Propose [St☆rish ]
Shinomiya Natsuki
Kau menunggunya di sebuah kafe outdoor. Anehnya, kafe itu kini hanya terdapat dirimu yang ditemani kursi-kursi kosong. Hari mulai menjelang malam, ditandai oleh angkasa jingga.
"Natsuki mana sih?"gumammu telah melirik arloji beberapa kali.
Namun kau menemukan seseorang di balik kostum piyo-chan raksasa.
Kau terkekeh. Kau sudah tahu pemuda itu sejak awal. Tapi kau diam saja, menerima uluran tangan pemuda itu. Kalian berdansa bersama.
Pats.
Listrik pun padam. Dan seluruhnya jadi gelap gulita. Kau benci gelap karena kau tak bisa lihat apa-apa. Namun kau merasakan dekapan hangat dari kostum anak ayam kuning itu.
Bagaikan kedipan mata, lilitan lampu LED telah berpendar-pendar mengelilingi kalian. Belum sempat kau bereaksi kagum, kau ditarik olehnya. Dipersilakan duduk di sebuah kursi kosong.
Dan ia datang membawa sebuah notes.
"Mister piyo, boleh kulihat wujud aslimu?"tanyamu terkekeh. Ia menggeleng cepat lalu mengarahkan notes ke hadapanmu.
Konbanwa, [Full Name]-chan ♡
Kau mengangguk. "Konbanwa,"
Ini Mister Piyo. Maaf tadi aku mengejutkanmu dengan sengaja memadamkan listrik.
"Nggak apa, toh nggak lama,"ucapmu menyahut notes itu.
Sekenanya, aku sempat merasa malam yang gelap sejenak seperti duka maupun kendala yang mungkin kita alami.
Kau membaca teks itu.
Dan sinar gemerlap bagaikan masa suka yang kita alami. Intinya, [Name]-chan, apa kau mau menjadi pasangan hidupku? Menjalaninya bersama-sama?
Dari Mister Piyo,
Shinomiya Natsuki
Kau menekap sebagian wajahmu ketika wujud anak ayam itu berubah menjadi kekasihmu. Tanpa berkata apa-apa, kau langsung mendekapnya.
"Apa aku bisa menolakmu?"
"Kuanggap jawabanmu ya, loh, [Name]-chan♡"
Ichinose Tokiya
Kau dan Tokiya duduk di sebuah restoran yang menyajikan masakan Cina. Setelah kalian memesan menu, tak lama kemudian seorang pelayan menyodorkan sepiring kue kering.
"Ini apa?"tanyamu kebingungan.
Pemuda berambut indigo itu tersenyum, "Kupaslah kue itu. Namanya Fortune Cookie."
Terdapat tiga buah yang membuatmu penasaran.
Kau membuka keping kue kering pertama. 'Will you be my only one, for me?'
Kau menggeleng. Pemuda itu melirik ke kue itu, meneruskan untuk membuka kue itu.
Kepingan kedua. 'I am terribly in love with you, so will you choose me to be yours?'
Kepingan ketiga. Bukan lagi selembar kertas yang kau temui, melainkan sebuah cincin.
"Kali ini kau sudah mengerti maksudku, 'kan?"tanyanya memegang dagumu. Wajahmu memerah, memberi respon berupa anggukan.
Aijima Cecil
Kau dan Cecil duduk di sebuah taman. Taman itu terdapat kolam yang tenang, memantulkan wajah kalian sekaligus bulan yang terang menghiasi angkasa.
"[Name], apa kau pernah terpikir keluar dari sini?"
Kau memiringkan kepalamu, "Keluar?"
Seumur hidupmu, kau memang belum pernah berjelajah ke dunia lain.
"Kalau aku mengajakmu untuk bersamaku tetapi bukan di sini, bagaimana?"
Manikmu membulat penuh. "Ke mana?"
Ia menekuk lutut kirinya lalu jemarinya menyambut jemarimu. "Agnapolis."
Laki-laki di hadapanmu ini memang bukan berasal dari negeri yang sama denganmu. Ia memiliki darah campuran. Kulit gelapnya yang eksotis itu cukup menjelaskan karakteristiknya yang hangat.
"Aku ... tak tahu,"jawabmu ragu.
Ia mengecup jemarimu, "Aku akan meyakinkan hidupmu bahagia bersamaku. Dan kau tahu, aku tak bisa berada di sini lebih lama lagi."
"Kenapa?"
Pemuda itu tersenyum, "Karena aku ingin mewujudkan bahwa hanya aku satu-satunya pria yang menyematkan cincin di jari manis kirimu ini, [Name]."
Wajahmu memerah, menghindari tatapannya.
"Tapi aku belum pernah membuat paspor, jadi aku tak bisa ke sana,"
Cecil tersenyum lebar, "Kalau begitu, kita urus besok semuanya. Kuanggap kau menerima lamaranku!"
[Name] menganga. "Aku belum bilang oke, loh?"
Cecil mencubit pipimu, "Kuyakin kau juga takkan menolakku, 'kan♡"
Jinguji Ren
Ren mengundangmu ke sebuah acara pernikahan kakak laki-lakinya. Ya, kau juga kekasihnya. Oleh karena itu, kau diwajibkan pergi.
Selama kalian menikmati acara, ternyata pesta pernikahan itu diakhiri dengan pelemparan bunga.
"Kalian tahu mitos lemparan bunga pengantin?"tanya seorang host memulai sesi pelepasan acara.
Semua orang yang berada di sana menyimak.
"Bila mendapatkannya dan statusnya single, dia akan mendapat kekasih. Jika sudah taken, dia akan segera menikah!"
Disambuti oleh seruan heboh, kau menggeleng kepala. Tidak percaya akan mitos itu. Namun Ren mengusap dagu lalu menatapmu.
"Lady, aku akan berusaha mendapatkan bunga itu untukmu,"
Kau menggeleng, "Jangan terlalu banyak berharap, itu 'kan cuma mitos."
Abang Ren dan pengantinnya berada posisi membelakangi peserta yang siap menangkap bunga. Kalian berdiri di tepi kiri mereka.
Satu kali, mereka tidak melemparkannya.
Kedua kali, sama saja.
Dan ketiga kalinya ...
Sebuket mawar merah itu akhirnya mengudara sementara, membuat seluruh peserta menjerit histeris. Hanya saja, bunga itu mengarah kepadamu dan Ren. Jadi, kalian berakhir menangkap bunga itu bersama-sama secara spontan.
Kau langsung merasakan keringat dingin mengucur di pelipismu.
"Wah! Ini akhir yang mengejutkan!"ucap host acara bersuara setelah hening sejenak di antara kalian.
Ren mengedipkan manik kanannya lalu memeluk pinggangmu.
"Lady, karena kita telah menangkapnya bersama-sama, apakah ini artinya kau ini tidak sabar ingin kulamar?"
Seisi tamu undangan terutama kaum hawa berseru.
Wajahmu langsung memerah. "B-bukan! Buketnya terlempar ke arah kita, jadi kutangkap saja!"
"Aku baru saja mau melamarmu, jadi apa kau mau menjadi istriku, [Name]?"
Kau membatu.
Abang Ren terkekeh, "Kurasa aku bisa mempercayakan masa depan adikku kepadamu, [Name]."
"HEEE-----"
Ada yang bilang, jodoh itu tidak akan ke mana-mana. Bagaikan magnet dengan kutub berbeda, tetapi dapat saling menyatu.
Ittoki Otoya
Di taman, kau duduk bersama Ittoki. Biasanya kalian menghabiskan malam minggu untuk sekadar bercengkrama atau makan bersama. Hanya saja, Ittoki kali ini jadi lebih diam daripada biasanya.
"[Name]-chan, apa kau mau melihat atraksiku?"
Sebagai idol, ia memang beberapa kali berlatih sulap bersama sang senpai, Reiji dan partner-nya, Tokiya.
"Ulurkan tanganmu, ya,"
Kau menuruti ucapannya. Di dalam tasnya, ia mengambil sebuah topi bundar berwarna hitam dan tongkat mini. Ia berdiri di hadapanmu, hendak mengangkat tongkat itu menuju pinggir topi yang telah ia balik. Sayangnya, sulapnya berakhir miris karena sebelum ia berkata-kata, sang merpati keluar lebih dulu.
"Hee! Seharusnya dia melakukan sesuai instruksiku!"Ittoki mulai panik melirik ke arah merpati.
Sempat merasa geli, paruh merpati itu menjatuhkan sebuah cincin emas putih di telapak tanganmu.
"Ci-cincin?"tolehmu ke arah Ittoki yang berbalik badan. "Ittoki, maksudmu ini apa?"
Kau bisa melihat garis merah di kedua pipinya. Ia berbalik badan lalu bertekuk lutut memegang kedua tanganmu.
"Walaupun aku sempat gagal, apa kau tetap mau bersamaku?"
"E-eh? Tentu saja, kenapa tidak?"kejut dirimu merasa wajahmu panas. Hal itu ikut menyebar, terjadi kepada Ittoki.
"Ka-kalau begitu, menikahlah denganku, [Full Name],"
Kau langsung memegang kedua pipimu, "Jadi ini lamaran?"
Pemuda itu mengangguk, "K-kau takkan menolakku, 'kan?"
Syo Kurusu
"[N-Name],"
Kau mengernyitkan dahi ketika menatap pemuda itu. Masalahnya, ia berada di ketinggian.
"Kau sedang apa sih, Syo?"
Laki-laki berambut kuning itu menggaruk kepalanya yang tak gatal. "Anu, itu ... aku ..."
Kau berkacak pinggang. "Turun sana."
Daripada menurutimu, dia malah memanjat dan kini berada di atas pegangan balkon.
"[Name], aku suka banget loh denganmu!"
Mendengar seruan itu, wajahmu memerah.
"Aku juga suka tapi kenapa kau harus seperti i--"
"Aku tak tahu kalau aku bisa dianggap gila atau apa, tapi aku ingin mengatakan sesuatu. Tetap di situ,"Syo berseru, yang sukses memunculkan beberapa orang di sekitarmu melirik kalian ingin tahu.
Memalukan memang, bahkan wajah laki-laki itu telah memerah.
"Aku tak bisa bertingkah dewasa seperti yang lain tapi aku ingin hidup bersamamu,"
Kau tahu tetapi kau tetap menyukainya. Pemuda itu tahu kau diam karena mendengarnya berbicara lebih lanjut.
"Intinya, aku menyukaimu dan menikahlah denganku! Kalau kau terima, aku akan melom--"
Kau mendesah, "Kutolak,"
Syo meneguk ludah, "Hee-- Kau bahkan belum sempat mempertimbangkannya!"
Sebuah tawa menghiasi wajahmu. Syo tahu itu tawa tulus yang biasa kau tunjukkan kepadanya.
Pejalan kaki di sekitarmu menatap kalian ingin tahu. Beberapa di antaranya sudah protes akan jawabanmu namun kau abaikan.
Kau berkata, "Aku menolak karena jika kau melompat dari sana, kau akan mati. Dasar."
Syo berbalik badan lalu berderap turun menghampirimu. Sebuah pelukan hangat menjalar di tubuhmu. Para pejalan kaki seolah sedang menonton drama gratisan memberikan tepuk tangan meriah.
"Syo, kau sadar kalau kita sekarang jadi sorotan?"tanyamu membenamkan wajah di bahunya.
Laki-laki itu terkekeh, "Yang penting kita bahagia, malu-malunya juga dibagi dua♡"
Hijirikawa Masato : Proposal Charm
"Masa-kun, apa kau tidak terlalu berlebihan?"
Di hadapanmu kini terdapat sebuah meja dengan bertebaran jimat-jimat.
"Tolong dibuka satu per satu, [Name]-san,"ucap Masato, si pemilik mole di bawah manik kanannya itu.
Kau dan dia pacaran jarak jauh. Kalian kerap merasa canggung tetapi hal itu masih bisa teratasi. Akhirnya kau membuka jimat yang dibungkus kain itu.
'Semoga kau beruntung'
'Semoga kau sukses'
'Nilai semestermu terus meningkat'
'Semoga kau tetap mencintaiku dan mau menikah denganku'
Kau mengerjap setelah membaca jimat terakhir. Kau menggaruk kepalamu yang tak gatal.
"Ini lamaran?"
Berbeda dengan yang biasa kau lihat-lihat di televisi, dia memberimu jimat.
"Kalau kau menolak, sesuai tradisi, aku akan menerima apapun keputusanmu sambil menerjunkan diri bersama air terjun. Aku akan menjadi biksu."
Kau menganga. Dasar waterfall fetish.
"Kalau aku terima?"
"Maka aku akan bersamamu sepanjang hidupmu. Sampai maut melepas kita."
Kau menulis jawabanmu di bawah pernyataan jimat itu. Dan pemuda itu menerima jimat itu darimu, menarikmu ke dalam dekapannya.
A/N: Kemarin-kemarin lagi edisi baper -- jadinya yha gini tentang lamaran (lol) :"3
Ada part QN, jadi nantikan saja ya ♡
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top