(Fly) to You - [Syo Kurusu x Reader]

Requested by AshidaAkane a.k.a Aka-chan ^^

Kau tahu, laki-laki itu memang bertubuh pendek.

Kau tahu, laki-laki itu memang pemalu.

Kau tahu, laki-laki itu memang takut akan ketinggian.

Entah sejak kapan kau menyukai laki-laki itu. Pemuda dengan jepitan cross kecokelatan di sisi kanan rambut kuning dan manik cyan-nya.

Laki-laki itu bernama Syo Kurusu.

(Fly) to You
Pair : Stuntman! Syo x Artist!Reader
Warn : OOC, AU, gaje, minor typo(s)
Note : Usia [Name] di sini kira-kira 20 tahun ;3
By agashii-san
.
.
.

"Seorang stuntman bernama Syo Kurusu dibawa ke rumah sakit, pukul lima dini hari karena terjatuh dari bangunan saat berlatih syuting perfilman,"ungkap seorang reporter yang kau tonton dari televisi.

[Name] yang sedang mengelap piring pun hampir saja memecahkannya karena terkejut. Gadis itu melihat sorotan kamera yang menggambarkan ambulan yang melaju. Manik gadis itu perlahan tergenang oleh air mata.

"Syo ... kau ... tidak boleh mati!"

Bagaimana pun juga, kau adalah gadis yang pernah menjalin hubungan dengannya. Hanya saja kalian diam-diam menjalin karena pekerjaan Syo. Kau hanyalah ilustrator freelance yang tinggal sendirian di sebuah apartemen.

Namun kau tidak bisa diam saja mendengar kabar buruk seperti ini. Kau bergegas mengambil blazer dan kunci mobil. Mengambil sepatu dari rak dengan asal lalu berlari.

Mendengar kasus kecelakaan, apalagi tentang orang terkasih tentu meremukkan hati. Dan kau benar-benar tidak ingin kehilangan laki-laki itu.

☆ ☆ ☆

Selagi dalam perjalanan, [Name] menerima panggilan dari sang produser yang berperan dalam perfilman Syo.

"Kenapa kau baru bilang sekarang? Aku bahkan baru tahu dari televisi. Kalian tahu, aku ini pacarnya!"

Sambil menggeser setir ke kanan, manikmu menjatuhkan air mata untuk kesekian kali. Kau berlalu memarkirkan kendaraanmu, lalu menerima pesan berisi nomor ruangan Syo.

3004 - Orchid VVIP Room.

"Syo!"serumu membanting pintu.

Manikmu melebar. Terdengar suara tawa membahana, tepatnya terjadi karena perasaan geli.

"Natsuki! Woe, stop! Hahaha!"

Mendengar pintu ruangannya bergeser, Natsuki dan Syo menoleh ke arahmu.

Wajahmu yang sembap, rambut berantakan, dan sepasang sepatu berbeda warna melengkapi penampilanmu yang memalukan.

"[Name]?"

Syo dalam keadaan sadar walau masih menunjukkan ia memang terluka -- tubuh bidangnya dan kakinya dibalut serta tangan kanan dipasang gips.

"[Name]-chan?"tanya Shinomiya sekali lagi menyadarkan gadis yang dikiranya sedang melamun.

"A-aku pulang,"ucapmu berbalik badan tetapi Syo yang ingin menahanmu segera beranjak dari tempat tidurnya.

"O-oi, [Name]. Kau ini kenapa?"

Kau menggigit bibirmu ketika Syo berjalan pincang. Tidak tega, kau telah memeluknya. Dan samar-samar garis kemerahan di wajahnya mulai terlihat.

"Cie,"ledek Shinomiya.

"Aku sangat khawatir, jadi ... kau harua tetap baring,"ucapmu lagi yang disahuti dengan anggukan Syo.

Entah kapan terakhir kali kalian bertemu, tetapi perasaan kalian tetaplah sama. Saling merindukan satu sama lain. Usai kalian berpelukan, ia mengusap dagu sambil menatapmu penuh selidik.

"Penampilanmu kok nggak banget, sih?"

Jangan heran jika ia bawel. Selain menjadi stuntman, ia termasuk trendsetter yang cukup berpengaruh di dunia hiburan.

Kau mendengus, "Mendengarmu didera kecelakaan dari berita itu semacam heart attack. Aku bahkan tidak sempat berpikir untuk bersiap-siap terhadap penampilanku saking paniknya!"

Jantungmu seolah melorot ke tanah saking terkejutnya. Tidak bisa dirimu membayangkan jika nyawanya melayang.

"Aku tidak apa-apa, kok. Buktinya masih bisa diajak bercanda dengan Natsuki, bicara denganmu. Aku tidak akan cepat mati, kok!"

Memang, produser yang memimpin acara syuting perfilman Syo juga berkata demikian. Tali yang berfungsi menahan tubuh sempat terlepas dan Syo terjatuh di lokasi yang tidak begitu tinggi. Akibatnya, luka memarlah yang didapatkan pemuda itu.

"Kau harus melindungi dirimu sendiri, baka!"ucapmu mengetuk dahinya pelan.

Syo menyeringai, "Ini tanggung jawab sebagai laki-laki, [Name]. Aku tidak selemah yang kau bayangkan, kok!"

"Ah, sepertinya kita harus keluar, [Name]-chan,"Shinomiya yang baru saja masuk ke dalam ruangan Syo menegurmu.

Perawat dan dokter yang bertugas dalam pengobatan Syo datang sesudah teguran Shinomiya. Kau mengiyakan dan menyusulnya sambil berpamitan untuk sementara. Tidak lama, kau melihat laki-laki kembar identik dengan Syo telah terisak.

"Kaoru?"

Kau memang telah mengenal keluarga Syo. Cukup dekat, malahan. Kaoru yang melihatmu langsung menggeserkan posisi duduknya, mempersilakanmu berada di sampingnya.

"Kenapa kau tidak masuk ke dalam?"tanyamu melihat Kaoru mencengkram bajunya sendiri, tepatnya di dada.

Kau menunggu ia selesai menangis dan melirik ke arah Shinomiya untuk meminta penjelasan, tetapi ia tidak membantu. Ia mengedikkan bahu. Kaoru menarik napas dalam-dalam usai maniknya tidak lagi meneteskan air mata.

"[Name], kau mencintai Syo-nii, 'kan?"

Deg. Ditanyai seperti itu, jantungmu berdesir. Kau mengiyakan dengan anggukan. Kaoru tersenyum tipis, memegang kedua tanganmu.

"Kalau begitu, tolong bantu aku,"ucapnya membuatmu masih bingung dengan arah pembicaraan.

"Aku pasti bantu kok! Jadi, tolong jelaskan kepadaku kenapa kau menangis seperti ini?"

Wajah Kaoru mengeruh. "Aku yakin kau sanggup melakukannya. Tolong lupakan Syo."

Kau membatu sejenak. Adik Syo tidak pernah bercanda terhadapmu. Ekspresinya benar-benar serius.

"Kenapa ... aku harus melupakan Syo?"

Kaoru tersenyum getir, berkata dengan nada pilu yang menyesakkan. "Karena kau adalah sumber inspirasinya. Selama ini ia menjadi stuntman karenamu, apa kau lupa?"

Kau tidak menyadari bahwa itulah alasan dari permohonan menyedihkan barusan. Kau belum bisa berespon dan kau tahu, Kaoru akan berkata lagi.

"Kata dokter, kaki Syo mengalami retak serta patah di bagian kiri. Ia juga membutuhkan terapi lebih agar kondisinya membaik. Jika dipaksakan, ia bisa saja lumpuh."

Kau menekap sebagian wajahmu. Tidak menyangka bahwa yang dialami Syo jauh lebih menyakitkan ketimbang yang dilihatmu barusan. Dan kau mulai memutar kenangan yang berkelebat di benakmu.

Tiga tahun silam ...

Kau hanyalah seorang gadis biasa yang hobi menggambar. Di atap, lokasi sunyi yang paling kau sukai. Tidak lama, kau melihat seseorang berada di atap selain dirimu. Dia ... mendekati jaring-jaring lalu memanjatnya.

Persepsimu mulai mengira aneh-aneh bahwa pijakan kakinya yang bergetar. Kau langsung meletakkan buku sketsamu asal lalu berlari menuju pemuda berambut kuning itu.

"Jangan bunuh diri! Jalan hidupmu masih panjang!"

"Kau jangan ganggu-ganggu, deh! Biarin aja aku menggantung dengan posisi begini. Aku sedang latihan!"

Kau tetap bersikeras menarik tubuhnya. "Jangan bodohi aku, deh. Aku tidak mau ikutan nambah dosa karena berpura-pura tidak melihat orang yang bunuh diri!"

Syo menganga, "Aku tidak mau bunuh diri, kok! Aku masih sayang hi--"

Kawat yang Syo pijaki membengkok dan keseimbangannya benar-benar goyah karena kau mendorongnya.

Bruk.

Sambil meringis, kau mengusap lenganmu yang terbentur lantai keramik. Kembali melihat laki-laki itu, ia justru berada di atasmu dengan posisi kedua tangan mengekang posisimu.

"... bisa minggir?"tanyamu canggung.

Syo pun malu-malu memasang jarak denganmu.

"Seharusnya kau tidak perlu sekuat itu mendorongku,"tuduhnya melipat tangan.

Kau menganga, "Aku baru saja menyelamatkanmu dan kau masih menuduhku yang tidak-tidak?"

Akhirnya Syo mendengus lalu memilih mengulurkan tangan. "Na-namaku Syo Kurusu. Aku ke sini karena ingin mengatasi ketakutanku terhadap ketinggian!"

Mendengar perkenalan darinya, kau merasa alasannya jadi cukup masuk akal. Malu sendiri, kau tetap menjabat tangannya.

"Namaku [Full Name]. Maaf, aku terlalu khawatir. Aku tidak takut ketinggian dan aku bisa menolongmu jika kau mau."

Manik Syo berbinar lalu memegang kedua tangan [Name]. "Benarkah? Kau harus membantuku. Harus."

Kau tidak menyangka sejak membantu laki-laki itu, hubungan kalian semakin dekat. Sampai laki-laki itu menembakmu karena tidak sengaja membaca buku sketsamu yang hari demi hari malah menggambarkan dirinya.

"[Name], aku akan menjadi stuntman. Dengan begitu, kau akan merasakan terbang bersamaku, 'kan? Kau harus bangga karena pacarnya unik begini!"Syo terkekeh menulis formulir data perincian jalur pendidikan lanjut. Dan kau pun ikut terkekeh membayangkan impian lelaki itu.

Kau memang berhasil menghilangkan ketakutannya terhadap ketinggian. Kau juga yang mendukungnya. Tetapi karena ucapan Kaoru barusan, kau mulai merasakan penyesalan.

Apakah selama ini kau sedang pelan-pelan menghancurkan hidup Syo?

Apakah selama ini kau terlalu egois?

Apakah selama ini kau tidak cukup tahu tentang Syo?

☆ ☆ ☆

"Loh, [Name] mana? Kok nggak kelihatan?"

Sejak kau datang begitu terburu-buru di hari kecelakaannya, hari demi hari eksistensimu tidak ada di rumah sakit. Dan ini hari ketiga.

"Dia sedang sibuk dengan pekerjaannya sebagai ilustrator,"Shinomiya terpaksa mengungkap kebohongan, karena ia bahkan tidak bisa mengontakmu.

Hari demi hari berlalu. Kau tetap berada di dalam apartemenmu. Beberapa deadline telah berakhir dan kesibukanmu jadi lebih berkurang. Kau tak berani ke rumah sakit sejak hari itu. Namun batinmu tidak bisa berbohong. Kau merindukan pemuda itu. Begitu menyesakkan bahwa tanpa sadar kau terus menyalahkan dirimu sendiri.

Ponselmu pun berdering. Ada pesan masuk.

16.01
Syo : Yoo~ [Name]? Kau begitu sibuk kah?

Jemarimu ingin sekali membuka pesan itu, membalasnya. Tidak lama, muncul pop up message lagi.

16.10
Syo : Apa aku menganggumu?

Kau menggeleng meski Syo takkan tahu responmu.

17.00
Syo : Ah, setidaknya dibaca dong! '^')
Kau tahu, aku sudah bosan dijahili Shinomiya. Biasanya kau akan ribut kalau di sini, jadi-- ah, sudahlah! Bye.

Kau memandang nanar ponselmu sampai layarnya meredup. Jemarimu bergerak membuka pesan itu lalu membalas pesan-pesan Syo.

17.05
[Name] : Syo, kita putus.

Hati nuranimu berlawanan dengan ucapanmu. Kau mematikan ponselmu, memilih memeluk bantal piyo.

☆ ☆ ☆

Sejak saat itu, [Name] memang lebih sering berkutat di dalam apartemen. Menyelesaikan pekerjaan dan di waktu santainya, ia masih iseng menggambar traditional art dengan pensil mekanik.

Namun yang ia gambar malah seorang pemuda yang ingin terbang. Samar-samar ia menggambar sayap di kedua sisi bahu laki-laki itu.

Ya, pemuda itu Syo.

Kau menggigit bibir ketika baru menyadarinya. Segera merobeknya setengah halaman lalu beralih memeluk kertas itu. Tidak sanggup merobek, kau memilih meletakkan pensil. Kau membuka laci, terdapat sebungkus origami yang jarang kau sentuh.

Ponselmu berdering sekali lagi namun berbunyi lebih lama. Dari Shinomiya.

"Moshi-moshi? [Name] ...,"terdengar nada lirih dari Shinomiya.

"Ada apa?"

"Tadi aku baru saja mampir ke vending machine dan Kaoru sedang pergi membayar administrasi, tetapi Syo malah hilang."

Kau jadi merasa tidak enak hati. Pesanmu dibiarkan terbaca. Persetan dengan kata Kaoru untuk melupakan, menjaga jarak, dan semacamnya, kau pun merasa tertampar oleh ucapan Shinomiya.

Dengan keadaan yang kau rasa seperti dejávu, sesampai di rumah sakit, kau bisa melihat dari kaca pintu ruangan Syo tidak terdapat siapapun.

Kau berlari mengejar lift yang hampir tertutup. Segera memandang tombol jumlah lantai rumah sakit, kau terfokus oleh huruf 'R' di sana.

R adalah Roof.

Kau langsung menekan tombol itu. Walau tidak seratus persen yakin pemuda itu ada di sana, setidaknya sebagian terdapat keyakinan.

Bangunan rumah sakit benar-benar tinggi bagimu dan ketika berada di puncaknya, embusan angin begitu kencang menerpa dirimu. Samar-samar kau melihat Syo duduk di kursi roda. Lalu bergerak memegang besi penghalang setinggi dada.

"Syo!"serumu mendekatinya lagi.

Ia menolehmu tetapi tidak menjawab. Ia tetap memegang besi itu.

"Syo, maafkan aku!"

Syo menolehmu. "Ah, [Name]. Kenapa kau di sini?"

Maniknya mengeruh. Kau memundurkan posisinya dari lokasi yang beresiko lalu berjongkok di hadapannya.

"Jangan bunuh diri, ya?"pintamu yang langsung disambut oleh sentuhan jemarinya di pipi kananmu.

Syo tersenyum getir. "Kau datang kepadaku karena simpati, kan? Sudahlah, abaikan saja aku."

Kau menggeleng.

"Karirku meredup karena harus menjalani terapi dan kau ingin mengakhiri hubungan. Jujur, aku benci mengakui hal ini, tapi kini aku merasa kehilangan segala-galanya."

Kau terisak, "Maaf, Syo. Aku tak bermaksud demikian. Aku merasa aku menghancurkan mimpimu padahal aku yang mendukungmu pula."

Manik cyan-nya membulat. "Ini murni kecerobohan. Tidak ada yang salah dan kau tahu, janjiku untuk terbang bersama belum bisa sukses. Mungkin aku butuh waktu yang cukup panjang."

Kau mengiyakan. Tersenyum. "Tidak apa. Karena aku akan selalu menunggumu. Aku tidak pernah ingin putus darimu sejak awal."

Dan Syo ikut tersenyum, perasaan mendung di hatinya perlahan terangkat. Berkat seorang gadis di sisinya, yang mencintainya.

- OMAKE -

"KAORUUUU!"Syo memekik dari dalam ruangan pasien usai kembarannya mengantri mengurusi administrasi.

"Syo-nii? Kena-- [Name]? Kau ..."

Syo mencengkram kerah kembarannya. "Kau bicara apa dengan pacarku, hah? Minta maaf sana. Kau sumber perkara dari kesalahpahaman ini! Aku sudah dengar semuanya dari Shinomiya!"

Shinomiya mempertemukan jemari telunjuknya. "Maaf, Kaoru-kun! Tapi kalian tetap harus jujur satu sama lain dan [Name] kunjung tidak mau menceritakannya~"

Kaoru dengan wajah malu-malu mengulurkan tangan. "Maaf. Aku terlalu berlebihan."

Kau menjabat tangannya. "Tidak apa. Semua ini sudah berlalu kok."

"Jangan pernah ragu akan mimpiku ya. Dan, jangan tinggalkan aku. Aku benci digituin, loh,"Syo buru-buru melepas jabatan kalian yang dirasa terlalu lama lalu menarikmu bagai perangko dan amplop.

"Syo-nii!"Kaoru mengembungkan pipinya.

Kau menggeleng menghadapi makhluk brother complex satu itu. Dan di dalam hatimu, kau akan memperkuat apa yang kalian yakini di antara kalian. Walau rintangan ada, bukan maksudnya untuk dijauhi. Melainkan dihadapi.

-Fin-

A/N: Maafkeun daku untuk alur supermainstream dan lama merilis, yha :"3
Ini dirombak dua kali dengan alur beda dan ternyata daku malah lebih lancar yang ini. Sebenarnya daku nggak bermaksud bikin Kaoru jadi anak jahat, tetapi lebih mengarah brocon gitu (har har)

Request sementara sedang ditutup karena sebentar lagi daku UAS dan nanti kalau udah balik lagi, mau utamain skenario lagi hehe^^

Best regards,
Agashii-san

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top