Selfie [Quartet Night]
Kotobuki Reiji
Jalan-jalan dengan senpai ramah seperti Kotobuki Reiji sangat menyenangkan. Ia bisa menciptakan suasana yang nyaman. Di hari libur, kalian menghabiskan waktu bersama di sebuah bazaar.
"Penampilanmu imut sekali, kouhai-chan," puji Reiji mengacak rambutmu.
Meski menanggapi dengan tersipu, dirimu tetap berterima kasih kepadanya. Bazaar yang kalian hadiri di sini lebih mirip penutupan acara musim panas sehingga kautertarik melakukan cosplay dengan seifuku (seragam sekolah). Tak hanya kau, banyak juga yang berdandan dengan kostum unik.
"Mau foto bersama yang dicetak di sana?" ajakmu yang menunjuk sebuah stand khusus mencetak foto dengan latar menarik. Tak hanya itu, beberapa pengunjung juga menggunakan papan dan aksesoris yang menarik saat dipotret.
Reiji mengangguk. "Tentu saja!"
Saat kalian sedang mengantre, terlihat dua laki-laki yang sedari tadi melirik ke arah kalian. Reiji menyadari hal itu awalnya menganggap angin lalu.
"Gadis di sebelah cowok bertopi putih itu manis sekali. Bagaimana kalau kita ikuti dia dengan mengajak foto lalu main bersama!"
"Ide bagus!"
Reiji tersenyum saat mendengar pembicaraan barusan; takkan membiarkan hal itu terjadi. Ia memegang bahumu. Menggeserkan posisi kalian sehingga dirimu tidak terlihat oleh kedua laki-laki itu.
"Se-senpai?"
"Tuh, sudah giliran kita." Reiji menarik pergelangan tanganmu lalu menghampiri latar.
"Sudah siap di foto? Mau pakai aksesoris?" tanya sang pembidik mengeluarkan sekotak pernak-pernik.
Dirimu segera mengambil papan hitam bertuliskan "I'm Happy" di dalam kotak. Reiji juga mengambil papan hitam. Kamera DSLR mulai tersemat kokoh dengan tripod.
"Dalam hitungan ketiga, kalian siap ya. Satu... dua... tiga!"
Reiji merangkul bahumu.
Dibantu pencahayaan yang memadai, foto kalian telah tercetak dengan sempurna. Usai kalian telah berfoto bersama, manik abu-abu Reiji memandangi kedua pemuda yang mulai merasa terintimidasi. Reiji melempar tatapan tajam, melampirkan isyarat 'jangan-coba-dekati-gadisku-atau-kalian-tamat'. Alhasil, kedua laki-laki itu berdecak kesal lalu segera pergi dari sana.
Lain halnya kau yang asyik memandangi hasil cetak foto, ternyata Reiji memegang papan bergambar panah mengarah kepadamu dengan bertuliskan "She's Mine". Wajahmu pun memanas. Kautoleh Reiji telah mengulurkan tangan kepadamu.
"Ayo. Mau ke mana lagi?"
Mungkinkah pemuda itu sengaja atau memang salah mengambil papan itu?
Kurosaki Ranmaru
Kurosaki sedang memetik pacarnya. Bukan. Melainkan bass tercintanya. Bukan sekali dua kali dirimu telah dicueki seperti ini meskipun berada di dalam ruangan yang sama.
Dirimu kebosanan. Sangat merasa bosan karena tidak ada interaksi di antara kalian--- apalagi dirimu hanya bisa terus menatap pemuda judes itu sepanjang waktu.
Mulailah kauterpikir sebuah ide jahil.
"RanRan, foto bareng, yuk!" ajakmu memeluk bantal. Tangan kananmu pun telah siaga memegang ponsel.
"Malas. Foto saja sendiri di sana."
Tentu saja kautahu pemuda itu akan terang-terangan menolakmu, tanpa memberi pertimbangan.
"Cih."
Namun, menjahili Kurosaki seolah bukan ketakutan melainkan tantangan bagimu.
Cekrek. Cekrek. Cekrek.
Kurosaki memelototimu--- menoleh saat kamera ponselmu pas membidik visual wajahnya.
"Kau...."
Dirimu tersenyum puas. "Karena aku tidak bisa foto bersamamu, mengambil gambarmu juga sudah cukup~"
"Kemarikan ponselnya!" tegur Kurosaki mengarahkan jemarinya. Karena jarak kalian cukup jauh, ponselmu tak tergapai karena ada di genggamanmu.
Dirimu berdiri sambil mengecek foto satu per satu. Ada sebuah foto Kurosaki yang bisa terbilang aib--- terpotret dengan mata terpejam dengan mulut menganga lebar. Sepertinya tadi pas menguap, kaumembidik gambar dengan posenya yang sama sekali tidak keren sebagai idola.
"Pfft! Matanya kedip! Haha...." tawamu yang kautahan setengah mati dengan membekap mulut.
"Tawa apaan? Sini fotonya!" Kurosaki pun meletakkan bass, hendak menghampirimu.
Sambil tertawa yang tak lagi bisa dikendalikan, kaumengusap air mata yang menitik saking lucunya.
"Hashtag yang cocok apa ya? Ah! Yang cocok itu... #ranranjugamanusia #ranranaib."
Tanpa kausadari, Kurosaki ternyata mengekang posisimu. Tangan kananmu terkait jemarinya sambil bersandar dengan dinding, begitu pula dengan tangan kirimu. Wajah Kurosaki mendekati wajahmu pula. Otomatis, tawamu yang awalnya membahana langsung buyar.
"Ranran! Wajahmu terlalu de---" panikmu yang merasakan dadamu berdesir kencang.
"Gotcha," ungkapnya menyeringai ketika ponselmu telah berada di tangannya.
Kau membelalak. "Ranran! Ponselku!"
Kurosaki pun berjalan mundur sambil mengetuk layar ponselmu. "Kuhapus."
Tidak terima, kakimu telah bergerak mengejarnya. Namun beberapa langkah kemudian, Kurosaki telah berhenti berlari. Ia berbalik badan lalu menarikmu dengan merengkuh pinggangmu.
"Jangan buat aib aneh seperti itu kepada laki-laki lain. Cukup hanya aku." Kurosaki mengembalikan ponselnya kepadamu.
"Ha-habisnya tadi Ranran asyik sendiri, sih!" gerutumu membuang muka.
"Karena kita sudah berada di luar ruangan, ya sudah. Kalau tidak mau, terse---"
"Ya mau, dong!"
Kapan lagi cowok tsundere itu mau lagi diajak foto berdua selain hari ini?
Mikaze Ai
Seperti biasa, Mikaze Ai--- si cowok kalem itu bisa kautemui di sekitar. Mumpung sedang santai, kauingin mengajaknya foto bersama. Seperti biasa, ponselmu ada di genggaman.
"Ai! Foto bareng yuk!" ajakmu bersemangat menghampirinya.
Ai memandangi ponselmu. "Untuk apa?"
"Ya... untuk dikoleksi atau dijadikan foto profil kalau bagus," jawabmu kaku.
Ai mengangguk kalem lalu berkata, "Menurut penelitian, selfie bisa menyebabkan dampak negatif seperti mengganggu kenyamanan bagi orang lain. Beberapa kasus yang telah terjadi, sejumlah orang yang meninggal karena sangat mengandrungi selfie secara ekstrem."
Tubuhmu bergidik mendengar Ai berkata demikian. Namun, tidak bisa kauelakkan bahwa pemuda itu merupakan Artificial Inteligence yang menerima berbagai data. Entah pengetahuan yang didapatnya disortir atau tidak, sebenarnya data itu benar adanya.
Intinya, dirimu ditolak secara halus.
"Y-ya sudah kalau tidak mau."
"Cuma bilang. Tapi aku tidak bilang tidak mau, kok."
Manikmu berbinar. "Berarti boleh, dong?"
Ai mengangguk. "Tapi karena kita foto berdua, semestinya kau tetap baik-baik saja," Ai lalu mengitari sekeliling menambahkan, "di sini juga aman."
Tanganmu mengarah ponsel untuk membidik kalian berdua dengan kamera depan. Desiran perlahan muncul pun bersemi meski menggelitik perasaan. Sepertinya salah satu impianmu telah terkabul.
Selfie Mission: Success.
Camus
"Camus, selfie yuk!"
Camus yang sedang menyesap cairan hitam manis lalu meletakkan cangkir porselen itu ke meja.
"Selfie hanya untuk orang yang lebay."
"Maaf?" kejutmu mendengar sebaris kalimat barusan.
Camus menyibak rambut hijau terangnya. "Mukaku tidak bisa diabadikan dengan seenaknya. Apalagi denganmu yang cuma seorang rakyat je---"
Cekrek.
"Kira-kira hasilnya oke nggak, ya?" gumam Cecil memandangi layar ponsel.
Camus memelototi Cecil sedangkan dirimu pun menyeringai kaku.
"Kerja bagus, Cecil," ucapmu yang masih sempat-sempatnya mengacungkan jempol.
"Aku membelikanmu ponsel bukan untuk mengisengiku, tahu?" Camus memijat dahinya.
"Camus-san jangan dibawa serius, dong. Santai, bung. [Name] mau ngajak selfie biar bisa dicetak jadi album."
Manik biru terang Camus melebar. "Album?"
Cecil mengangguk. "Yup. Terus kalau sudah selesai foto-foto, kita semua bisa melihatnya di pigura ruang tengah biar jadi kenang-kenangan. Kalau tidak mau sekarang, ya sudah langsung dicetak saja tanpa Camus-san!"
Camus melihatmu sekilas lalu mendesah. Ia langsung mengambil ponsel. Siasat bekerja sama dengan Cecil rupanya berjalan mulus.
"Bukan berarti aku yang mau. Ini demi keinginan semuanya."
A/N :
Hai semuanya~~~
Yang sudah nonton episode perdana utapri season keempat mana suaranya? Openingnya tjakep sekali yha ;;
Sedihnya agashii mungkin nunggu banyak episode dulu karena didera uts minggu depan (sob).
Habis ini bakal slow update lagi (padahal sebelumnya emang gitu/ lol). Ke depannya nanti bakal rilis songfict rikuesan dan one shot.
Thanks for reading!
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top