ruangan yang kosong itu.
"...hah-?"
Tentu saja Tomoya terkejut. Hajime? Menyukainya? Apa apaan ini? Meskipun intuisinya benar, tetapi tetap saja...
"Selama ini... Alasan mengapa aku menghindarimu adalah... Karena aku memiliki rasa padamu. Jantungku selalu berdebar dan wajahku memerah... Aku tak bisa mengontrolnya, dan tiba tiba saja kakiku bergerak sendiri." Lanjutnya.
"Aku tak ingin merusak hubungan kita, jadi... Maafkan aku..." Hajime memelankan suaranya pada akhir kalimat.
Dengan jantung yang masih berdegup dengan kencang, pikiran yang kusut dan kupu kupu di perutnya, Tomoya mengedipkan matanya beberapa kali.
Ia kemudian memegang lehernya, tanda bahwa ia merasa gugup. Pandangannya juga disebar ke semua arah. Ia lalu membuka mulutnya sedikit dan berucap dengan suara yang pelan.
"Ah... Aku, mengerti..." balasnya, masih dengan mata yang tak mau menatap teman dihadapannya itu.
"Terimakasih telah menceritakan perasaanmu padaku, Hajime. Aku benar-benar menghargainya." Setidaknya kali ini ia menyunggingkan senyum.
"Tapi..." Bibir bawahnya digigit, berpikir tentang kalimat apa yang cocok digunakan untuk mengekpresikan pikirannya tanpa harus melukai sosok rambut biru langit itu. Ia sudah berusaha keras mengeluarkan perasaannya, sehingga Tomoya memiliki kewajiban untuk menjaga perasaannya, walaupun perasaan itu tak berbalas.
Ia menenangkan diri, mencoba untuk tak membuat Hajime menunggu. Setelah dirasa cukup tenang, ia pun membuka suara.
"Maafkan aku, Hajime..."
✧✧
---------------------------------------------------------
Mel/Meru❀
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top