❁ᴄʜᴀᴘᴛᴇʀ 4 - ᴅʀᴇᴀᴍ❁
.
.
.
...Di atas atap itu, tertulis sebuah kenangan yang manis, dimana dua orang saling bertukar ciuman pertama mereka. Di atas atap itu pula lah tertulis sebuah kenangan pahit, dimana sebuah penolakan cinta bisa terdengar.
Hari itu, dimana masa perpisahan bagi kelas 3 mulai mendekat, Nazuna Nito, sang leader Ra*Bits, memutuskan untuk menuangkan semua yang ia rasakan kepada 'dia'.
"Aku... Memiliki perasaan padamu!"
Kata kata itu keluar dari bibirnya, bersamaan dengan wajahnya yang mulai memerah. Angin berhembus pelan, meniup niup rambutnya yang terkena sinar matahari sore. Ditatapnya mata hitam didepannya dalam-dalam, telapak tangan digenggam dengan erat.
Gadis itu membelalakkan matanya terkejut, tak menyangka bahwa kakak kelasnya baru saja 'menembaknya'. Manik miliknya menatap ke figur yang baru saja mengutarakan isi hatinya. Ia membuka mulut perlahan, seperti sedang menahan sesuatu.
Sepersekian detik kemudian, raut wajah sang leader Ra*bits berubah 180° saat ia mendengar jawabannya.
"Maaf, nii-chan... Tapi, nii-chan adalah..."
"...kakak bagiku-"
-BEEP-
BEEP-
BEEP-
"UGYAAAA-" Adegan tadi terpotong saat Nazuna secara tiba-tiba terperanjat dari tidurnya. Tubuhnya dipenuhi dengan butiran peluh, tangan dan kakinya terasa dingin.
Mimpi yang barusan ia alami rupanya sangat mengejutkan sampai sampai membuatnya terbangun. Rasanya seperti baru saja bermimpi hantu-
"Tadi... Mimpi apa tadi?!" Ia menyentuh keningnya yang basah sambil menggeram, mencoba menyusun kepingan puzzle mimpi yang barusan ia saksikan.
Kenapa ia bermimpi menyatakan perasaannya pada gadis itu? Gadis yang tak lain adalah gadis yang selama ini terperangkap dalam pikirannya.
Atau jangan jangan bunga tidurnya ini adalah salah satu cara alam bawah sadarnya mengatakan bahwa ia menyukainya? Atau sesuatu telah mengatakan bahwa ia tidak memiliki perasaan pada Nazuna?
Masih dengan perasaan bingung, ia melirik ke arah jam di samping tempat tidurnya yang menunjukkan pukul 4 pagi. Masih terlalu awal untuk bangun dan bersiap siap. Nazuna menghela nafas.
'Karena mimpi itu-'
Rasanya ingin sekali melanjutkan tidurnya yang tadi terpotong, tetapi entah mengapa paranoia akan mimpi tadi membuatnya tetap terjaga. Manik merahnya hanya berkedip, menolak untuk tertutup meskipun ia sudah merebahkan tubuhnya diatas tempat tidur.
'Mimpi tadi terasa sangat nyata... Ada apa ya?' Pikirannya kembali pada mimpi tadi setelah berkutat dengan kasurnya. Namun, otaknya buntu ketika memikirkan jawaban selain dari fakta bahwa mungkin Nazuna menyimpan rasa padanya.
Daripada membuang-buang waktu merenung di kamarnya, Nazuna akhirnya memilih untuk bersiap siap menuju sekolah dan berangkat lebih awal dari biasanya.
.
.
.
"Konnichiwa..." Nazuna dengan lemasnya berjalan memasuki ruang latihan, disambut oleh suara energik dari anak anak kelinci yang sudah datang lebih awal.
"Ah, Konnichiwa, Nii-chan!"
"Konnichiwa, Nii-chan~"
"Nii-chan!! Konnichiwa daze~!"
Ia lalu menarik kursi dan segera duduk diatasnya. Punggungnya lekas di sandarkan kepada sandaran kursi itu, tasnya pun dijatuhkan di samping kakinya.
"Are? Nii-chan, daijoubu? Nii-chan terlihat lelah sekali," Hajime rupanya lebih cekatan dalam memperhatikan sekelilingnya. Melihat seniornya yang terlihat seperti tiada bertenaga itu, ia langsung mengutarakan kekhawatirannya.
Nazuna mengehela nafas untuk yang kesekian kalinya hari itu.
"Haa... Tenang, aku baik baik saja, Hajime-chin~ Hanya saja, tadi malam sepertinya aku kurang tidur-" Nazuna menguap, secara tak sengaja menunjukkan pada Hajime bahwa ia benar benar mengantuk.
"Kebetulan, Nii-chan, aku hari membawa lemon balm tea! Teh ini cocok untuk menghilangkan rasa lelah dan stress. Biarkan aku menyiapkannya untukmu, ehehe~" Hajime lalu berlari menuju tempat dimana ia menyimpan teh pada termos yang selalu ia bawa, menuangkan isinya pada gelas gelas yang sudah disiapkan, lalu kembali kepada Nazuna.
"Silahkan, Nii-chan~" Tangan cantiknya menyodorkan segelas cangkir putih, di dalamnya terdapat teh berwarna coklat transparan yang permukaannya ikut bergoyang mengikuti gerakan Hajime.
"Arigatou, Hajime-chin!" Nazuna lalu meneguk teh itu sedikit demi sedikit, mencegah agar lidahnya tidak terbakar akibat panas.
"Ah~ Aku merasa lebih baik!!" Nazuna berseru. Hajime hanya membalasnya dengan senyuman. "Yokatta desu, Nii-chan!"
Tiba tiba, pikirannya menangkap sesuatu yang ia sedari tadi tak sadari - yaitu kehadiran producer mereka. Pantas saja dari tadi rasanya ada yang kurang...
"Oh iya, omong-omong, mana Najima-chin? Kenapa ia belum datang juga?" Lelaki bersurai kuning itu meletakkan teh yang sudah setengah itu dan mengambil handphone dari tasnya. "Aku tidak menerima pesan bahwa ia akan terlambat hari ini..." Lanjutnya. Yang lain hanya mengangkat bahunya tidak tahu.
"Kami juga sedang menunggunya, Nii-chan. Aneh sekali, ini baru pertama kalinya ia terlambat tanpa memberitahu kita terlebih dahulu." Tomoya menambahkan, jarinya diletakkan di dagu - berpikir.
"Mungkin saja ia ada urusan mendadak, daze!! Seperti membeli roti atau ada stock roti terbatas!!" Seru Mitsuru.
"Itu kan, kau..." Tomoya hanya menjawab kalimat Mitsuru dengan raut wajah yang tak senang. "Apa aku harus meneleponnya, Nii-chan?" Tomoya menawarkan, mengingat bahwa ia adalah seseorang yang bisa dibilang paling dekat dengan Najima. Nazuna menganggukkan kepalanya, memberikan persetujuan akan tindakan yang akan dilakukan.
"Halo? Mashiro-kun? Ada apa?"
Jari Tomoya menekan fitur loudspeaker sehingga yang lain juga dapat mendengar Najima.
"Najima-san? Kau ada dimana?"
"Aku sekarang ada di- Ah dimana ya ini? aku tidak tahu... Tapi intinya aku sedang membantu Himemiya-kun. Maaf aku lupa memberitahu bahwa aku akan terlambat datang!!"
Ia rupanya menyadari alasan kenapa temannya menghubunginya.
"...T-tunggu sebentar..."
Hajime serta Tomoya dapat mendengar suara di seberang sana, berbicara sebuah suara lain yang tak lain adalah milik Tori, meskipun Najima telah menjauhkan teleponnya sejenak.
"Ah- Ano- Aku akan kesana segera setelah ini selesai! Sekali lagi maafkan aku, Mashiro-kun! Njaa, mata nee!"
Telepon itu kemudian ditutup, dilanjutkan oleh helaan nafas milik Tomoya yang sedikit kecewa. Sungguh obrolan yang sangat singkat.
"Sepertinya, beberapa hari ini Najima-san terlihat lebih dekat dengan Tori-kun... Kira kira ada apa ya?" Hajime bersuara, membuat Nii-chan sedikit terkejut. "E-eh? Benarkah?"
"Aku setuju!! Terkadang Najima-chan datang ke kelasku untuk mengobrol dengan Hime-chan, daze!" Mitsuru menambahi. "Atau mungkin Hime-chan yang pergi mendatanginya." Lanjutnya.
Nazuna merasa aneh. Ia kurang terlalu bisa memantau gadis itu, terutama karena kelas mereka yang berbeda. Meskipun sebenarnya ia bisa meminta Tomoya dan Hajime - dua orang yang sekelas dengannya - untuk memantau Najima, tapi bukankah ia akan terdengar mencurigakan?
Apakah ini ada hubungannya dengan mimpi tadi?
Menepis semua pikiran buruk, ia menepuk pipinya pelan. "Mungkin ia hanya memiliki urusan dengan Momo-chin! Lagipula itu adalah haknya untuk bergaul dengan siapa saja, bukan?" Mereka bertiga mengangguk.
"Kalau begitu, ayo kita mulai latihan hari ini!!"
Nazuna pun memulai latihan hari itu, bersamaan dengan producer bersurai hitam yang akhirnya sampai di ruangan tersebut beberapa menit kemudian.
---------------------------------------------------------
Mel/Meru❀
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top