❁ᴄʜᴀᴘᴛᴇʀ 3 - ᴄᴀɴɢɢᴜɴɢ❁

Hari ini, Tomoya sepertinya datang sedikit awal. Perasaan dan pikiran tak nyaman membuat jadwal tidurnya terganggu. Sambil menghela nafas, ia berjalan pelan menuju ke kelas.

Tiba-tiba, satu figur berambut biru langit didekat gerbang tertangkap oleh pengelihatannya. Tomoya mencoba untuk menenangkan dirinya dan memutuskan untuk menyapa teman didepannya itu.

Ia percaya bahwa hari ini Hajime akan membalas sapaannya seperti semula.

"Ohayou gozaimasu, Hajime! Bagaimana kaba-"

"OhayougozaimasuTomoya-kun!" Hajime berbalik sejenak, dan dengan itu, ia pergi berlari memasuki sekolah.

Yah... Sepertinya Tomoya salah.

Tomoya terdiam ditempat, masih terkejut dengan kejadian barusan. Kakinya kaku dan darah membeku ditubuhnya.

Mungkin apa yang ada dibenaknya adalah kemungkinan-kemungkinan terburuk yang akan terjadi, seperti Hajime yang akan membencinya, atau Hajime yang pergi dari sisinya, atau- atau-

Ah... Bahkan Tomoya tak bisa lagi melanjutkan pikirannya itu.

Jika pikirannya benar dan Hajime benar benar membencinya, Tomoya mungkin tak lagi memiliki alasan untuk hidup.

Pasalnya, hal seperti ini sudah beberapa kali terjadi dalam beberapa hari terakhir. Dan, Tomoya tak tahu lagi apa kesimpulan yang tepat selain kesimpulan bahwa Hajime diam diam membencinya.

Mungkin saatnya bagi Tomoya untuk mengikuti jalan Midori dan bundir bersamanya.

//No. Ingat Tomoya, bundir itu tidak baik

Sementara di dalam pikiran Hajime, apakah ia benar-benar membenci Tomoya? Sepertinya hal itu tidak mungkin terjadi, mengingat Hajime sangat mencintai Tomoya dengan sepenuh hati-

Sikapnya tadi tentu memiliki alasan, tetapi alasan itu bukan karena ia membenci Tomoya atau sebagainya, tetapi alasan 180° berbeda dari itu, yaitu sesuatu yang ia miliki sejak lama.

---------------------------------------------------------

Beberapa hari berlalu semenjak event Halloween itu - dimana Hajime secara tak sadar 'mengungkapkan perasaannya' pada Tomoya - dan ia merasakan sesuatu yang berbeda pada dirinya, tepatnya pada perasaannya.

Rasanya seperti ada yang mengganjal dihatinya. Wajahnya memerah, jantungnya pun ikut berdegup dengan kencang setiap lelaki berambut dirty blonde itu menyapanya. Dan tiba-tiba saja, kakinya bak berjalan membawanya menjauhi sahabatnya.

Sudah 4 hari dilaluinya tanpa berjalan pulang bersama Tomoya, dan jujur ia merasa kesepian dan kosong. Tetapi, entah mengapa setiap pandangannya menemui mata coklat itu, perasaannya terasa meluap-luap. Perasaan yang tadinya ia tahan, perlahan lahan memaksa untuk keluar, membanjiri hati lembut miliknya.

Pagi ini, Hajime bahkan pergi meninggalkan Tomoya saat ia mencoba untuk membuka pembicaraan. Tentunya ia merasa bersalah meninggalkan Tomoya yang mulai terpaku diam saat ia melangkahkan kaki menjauhinnya. Namun, rasa bersalah yang menyelimuti bahkan terkalahkan oleh rasa malu yang ada.

'Aku seharusnya tak begini... Aku seharusnya tidak menjauhi Tomoya-kun...' pikirnya.

Bingung akan perasaan itu, ia memutuskan untuk berkonsultasi pada seseorang yang ia kira akan membantunya menyelesaikan kebingungan ini.

Niichan.

...

"Nii-chan, apa Nii-chan punya waktu?" Tanyanya saat Tomoya dan Mitsuru meninggalkan mereka berdua sendirian di ruang latihan. Nii-chan memalingkan wajahnya ke arah Hajime yang kini sudah berada tak jauh darinya.

"Ada apa, Hajime-chin?" Balasnya, senyum merekah di bibir. 

"Aku ingin menanyakan sesuatu padamu..."

Mendengar perkataan Hajime, Nazuna menepuk nepuk tempat kosong disebelahnya, mengisyaratkan pada Hajime untuk duduk. "Silahkan!"

Hajime pun mengambil posisi duduk di sebelah Nazuna, lalu mulai menceritakan masalah yang ia alami.

"Uhmm... N-Nii-chan, kenapa setiap aku melihat seseorang ini, jantungku selalu berdegup kencang dan wajahku terasa panas?" Jarinya menggenggam ujung kausnya dan memainkannya. Nazuna membelalakkan matanya, terkejut akan kalimat yang keluar dari mulut sang junior. Tak disangka bahwa Hajime sudah mengalami hal-hal seperti ini.

"Oh? Hajime-chin, kau menyukai seseorang?" Tanyanya. Senyum cerianya berganti menjadi senyum yang sedikit 'nakal'.

"T-tidak!! Bukan seperti itu Nii-chan!!" Hajime mengelak akan pernyataan Nazuna. Wajahnya kembali memerah.

"Tapi kau selalu malu setiap bersama dengannya, bukan? Lihat, bahkan wajahmu sekarang memerah!" Nazuna mengeluarkan gelak tawa kecil.

"Ah!!" Hajime meletakan tangan di wajah, berusaha untuk menyembunyikan rasa malunya - tetapi gagal.

"Ahaha, Hajime-chin, tenang saja. Menyukai seseorang itu suatu hal yang wajar, kok." Ujar Nazuna, mencoba untuk menenangkan anggota unitnya yang sudah panik.

"Kalau nanti kau memiliki hal yang butuh untuk kau ceritakan tentang masalah cinta, kau bisa cerita pada Nii-chan! Nii-chan akan selalu mendengarkanmu!" Ujarnya. Matanya dipejamkan.

"B-baiklah...! Terimakasih, Nii-chan~!" Hajime sedikit menundukkan tubuhnya, senang.

"Ngomong-ngomong, siapa orang yang membuatmu merasa demikian? Produser-san? Atau seseorang dari luar jurusan idol?" Nazuna kembali melemparkan pertanyaan pada Hajime.

"Atau mungkin... Subaru-Chin?" Dikalimat terakhirnya, Nazuna berharap bahwa Hajime akan mengatakan 'tidak' pada nama Subaru.

"Tidak, bukan salah satu dari mereka..."

Nazuna menghela nafas lega, melepaskan kekhawatiran dari hatinya.

'Untung saja bukan Subaru-chin...' Pikirnya.

Ohhhh, sepertinya terlalu awal baginya untuk merasa lega. Karena nama yang kemudian keluar dari bibir Hajime benar-benar membuatnya terkesiap.

"Lalu, siapa orang itu?"

"...Orang itu adalah-" Nazuna mencondongkan tubuhnya sedikit, menunggu jawaban Hajime.

"T-Tomoya-kun..."

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top