━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━
ᴛʜᴇ ᴀᴄᴛ ᴏꜰ ʟᴏᴠɪɴɢ ᴛʜᴇ ᴏɴᴇ ᴡʜᴏ ʟᴏᴠᴇꜱ ʏᴏᴜ: ᴀ ʟᴏᴠᴇ ʀᴇᴛᴜʀɴᴇᴅ ɪɴ ꜰᴜʟʟ
━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━
ᴹᵒᵈᵉʳⁿ!ᴬᵁ
Okkotsu Yuuta x Miyuki Ai
━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━
□•□•□
█▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀█
R E D A M A N C Y
█▄▄▄▄▄▄▄▄▄▄▄▄▄▄▄▄█
□•□•□
Februari datang membawa salju bersama, menutupi Kota Tokyo dengan butiran putih halus nan dingin di setiap sudutnya. Hawa dingin yang masuk dari jendela terbuka kian menusuk, membuat Ai semakin bergelung dalam selimut. Baru saja akan kembali menumpangi kapal menuju pulau kapuk, alarm sudah berisik menyuruh bangun.
Dengan ogah-ogahan, gadis bermahkotakan surai putih tersebut langsung menyambar alarm lantas mematikannya. Posisinya telah diubahnya menjadi duduk, Ai masih berusaha mengumpulkan kesadarannya sambil menggaruk perut. Menguap sejenak lantas mulai melangkah keluar menuju dapur. Ai memutuskan untuk membuat secangkir kopi guna mengusir rasa kantuk.
Menegak cairan hitam tersebut sampai tak bersisa, gadis berusia 20 tahun tersebut kemudian berjalan menuju kamar mandi dan memulai acara berendamnya. Selagi berendam, jemari lentiknya tak henti menggulir beranda sosial media di ponselnya yang sedari tadi hanya membahas soal Hari Valentine.
Jujur saja sebenarnya ia tertarik untuk memberikan sesuatu pada sang kekasih, namun tak tahu apa sesuatu tersebut. Ingin membelikan barang atau makanan, tapi uangnya tidak ada. Ingin membuatkan sesuatu, tapi terlalu malas. Sudahlah, memang sebaiknya tak usah memberikan apa-apa. Lagi pula Yuuta juga tak memintanya.
20 menit telah berlalu, kini Ai tengah menata surai putihnya sebelum kembali melangkah menuju ruang televisi di apartemennya. Ia berniat menghabiskan waktunya dengan menonton televisi sebelum jam kuliah dimulai. Tangannya mengeklik tombol pada remot sekenanya, membuat acara televisi silih berganti dengan cepatnya.
Menghembuskan napas, ia kemudian menyambar ponsel yang berada di sampingnya untuk-sekali lagi-menggulir beranda twitter-nya. Seperti biasa tak ada yang menarik sampai sebuah postingan dari akun yang amat dikenalinya mencuri atensi dari Ai.
Kedua alis milik Ai naik satu milimeter dari tempatnya. Atensinya sekarang beralih ke simbol gembok yang berada di samping display name akun milik Yuuta tersebut. Sepertinya Yuuta lupa kalau sebelumnya mereka perah bertukar akun privat di twitter.
Ai berpikir sejenak sebelum seringai usil ia ukirkan di wajah manisnya, sementara kedua ibu jarinya sibuk mengetik balasan yang diharap bisa membuat malu sang adam.
Senyum penuh kemenangan ia ukirkan di paras eloknya, lantas menekan opsi leluar dari aplikasi burung biru tersebut. Netra kemerahannya kembali terpaku di layar televisi untuk beberapa saat, sebelum akhirnya gadis bermarga Miyuki tersebut kembali menaruh atensi pada ponsel yang tadi kembali tergeletak.
"Sekali-kali ngasih nggak apa-apa 'kan, ya?" monolog Ai sebelum bangkit dan meraih mantel serta syal miliknya.
Kaki jenjangnya melangkah menuju minimarket untuk membeli beberapa bahan yang akan ia gunakan untuk membuat donat. Benar, Ai yang katanya tadi malas membuat sesuatu sekarang tiba-tiba ingin memberikan donat buatan sendiri untuk sang adam tercinta.
Di sisi lain, sang adam tengah berusaha menahan rasa malunya yang sudah terlampau besar sendirian.
━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━
R E D A M A N C Y
━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━
Ai mengusap peluhnya kasar, lantas mengukir senyum bangga. Netra merah ruby-nya menatap mantap kepada sekotak donat yang telah ia hias sedemikian rupa. Ia terkikik geli kala pikirannya membayangkan bagaimana reaksi Yuuta yang ketika menerimanya.
Namun sedetik kemudian, wajahnya tiba-tiba tertekuk ke bawah. "Yah, jadi pengen ku makan sendiri," ucapnya sembari mengerucutkan bibirnya lucu. Sementara netranya masih menatap lamat donat-donat yang telah tersusun rapi tersebut.
Ai sontak menggelengkan kepalanya cepat. "Jangan! Ini buat Kak Yuuta!" tegurnya kepada diri sendiri, kemudian memasukan kotak yang berisikan donat tersebut ke dalam totebag miliknya.
Gadis yang memiliki tinggi tubuh 163 cm tersebut kemudian buru-buru memakai mantelnya kembali kala menyadari, bahwa waktu telah menunjukkan pukul dua belas siang. Di dalam bis, ia tak henti-hentinya mengulas senyum lantaran berbagai macam bayangan reaksi yang memenuhi isi kepalanya.
Senyumnya seketika meluntur kala melihat Yuuta yang tengah menerima coklat dari dua orang gadis di koridor gedung kampus. Ai tidak mau mengakuinya, tapi jujur saja rasa cemburu yang terlampau berat tengah melandanya saat ini. Padahal ia ingin menjadi orang yang pertama memberikan sesuatu di Hari Kasih Sayang ini kepada Yuuta, namun sepertinya tidak bisa walau ia sudah berusaha. Mengingat Yuuta yang populer di kalangan kampus tentu saja.
Ai melangkah goyah menuju kelasnya, diiringi aura suram yang membuat orang di sekitarnya menatap heran. Ia meletakkan kepalanya di meja lantas mendengus kesal. Niatnya yang ingin langsung memberikan donat buatannya begitu bertemu pupus seketika ketika melihat pemandangan tadi.
"Miyu!! Ke kantin, yuk!"
Itadori Yuuji, salah satu teman sekampus Ai yang merupakan orang kelewat semangat tiba-tiba muncul. Sedikit mengejutkan Ai karena pemuda bersurai merah muda tersebut juga menggebrak meja tempat ia meletakkan kepala.
"Nggak dulu, ah," jawab Ai sambil membenarkan posisinya. Menatap netra milik Yuuji yang berbinar semangat.
"Lah, tumben? Kenapa, deh? Diganggu Fushiguro lagi?"
"Sembarangan." Megumi yang datang entah dari mana tiba-tiba menyahut. Sepertinya ia tahu kalau ada seseorang yang membicarakannya.
"Hahahaha! Bercanda." Yuuji menepuk-nepuk pundak Megumi, lantas mengalihkan atensinya kepada Ai yang masih belum merubah posisinya kembali. "Terus kenapa? Marahan sama Kak Okkotsu?" terka Yuuji. Ia tahu betul gelagat sang hawa ketika sedang bertengkar dengan Yuuta entah apa masalahnya.
Tubuh Ai seketika menegang, mendengar nama sang kekasih yang disebutkan. "Nggak, lah!" elaknya. Yuuji ini cenayang atau apa? Bisa-bisanya dia tahu kalau dirinya sedang tidak ingin melihat pria bersurai hitam arang tersebut.
"Oh, kirain. Ya udah, kita duluan, ya? Jangan lupa nyusul!" seru Yuuji kemudian berjalan ke kantin bersama Fushiguro. Meninggalkan Ai yang hanya membalasnya dengan berdehem.
Paras eloknya kemudian ia tumpukan pada telapak tangan. Memandang ke arah jendela di mana pemandangan yang menyebalkan baginya terlihat. Menggelamkan wajahnya pada lipatan tangan kembali, pun tertidur sampai tak sadar bahwa dosen telah memasuki ruang kelas.
━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━
R E D A M A N C Y
━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━
"Ku makan sendiri saja, ah!" serunya sembari menatap totebag yang sedari tadi dijinjingnya. Suasana hatinya bertambah buruk lantaran Yuuta hari ini sama sekali tak menyapanya walau waktu kuliah telah habis.
"OKKOTSU YUUTA!! KAMU NGESELIN!" Ai berteriak sendiri, merutuki laki-laki yang sejak pagi membuat mood-nya berantakan. Untung saja sekarang daerah halte tengah sepi, sehingga tak apa mengeluarkan uneg-unegnya di sini.
"Lho? Emang aku ngapain sampai bikin kamu kesel?"
Tubuh Ai menegang kala mendengar sebuah suara yang amat dikenalinya. Dengan gerakan patah-patah, ia menoleh ke arah di mana Yuuta tengah berdiri seraya melayangkan tatapan heran kepadanya.
Wajah Ai semakin ditekuk ke bawah begitu melihat paperbag yang tengah dijinjing Yuuta. Ia seratus persen yakin, bahwa isi dari paperbag tersebut tak lain dan tak bukan adalah coklat dari para gadis tadi.
"Nggak, bukan apa-apa," jawab Ai ketus, seketika langsung mengalihkan pandangannya ke depan.
Yuuta menaikkan kedua alisnya heran. Sepertinya mood sang gadis tengah buruk saat ini.
"Mood-mu jelek?" tanya Yuuta memastikan. Sepertinya tak sadar bahwa pertanyaannya barusan bisa saja membangkitkan sifat buas milik Ai.
"Menurutmu?"
'Kan.
"O-oh, gitu." Yuuta gelagapan. Dengan enggan ia berdiri di samping Ai, menunggu bus datang menjemput pulang.
Hening menyelimuti suasana di antara mereka berdua. Hanya suara kendaraan yang berlalu-lalang serta buaian dersik angin musim dingin yang mengisi. Keduanya masih enggak berbicara meskipun hanya mengeluarkan sepatah aksara. Canggung.
"Cie, yang dapet coklat banyak."
Yuuta menegang seketika. Ia mengerling takut-takut kepada sang hawa. "I-iya, mau dimakan bareng?"
Ai melirik sekilas. "Nggak dulu. 'Kan buat Kak Yuuta, masa' aku ikut makan?"
Sang adam menggaruk tengkuknya yang sama sekali tidak dirasa gatal. "Nggak apa-apa 'kan? Lagian aku nggak begitu suka coklat."
Ai memutar bola matanya jemu. "Meh."
Yuuta menarik napasnya perlahan. Baru saja ingin membalas, tiba-tiba hal memalukan tadi pagi lewat di pikirannya. "O-oh, soal tweet-ku tadi pagi ...." Yuuta menggaruk pipinya yang bersemu. Semakin diingat-ingat hanya semakin membuatnya malu.
Sang hawa menoleh, ia paham betul ke mana arah pembicaraan ini akan pergi. "Apa? Soal hadiah? Maaf saja, tapi aku nggak ada waktu sama duit buat bikin ataupun buat gituan," jawabnya cepat.
"Masa' sih? Terus totebag-mu isinya apa? Bukannya donat yang kamu buat?"
Rona merah seketika menjalar ke setiap sudut paras elok milik Ai. "H-hah?! Kenapa nanya begitu? Kepo banget!" Serius, kenapa Yuuta bisa menebak isinya dengan tepat.
Yuuta memainkan kedua pipinya, menggembungkan pipi kanan dan kirinya secara bergantian. "Karena ... kamu nggak pernah bawa totebag ke kampus?"
"Ya ... nggak salah, sih. TAPI KOK NGERTI KALAU INI ISINYA DONAT?!" Kelepasan 'kan.
Pemuda di depannya tersenyum penuh kemenangan. Rencana memancing Ai untuk mengatakan yang sejujurnya berhasil dilakukannya. Terima kasih untuk Megumi yang sebelumnya memberi tahunya terlebih dahulu.
"Nebak saja, sih," jawab Yuuta sekenanya.
"Bohong dosa, lho."
Terkikik geli, Yuuta lantas mengatakan yang sebenarnya. "Iya, iya. Fushiguro yang ngasih tau ke aku, sih."
"Dahlah." Ai benar-benar pasrah. Rencana memakan donat buatan sendiri gagal sudah. Mempercayai Megumi memang pilihan yang salah baginya.
Yuuta tertawa keras melihat reaksi sang hawa yang benar-benar pasrah. "Udah ketahuan 'kan? Sekarang cepet kasih ke aku." Ia mengulurkan tangannya.
Ai sontak menatapnya horor. Pemuda di depannya benar-benar memiliki kepercayaan diri tingkat tinggi. "Siapa bilang ini buat Kak Yuuta?"
"Fushiguro."
"Oh."
Gadis yang mengambil kurusan komunikasi tersebut langsung mengusap rambutnya kasar. Biarlah, lagi pula niat awalnya memang seperti itu.
"Ya sudah, nih. Jangan protes gara-gara udah dingin, lho." Ai memperingatkan.
Yuuta hanya mengangguk geli. Lantas membuka kotak berisikan donat tersebut dengan semangat. Dikunyahnya dengan senang donat tersebut perlahan. Serius, rasanya enak banget.
Senyum lembut ia torehkan kala memergoki sang gadis yang menatapnya lamat. "Mau?"
Ai, dengan muka yang memerah menggeleng. "Nggak."
"Yakin? Enak, lho."
Menggigit bibir bawahnya, Ai lantas berseru lantang, "Ya udah kalau Kak Yuuta maksa!" Tangannya sontak mengambil donat yang ditaburinya dengan choco chips, pun melahapnya dengan senang. Benar apa kata Yuuta, donat buatannya ternyata memang enak!
Yuuta menatap lamat sang hawa. Ia tersenyum lembut kala melihat mood milik Ai yang sepertinya sudah membaik.
Makanan emang yang terbaik buat balikin mood dia, ya.
-FIN-
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top