My Bad Bodyguard - [Kurosaki Ranmaru x Reader]

Requested by Kizunaaa117

Suasana ricuh kini berlangsung ditandai dengan aktivitas santai di sebuah game centre. Kamu berdiri di sebuah taiko -- permainan musik drum.

Now on playing : [Fav Singer] - [Fav Song]

Kamu tersenyum bahagia akhirnya ini kali pertama bisa bermain sebagai orang biasa. Yup, kamu adalah anak seorang jendral kepolisian ternama di negeri Sakura.

Dhuag! Duk! Dhuag!

Seisi pengunjung game centre akhirnya terfokus ke arah suara keras -- tinju disertai pukulan keras. Yang jelas, kamu baru saja mengangkat stik drum. Kamu bahkan belum sempat membanting dengan semangat yang membara.

"[Name]-sama!"

Kamu melihat laki-laki jabrik berambut abu-abu terang itu menghampirimu.

"Ah, ketahuan, deh,"gerutumu membiarkan lagu kesukaanmu berlantun dengan meninggalkan miss point beruntun.

Kurosaki membersihkan tindakannya dengan menepuk permukaan jemarinya, "Ketahuan, katamu? CEPET PULANG!"

"Huweee-- nggak mau! Aku belum sempat main!"kamu menepuk-nepuk punggungnya.

Namun meski kamu mengelak sebisamu, laki-laki bernama Kurosaki Ranmaru itu mengangkutmu ke bahu bidangnya.

Siapapun pasti awalnya akan menyangka kamu sedang diculik oleh seorang berandalan. Namun kenyataannya, laki-laki bermanik heterokrom itu adalah bodyguard yang direkrut ayahmu. Spesial untuk menjaga seorang [Full Name]

My Bad Bodyguard
Pair : Bodyguard! Kurosaki Ranmaru x Reader

Warning : OOC, AU, dan sedikit umpatan kasar
By agashii-san

"Dasar jahat!"keluhmu selama perjalanan pulang diantar dengan Kurosaki yang mengangkutmu sebelum masuk sedan hitam metalik.

Tepat ia membuka pintu mobil, kamu pun digendong dan duduk di jok belakang.

"Cih, sedikit lagi kau itu bisa-bisa diculik, tahu?"

"Haaah---?"

Flashback - 20 menit yang lalu

Kurosaki berlari mengikuti mesin pelacak yang sengaja disematkan di dalam ranselmu.

Mesin pelacak menunjukkan lokasi -- Shining Game Centre.

"Cih, bocah itu malah kabur buat main!"

Ia berlari -- sekitar dua ratus meter melangkah, ia menoleh ke kanan dan ke kiri untuk menemukan eksistensimu.

Aha! Dia berhasil menemukanmu tetapi terdapat kedua makhluk iseng yang terus menerus melirikmu dengan tatapan jahil.

"Kita ajak dia main bersama kita!"

"Ide bagus untuk menghabiskan waktu luang!"

Kurosaki mendekati kedua makhluk yang terkikik dengan khayalan busuk mereka. Setelah beberapa kali membuat bunyi gemeretak sendi-sendinya terhadap jemarinya dan lehernya sebagai pemanasan, ia langsung dengan sigap menggencarkan bogem mentah.

"Lebih baik kalian pergi sebelum aku benar-benar akan menyepak kalian ke neraka!"

Dan di saat itulah, kamu meratapi nasib belum berjodoh dengan taiko-kun.

Kamu bergeming -- tidak sadar kalau merasakan tanda bahaya terjadi kepada dirimu. Kamu melihat Kurosaki duduk di sebelahmu. Satu tahun yang lalu, ayahmu merekrutnya sebagai bodyguard-mu karena kamu kerap mengalami penculikan.

Padahal kamu yakin bisa mengatasi masalah itu -- walau tidak intensif dalam pembelajaran, kamu pernah menjalani latihan bela diri. Kamu tidak pernah diculik dalam jangka waktu yang panjang -- maksimal seharian penuh dan tersangka yang menjadi pelaku biasanya berakhir naas.

Walau kamu berpenampilan feminin, salah satu impianmu adalah menjadi polisi. Dan jawaban untuk impianmu itu bagi orang tuamu adalah : TIDAK. Selain masih adanya paradigma yang telah menjadi rahasia umum gender -- pandangan bahwa 'wanita lebih lemah daripada laki-laki'. Alasannya simpel, mereka khawatir kamu terluka.

Di samping kursi bagian depan, terdapat ayahmu yang duduk di sebelah kursi sebelah supir.

Seolah anak yang tengah merajuk dan mencari beking -- kamu menunjuk Kurosaki, "Otou-san, setidaknya suruh dia mengubah penampilannya, deh. Mana ada orang yang percaya kalau dia bodyguard-ku? Orang mengira aku berteman dengan berandalan!"

"Haah? Gaya-gayaku cocok aja, tuh!"sanggahnya melirikmu sinis karena kamu menyinggungnya.

Ayahmu terfokus ke jalanan kemudian terkekeh keras, "Justru dengan penampilan kasual seperti itu, ia akan sulit dicurigai sebagai bodyguard-mu."

"Tetapi anak kepolisian seharusnya juga butuh bela diri kan?"selamu lagi tidak ingin menyerah begitu saja.

"Lain kali, ya?"

Kamu pun mendecih. Kamu berharap tidak selalu mengandalkan kemampuan orang lain. Menjadi mandiri, salah satu sikap yang ingin kamu bangun malah dihambat.

☆ ☆ ☆

"[Name]?"

Hanya di sekolah, kamu benar-benar bebas. Sahabatmu, Miyu-chan menegurmu. Dia lumayan tahu banyak soal kehidupanmu sebagai anak jendral kepolisian.

"Haaah--"desahmu membaringkan kepalamu di meja.

"Nasibmu dengan bodyguard-san, bagaimana?"

Alismu bertaut. Hubungan kalian selalu begitu-begitu saja. Berselisih. Kamu tidak pernah mengambil hati ucapannya yang selalu jutek kepadamu -- kamu yakin ia juga demikian.

"Dia menyebalkan,"gusarmu menjawab singkat.

Miyu menopang dagu, "Kalau aku tidak punya pacar, aku akan meliriknya, loh. Seharusnya kau beruntung!"

Kamu mengernyitkan dahi. Secara fisik, Kurosaki Ranmaru pasti disukai karena terlihat bad boy. Padahal kamu yakin dia akan mewek seharian kalau tidak makan daging setidaknya tiga kali seminggu.

Sebuah bohlam imajiner hadir di benakmu. Walau Kurosaki selalu terlihat menyebalkan di sisimu, dia selalu datang menyelamatkanmu ketika dalam situasi bahaya. Meskipun ayahmu juga memberi Kurosaki berupa honor dalam melindungimu, kamu merasa dengan uang saja kurang cukup.

"Meskipun begitu, aku ingin berterima kasih kepadanya, sih."

Miyu menyikutmu kemudian memandangmu dengan tatapan selidik, "Sekadar berterima kasih atau ...?"

"Terima kasih, kok!"

Mungkin ada baiknya kamu mengubah hubungan di antara kalian selain berselisih tiada henti. Lagi pula, Kurosaki adalah anak teman ayahmu yang lebih tua dua tahun darimu. Namun selain itu, ada motif lain kamu berusaha menyampaikan rasa terima kasihmu.

Kamu akan mengusirnya sebagai bodyguard-mu secara tidak langsung. Baru rencana, tetapi kamu mulai berantusias kalau idemu bisa dicoba.

☆ ☆ ☆

Ternyata memasak tidak semudah yang kamu pikirkan. Meski sudah dibimbing oleh koki yang biasa memasak di rumahmu, kamu menahan emosi yang memuncak. Talenan yang terbuat dari kayu yang kamu gunakan untuk memotong sayuran berakhir miris -- terbelah dua.

Memang, kekuatan yang diwarisi keturunan tidak bisa dibantah eksistensinya.

Daging ayam yang kamu cincang berhamburan kamu letakkan di loyang kemudian beralih memotong bawang putih. Berencana memotong sampai halus, kamu lupa untuk tidak mengubah pisau.

Chop.

Kamu menjerit histeris. Jari telunjukmu teriris pisau. Akhirnya darah mulai mengucur. Koki rumahmu menyingkirkan pisau kemudian mendorongmu keluar dari dapur.

"Nona [Name], segera cari P3K! Masakan ini biar saya yang urus!"

Sambil meraba jemarimu yang malang, kamu membuka mulut, "Tapi masala--"

BLAM.

Ditolak mentah-mentah, kamu akhirnya berjalan lunglai. Kamu mulai memikirkan cara lain untuk berterima kasih namun langkahmu terhenti ketika melihat Kurosaki berada di hadapanmu.

"Kau ... belum pulang?"tegurmu memulai pembicaraan, menyembunyikan nasib jemarimu yang masih terluka.

Kurosaki menyelipkan jemarinya ke dalam saku, "Ini sudah mau pulang, kok."

"Ah, begitu. Hati-hati," ungkapmu sambil meringis kemudian berlari kecil.

Kurosaki menoleh kemudian merasa curiga terhadap gerak-gerikmu barusan. Berbalik badan, ia melihat tetesan darah menitik di lantai. Laki-laki berambut jabrik abu-abu itu menyusulmu, menahan dirimu dengan mengalungi tengkukmu.

"Darah yang menetes di lantai ini ..., apa bisa kau jelaskan?"

Kamu berjengit melihat nasib lukamu. Kurosaki mengangkat tanganmu yang sengaja disembunyikan di balik tubuhmu. Syok singkat, ia langsung kemudian menghentikan pendarahanmu dengan saliva-nya. Beberapa saat kalian saling diam. Kamu tahu Kurosaki bermaksud baik namun kamu tidak bisa menahan malu. Ini pertama kalinya jantungmu berdesir kencang.

'Kurosaki ... kok kayak vampir?'

Bukan, itu bukan gumamanmu. Sekali lagi, itu hanya delusi. Kurosaki melirikmu yang telah meliriknya duluan lalu memandang arah dapur. "Kau pasti tadi dari dapur, kan? Dapur itu tempat memasak, bukan wilayah perang dunia ketiga."


Detik berikutnya, kamu menyesal jantungmu seenaknya berdebar seperti tadi.

"Tapi aku ke sana kan untuk ..."

Untuk berterima kasih atas pertolonganmu selama ini, bodoh!

Namun ucapanmu berakhir tercekat di tenggorokan.

"Untuk?"

Kamu membuang muka, "Tidak jadi."

Kurosaki beralih memegang pergelangan tanganmu. "Kalau ke dapur, kau harus seizinku dulu."

Rencana pertamamu untuk membujuknya, gagal.

☆ ☆ ☆

Merutuki kejadian semalam, kamu meringis ketika melekukkan jari telunjukmu yang dibalut perban karena teriris pisau daging. Miyu menyadari wajah cemberutmu.

"Kurasa rencanamu gagal, ya?"

Kamu mendecak. "Aku bahkan dicegat masuk ke dapur."

Miyu mengetuk dagunya dengan jemarinya, berpikir keras. "Ah, bagaimana kalau sesuatu yang dia suka? Bisa saja bukan masakan, kan?"

Terpikir opsi lain, kamu ingat kalau ia suka daging dan sesuatu hal. Kamu mengulur benakmu sekali lagi.

Kucing!

Kamu pun bergegas keluar dari kelas.

"[Name], mau ke mana?"tanya Miyu mencegatmu.

Kamu melambaikan tanganmu kepada Miyu, "Aku skip pelajaran hari ini. Jaa!"

Tiba di halaman sekolah, kamu mengelilingi semak-semak. Biasanya kamu akan menemukan kucing nyasar yang berjalan di sekitar sekolah. Langkahmu menyusuri taman sekolah kemudian memandang seekor kucing hitam yang sedang terlelap.

Ha! Aku akan membawa kucing ini!

Tepat saat manik kucing itu melirikmu yang ingin menangkapnya, ia langsung berlari. Kamu mendengus karena harus mengejarnya. Saking bersemangatnya, kamu bertidak sadar membentur tubuh seseorang hingga jatuh terduduk.

"Ah, ini yang namanya [Full Name]?"

Kamu meneguk ludah. Beberapa gerombolan laki-laki membawa bat dan berpenampilan berandalan itu menyeringai licik. Kucing itu padahal berhasil berada didekapanmu. Kamu mendecak.

"Kalian mau apa?"

Laki-laki itu menyentuh dagumu. "Kau anak jenderal kepolisian itu kan? Kau sadar, karena tingkah ayahmu itu, kami menikmati kebebasan secara tidak nyaman!"

Tangan laki-laki itu kamu tepis dengan tatapan jijik. Tercium bau minuman keras menguar ketika laki-laki itu berbicara.

"Yang kalian lakukan bukan kebebasan, tetapi 'perasan bebas' yang sewenang-wenang!"serumu berdiri memeluk kucing itu, berusaha kabur dari gerombolan laki-laki itu.

Laki-laki itu mengeluarkan sesuatu. Senjata api -- pistol hitam metalik diarahkan dari jarak yang sejajar denganmu.

"Bagaimana kalau kau menyerah sebagai tawanan?"

Kamu bukannya menyerah. Karena detik berikutnya, di sekelilingmu beredar pistol yang sewaktu-waktu dapat menghabisimu. Tetapi kamu mau tidak mau mengalah untuk sementara. Akhirnya, kamu dibawa masuk ke dalam sebuah mobil yang melaju kencang.

Kamu tidak tahu, Kurosaki yang baru saja menjemputmu baru saja menyadari ketika kamu dibawa masuk ke dalam mobil.

"Tch!"diambilnya walkie-talkie kemudian berucap, "Siapkan sekitar tiga puluh pasukan. Aku telah menyelipkan GPS ke dalam tas [Name]."

Dia tidak akan membiarkan lawannya itu lolos begitu saja.

☆ ☆ ☆

Kucing yang ada di dekapanmu dibiarkan terlepas di sebuah gudang yang mengurungmu. Awalnya di dalam mobil, mereka terus mencegatmu menarik kucing itu dari dekapanmu namun kamu bersikeras menolak.

"Aku kan ikut dengan kalian, jadi turuti juga dong mauku!"

Kamu menatapnya sinis, mengeluarkan aura kelam yang membuat mereka bungkam. Akhirnya sampai di sebuah gudang kosong, kamu diikat dengan tali tambang. Tidak lupa, mulutmu dibekap dengan lakban hitam. Setelah menjadikanmu sebagai sandera, mereka mengunci pintu dari luar.

Kamu melihat suasana kumuh -- berbagai perkakas rusak serta tidak terurus tergeletak di sekeliling. Kucing yang kamu dekap pun dibiarkan terkurung namun tetap bisa berjalan bebas.

Berusaha untuk bebas, kamu menggerakkan tanganmu dalam posisi tali mengekang dengan kursi. Awalnya kamu tidak panik, tetapi kamu memekik syok meski mulutmu terbungkam.

Ke-co-ak.

Jijik dengan serangga, kamu ingin serangga kecokelatan itu menjauh darimu.

Parahnya, kamu yang sedang berusaha belum sanggup melepas tali itu. Karena kamu terus bergerak, tubuhmu berguncang ke kiri. Jatuh bersama dengan kursi. Mengakibatkan bunyi jatuh yang keras, terlebih lagi kecoak yang berjalan itu memiliki fase baru.

Kemampuan untuk terbang.

Kamu merutuk serangga itu berhasil menggagalkan keinginanmu untuk bebas.

Lain pihak, gerombolan yang menculikmu segera membuka pintu. Ingin tahu apa yang terjadi. Tidak lama, sekumpulan bayangan hitam yang bukan milik mereka serta pancaran sinar dari senter menangkap basah perbuatan mereka.

Kurosaki langsung keluar dari mobil. Menghampiri salah satu gerombolan itu, mencengkram kerah baju laki-laki itu.

"Angkat tangan dan bebaskan [Name], sekarang juga!"

Awalnya mereka tidak ingin mendengar tetapi segera menurut begitu melihat sederetan anggota kepolisian mendekati mereka. Memborgol tangan mereka satu per satu kemudian dibawa ke mobil.

Melihat pintu yang sudah sedikit terbuka, Kurosaki melihatmu jatuh terbaring dengan posisi kursi masih melekat di tubuhmu. Akhirnya, ia melepas ikatanmu dan membuka lakban di mulutmu. Kamu memandangnya dengan manik berkaca-kaca, usai ia membebaskanmu, kamu beralih memeluknya.

Kurosaki pun bergeming sesaat kemudian mendekapmu kembali.

"Sekarang sudah tidak a--"

"U-USIR KECOAKNYA! AKU JIJIKK! AH YA, AKU MEMBAWAKAN KUCING UNTUK--"

Berkat teriakanmu, Kurosaki mengambil jarak sejenak kemudian mengangkatmu keluar dari gudang.

"Aku akan suruh mereka membawakan kucingnya ke sana,"

"Bukankah kau suka kucing? Kenapa kau harus mengangkatku segala?"panikmu memandangnya yang masih terlihat stay cool dalam kondisi apapun.

Kurosaki mendesah, "Aku suka, tetapi aku memprioritaskanmu duluan. Saking takutnya dengan kecoak, kau bahkan lupa dengan luka di kakimu sendiri, ya?"

Kamu menyadari rasa nyeri yang menjalar di kaki. Sedikit luka berdarah dan lebam di lutut karena efek benturan kursi. Akhirnya kamu diam saja walau menyadari tindakannya menarik perhatian.

"Aku tidak mau kau terluka lagi. Kau membuatku terlihat tidak berguna sebagai bodyguard-ku, cih,"

Sejak kapan ia benar-benar memiliki perasaan seperti itu? Bukankah ia hanya melakukannya karena tugas? Ketika ia menyadari lukamu, lagi-lagi kamu merasakan gejala yang sama. Denyut jantung yang lebih cepat. Perasaan malu sekaligus senang yang menggelitik batinmu.

"Terima kasih, ya. Tetapi aku tetap ingin jadi polisi, loh?"

Kurosaki berkata sesuatu tepat kamu dibawa masuk ke dalam mobil. Karena kaca mobil mampu meredamkan suara, kamu tidak sempat mendengar ucapannya.

"Kurosaki-kun, tadi kau bicara apa?"tanyamu membuka kaca.

Laki-laki berambut jabrik abu-abu itu memutar maniknya malas. Namun seulas senyuman hadir di wajahnya ketika ia berbalik badan.

Ucapan yang sebelumnya ia katakan terhadapmu akan ia pegang teguh mulai hari itu. "Menjadi apapun itu terserahmu, asal aku bisa selalu bersamamu, [Name]-sama,"

OMAKE
"KYAA! Serius dia menolong seperti itu? Keren!"Miyu menjerit histeris ketika kamu menceritakan kejadianmu ketika diculik.

Kamu terkekeh garing kemudian mengambil formulir pendaftaran kepolisian.

"Aku akan serius dengan cita-citaku sekarang!"ucapmu mengeluarkan bolpoin, menggoreskan identitasmu.

"Hee-- tetapi kau kan sudah punya Kurosaki-kun~"

Kamu mendengus. Kamu tidak ingin terus mengandalkannya walau batinmu tidak ingin kehilangan sosok yang kamu anggap sebagai sohib seperjuangan. Ponsel yang kamu simpan di dalam ransel berdering. Dari ayahmu.

"[Name], tadi ayah dengar dari kepala sekolahmu kalau kamu meminta formulir pendaftaran kepolisian dari sekolah,"

"Ayah, jangan sela mimpiku yang satu ini, ya? Onegai,"pintamu dengan segenap jiwa dan raga.

Ayahmu mendengus kemudian berkata, "Boleh dengan satu syarat. Ajak Kurosaki Ranmaru, laki-laki yang ayah jodohkan denganmu untuk bergabung di sana."

"JO-JODOH? HEE--"

Tut. Tut. Tut.

Panggilan diputus dari ayahmu.

"T-tunggu. Dijodohkan itu berarti aku dan dia?"

Terlintas bayangmu memandang Kurosaki dengan pakaian serba putih.

"TIDAKKKKK---"serumu menghadirkan perhatian seisi kelas. Kesimpulannya, mimpimu telah direstui selama bersama laki-laki itu. Sang bodyguard yang siap sedia untukmu ♡

A/N :
Sebenarnya Ranran OOC banget kan di sini? :"3
Tiap nulis oneshot selalu berujung 2k+ / lol.
Kusuka karakternya yang badass // disepak.
Aku akan selesaikan request lebih dulu baru merilis skenario baru-- jaa~

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top