First Love Promise - [Aijima Cecil x Reader]

Requested by Kucing Bulan a.k.a TsukiNeko_
Maafkan daku untuk judul yang super mainstream

Tidak ada yang pernah bisa menduga hidupnya sepersis apa di dunia ini. Termasuk kamu. Di angkasa biru gelap, ada sebuah bintang yang paling bersinar di antara kawannya. Hadir menyelip jendela kamarmu. Saat itu, kamu telah terlelap dalam alam mimpi.

Dari wujud bintang bersinar, ia bertransformasi menjadi sosok manusia berparas tampan.

"Ternyata dunia manusia seperti ini,"ucap laki-laki berambut cokelat gelap itu lelah kemudian menemui sebuah tempat tidur yang telah ditempati olehmu.

Dia melihat masih ada spasi yang bisa ia tempati. Memejamkan manik emerald-nya. Menghabiskan malam panjang dari dunia lain demi sebuah misi.

Keesokan harinya, kamu membuka manikmu. Hadir seorang laki-laki yang tidak kamu kenal berpakaian aneh -- mengenakan pakaian dengan style Timur Tengah. Membuatmu ternganga dalam keterkejutan.

"MAK, ADA BABI NGEPET NYASAR DI KAMARKUUU!"

First Love Promise
Disclaimer : Brocolli, Sentai Filmworks
Warning : AU, Cecil bisa jadi OOC, ada unsur fantasinya sedikit, beberapa umpatan kasar, gagal komedi, dan gagal baper

.
.
.

Tapi yang jelas, babi ngepet aslinya tidak setampan itu. Namun bisa saja wajah dan tampilan itu mengecoh -- kamu menduga mungkin itu hanya kamuflase. Kamu bercermin. Pakaianmu masih sama seperti semalam. Namun hal pertama yang kamu lakukan adalah langsung menuruni anak tangga, mencari ibumu untuk menginformasikan apa yang baru saja kamu lihat.

Drap. Drap. Drap.

"EMAK! AKU KETEMU BABI NGEPET TAPI GANTENG BEUDS!"

Ibumu yang sedang menelan air pun menyembur, sesekali terbatuk-batuk mendengar seruanmu yang mendadak. Dilirikmu penuh kejengkelan.

"Rumah rapi begini, kok! Mana ada kita kerampokan, sih?"

"Tapi dia ada di kamarku!"

Akhirnya ibumu membanting gelas beningnya di atas meja. Ikut denganmu yang berjalan kaku di belakangnya.

Kriet.

Jantungmu berdebar-debar. Khawatir kalau ibumu langsung pingsan atau histeris sepertimu ketika bertemu orang aneh barusan. Namun kenyataannya, ibumu tidak berekspresi.

Sekali lagi, ibumu hanya diam.

"Meong...,"

Seekor kucing hitam duduk manis di atas tempat tidurmu, sesekali menggoyangkan ekornya.

"Kucing imut begini kok bisa-bisanya disangka babi ngepet, coba!"

Kamu kebingungan akhirnya memilih untuk menggendong kucing itu penuh kecurigaan. Kucing bermanik emerald itu mengeong dengan ekspresi innocent. Detik berikutnya, ibumu menjitak kepalamu.

"Lainkali habis bangun tidur dicuci dulu mukanya. Pasti habis menggigau,"gerutu ibumu membanting pintu.

Pintu pun mulai tertutup rapat. Kamu menghela napas kemudian memegang dahimu. Merasa berhalusinasi namun segera terkejut lagi karena kucing itu melompat dari dekapanmu -- bertransformasi ke wujud semula.

Dan lagi, kamu berhisteris, "H-HUWAA,"

"Hei, dengarkan penje--"laki-laki yang disebut 'babi ngepet' olehmu hadir lagi di hadapanmu.

Kamu menjerit namun ia membekap mulutmu. Bagaimana tidak bisa menjerit ketika kamu melihat penampilan laki-laki itu topless -- terekspos roti sobek di hadapanmu. Sebagai bentuk perlawanan, kamu pun menggigit tangannya.

"Aku akan menghubungi polisi sekarang juga!"serumu berjalan meraih telepon. Namun laki-laki itu dengan sigap memelukmu dari belakang, mencegatmu meraih telepon.

"Aku butuh bantuanmu. Aku bukan orang jahat, kok!"pintanya membuatmu menoleh.

Kamu meliriknya sinis, "Nggak ada orang jahat yang mengatakan dirinya sendiri jahat."

Laki-laki itu memberikan sebuah kelopak bunga berwarna pink, meletakkannya di atas telapak tanganmu.

"Aku, Aijima Cecil sebagai pangeran asal Agnapolis berjanji akan mengemban misi yaitu mewujudkan sebuah keinginanmu," ucapnya memejamkan maniknya.

Kamu lantas melongo. "A-Anaporis?"

"Agnapolis adalah sebuah kerajaan yang indah. Sekarang aku belum bisa kembali karena aku sedang berjanji kepadamu,"ungkapnya tersenyum lebar.

Berjanji? Kamu bahkan tidak meminta apa-apa dan dia sudah membuatnya.

"Sekarang, beritahu apa yang kau ingini?"

Kamu berpikir keras kemudian menjentikkan jemarimu. "Kau akan kembali kalau aku sudah memberitahu keinginanku, kan? Kalau begitu, aku mau kau membelikanku koleksi doujin yaoi!"

Detik berikutnya Cecil mengorek saku celananya kosong melompong. "Hee-- doujin itu apa? Kalau memang itu maumu akan kuturuti tapi aku benar-benar tidak punya uang."

Kamu berdecih. Secara materi ia tidak bisa memberikan apa-apa. Cecil kemudian memilih melompat dari jendela. Syok, kamu langsung berlari. Laki-laki itu tidak ada di mana pun. Namun kakimu tergerak menuju taman.

"Cecil! Cecil!"

Kamu edarkan pandangan ke sekeliling -- melihat seekor kucing hitam itu sedang menggali tanah. Mengambil sekaleng kecil kucel nan kumal. Tanpa terkejut seperti tadi, kamu menghampiri Cecil berwujud kucing itu kemudian menggendongnya.

"Tadi bikin syok, sekarang bikin jengkel. Perlu kuusir sekarang juga?"

"Lihat, apa yang kukeluarkan?"

Time capsule.

Kamu seolah amnesia -- tidak yakin pernah menulis sesuatu apalagi menaruh benda di sana. Namun kini si kucing membuka lembaran putih yang digulung.

Tulisanmu kira-kira berusia sepuluh tahun silam (anggap saja usiamu 17 atau 18 tahun di cerita ini / lol).

Keinginanku adalah bisa menemui cinta pertama. Jalan-jalan, makan cemilan, bercerita banyak hal di sebuah rumah rindang.

Kamu mengernyitkan dahi. Tidak ingat kalau keinginanmu senorak itu. Rasanya kamu ingin menampar dirimu sendiri. Memalukan sekali ketika keinginanmu diketahui orang asing yang bahkan belum tepat sehari saling mengenal satu sama lain.

"Aku anggap ini misinya. Ayo kita segera cari cinta pertamamu!" Cecil begitu bersemangat dengan manik membara.

Namun kamu penasaran bagaimana laki-laki ini melakukannya. Memang bukan itu keinginan utamamu namun kamu tetap saja tertarik.

Poof.

Cecil kembali ke wujudnya semula. Ia berjalan menuju gerbang rumahmu. Syok, kamu segera mencegat Cecil dengan menarik bajunya.

"Mau ke mana?"

"Ya, mencari cinta pertamamu, dong?"

Kamu menganga. Mana boleh dia keluar dari rumah dengan pakaian aneh seperti ini? Mukamu mau ditaruh ke mana? Kalau masuk kantor polisi dan diadili? Kamu ngeri membayangkannya.

Dengan sekali embusan napas, kamu berkata, "DENGAR. POKOKNYA DENGAR INSTRUKSIKU DULU SEBELUM KELUAR RUMAH!"

"Heee--"

"POKOKNYA. GANTI. BAJU. SEKARANG. JUGA!"

♤ ♤ ♤

Entah menemuinya adalah kesialan atau berkah, kamu tak tahu lagi mau berbuat apa. Selain polos, kamu berharap tidak mengenal laki-laki itu dari awal.

Kamu dipaksa duduk di sebelahnya. Cecil yang mengenakan pakaian ayahmu -- kaus abu-abu dan celana training hitam tengah berdiri memegang papan yang terbuat dari kardus dengan tulisan berdiri di trotoar.

DICARI CINTA PERTAMA [FULL NAME],
YANG MERASA ORANGNYA, HARAP SEGERA KE SINI YA ♡

Kalau pencarian yang normal salah satunya karena kehilangan anak atau peliharaan, kasusmu malah diplesetkan oleh Cecil secara memalukan yaitu menemukan 'cinta yang hilang'.

Faktanya, Cecil tidak kenal gadget. Cecil kenal kepercayaan.

"Argh! Cecil, cepat buang kardus jelek itu!"gusarmu merebut papan itu namun tubuh tingginya menggagalkan keinginanmu.

Tidak jarang, beberapa orang lewat sambil menertawakan kalian. Kalau ditanya, tingkat malumu mencapai batas maksimal. Kalian seperti melakukan stand up comedy. Syukur dia tampan.

Kamu bersikeras menangkap namun ia terus mengelak. Akhirnya Cecil memilih kabur dan kamu mengejarnya penuh ambisi.

"Haah! Kemarikan papannya!"

"Enggak mau! Aku kan serius melakukannya!"

Kamu melompat, meraih papan itu namun tidak sampai. Melompat lagi namun kamu terjatuh karena tidak bisa mempertahankan keseimbanganmu. Kepalamu berdenyut.

"Pokoknya, aku kan serius melakukannya!"

Samar-samar suara itu membelenggu benakmu. Cecil mengernyitkan dahi, mengulurkan tangan. Kamu pun menerima ulurannya. Ada gerangan yang tidak asing ketika kamu menjabat jemarinya.

"Cecil, kau itu sebenarnya siapa?"tatapmu serius.

Cecil tersenyum lebar, "Seorang pangeran asal Agnapolis yang tam--"

Kamu berbalik badan. "Ayo kita pulang."

Anehnya, jantungmu malah berdebar tidak karuan. Selama menjalani liburan musim panas, kamu tidak pernah merasakan gejolak emosi -- alih-alih perasaan datar saja sepanjang waktu.

♤ ♤ ♤

"Apa yang kau gambar, ... ?"

"Sebuah rumah yang penuh pepohonan rindang yang menghasilkan buah yang ranum. Di dunia ini ada banyak yang bisa dilakukan seperti berjalan-jalan, menikmati cemilan, dan bercerita lain halnya,"

"Woah! Keren! Pasti menyenangkan!"

"[Name], berjanjilah untuk selalu bahagia. Dalam kondisi apapun, tetaplah berusaha!"

Gadis bertubuh mungil itu mengangguk menerima kaitan kelingking laki-laki itu. Dengan hati berbunga-bunga, menerima kenangan manis itu di dalam batin polosnya.

Kamu membuka manikmu. Sebuah mimpi yang tidak terasa asing berputar bagaikan kaset. Kamu masih belum tahu siapa laki-laki itu. Cecil tidak ada lagi di dalam kamarmu. Seperti biasa, ibumu pergi ke kantor redaksi sebagai editor. Rumahmu selalu sepi siang menjelang malam. Dan Cecil bersedia menjadi kucing di kala ibumu ada.

Menghampiri taman, kamu melirik Cecil berbaring di bawah pohon. Sirat wajahnya kecewa.

"Ah, aku belum bisa membantumu. Ternyata susah juga menemukannya,"

Kamu memejamkan manikmu, ikut berbaring di sebelahnya. "Siapa yang bilang mudah? Mungkin tahu dia tinggal di luar negeri atau meninggal, tidak ada yang tahu."

Cecil berbaring menyamping, menghadapku. "Mana boleh menduga dia tiada. Dia pasti ada."

Kamu menghela napas. "Aku merasa tidak perlu mencarinya lagi."

Cecil yang awalnya berbaring kini berlutut berkata, "Aku sudah berjanji dan akan kukabulkan."

Melawan anak polos berkeyakinan teguh ini sulit buatmu. Walaupun kamu tidak yakin, kamu bisa merasakan niat tulus darinya. Sejak saat itu, kalian bersama-sama menjalani hari demi hari untuk menemukan 'cinta pertama'. Kamu menatap sebuah notes yang kamu selipi bunga.

Ini sudah hampir sebulan dan hasilnya masih saja nihil. Kini di kamarmu, Cecil berbaring di lantai. Kamu mengenggam bunga pemberiannya.

"Cecil, kalau aku sudah menemukan cinta pertama itu, apa kau benar-benar pergi?"

Ia bergeming kemudian menjawab. "Benar. Aku akan pulang ke Agnapolis."

"Jika kau kembali ke sana, apa kau bisa ke sini?"tanyamu mulai merasa gelisah.

Cecil mengernyitkan dahi, "Kurasa aku tidak bisa kembali lagi ke sini kalau misinya sudah beres."

"Heee--"kejutmu mengerjap.

"Tetapi yang paling penting yaitu melihatmu bahagia, kan?"

Kamu merenung sesaat. Waktu demi waktu berlalu, seiring kenangan demi kenangan terukir, hadirlah kebiasaan yang melekat di batinmu. Lagi-lagi, kepalamu berdenyut.

"Namaku, Cecil!"

"Ah! Basah! Hahahaha!"

"Hari ini bintangnya indah, ya!

Kamu menghabiskan malam itu dengan menyadari semua pecahan memori yang tidak kamu sangka akan merekat utuh. Membentuk jawaban yang menyedihkan -- menyadari Cecil adalah sosok cinta pertamamu. Pipimu basah oleh aliran manikmu. Menangis dalam diam. Entah sejak kapan, ia menjadi mengawali hari-harimu yang sepi menjadi berwarna.


Di tengah malam, kamu memandangnya dengan posisi berjongkok. Melihatnya tertidur di futon dengan nyenyak. Sesaat di dalam batinmu mengharapkannya tinggal denganmu. Mengharapkan dirinya bersamamu. Mengharapkan dirinya tidak perlu kembali.

Akan tetapi pemikiran itu berujung menjadi keegoisan.

☆ ☆ ☆

"Cecil! Kau kenapa?"

Kamu tergopoh memegang dahinya yang memanas. Ia berkeringat banyak.

"Mungkin ini efek karena tidak bisa beradaptasi terlalu lama di sini. Tetapi aku akan baik-baik saja, kok."

Sebuah sapu tangan yang kamu ambil dari laci kamu gunakan untuk mengelap pelipisnya.

"Cecil, aku ingin berkata sesuatu."

"Ada apa?"

"Jika seandainya aku ingat siapa cinta pertamaku, kau akan segera kembali ke Agnapolis?"

Cecil menatapmu bingung, "Apa kau ingin aku cepat kembali?"

Kamu mengenggam jemarinya. Mengungkapkan sebaris kalimat dengan manikmu yang berkaca-kaca. Mengeluarkan perkataan yang menyakitkan bagai tersangkut tulang di kerongkongan.

"Kau adalah cinta pertamaku,"

Ia bergeming kemudian tersenyum tipis. "Kau tidak perlu berbohong se-"

Isak tangismu mulai pecah, "Aku serius! Oleh karena itu kau harus pulang. Aku tidak mau melihatmu tersiksa!"

Walau awalnya kamu tidak menyukai kehadiran pria itu, secara tidak sadar kamu telah membiarkannya berada dalam kehidupanmu. Mengalirkan kehidupan datar yang kamu rasa tidak berarti.

Cecil memandang jemarinya yang beralih memudar. "Ternyata kau memang benar, [Name]. Tapi aku benar-benar tidak menyangka bahwa akulah orangnya."

Ia menghapus pipimu yang basah oleh tetesan manik. "Aku menyukaimu, [Name]. Namun awalnya aku sadar kalau kau menyukai yang lain. Tetapi aku ingin kau bahagia juga dengan yang lain."

Eksistensinya semakin buram olehmu. Kamu meraih jemarinya. Ia duduk memandangmu. Mendekatkan wajahnya dengan wajahmu. Kamu perlahan merasakan napasnya berhembus mendekatimu. Kamu memejamkan manikmu.

"Selamat tinggal, [Name],"ucap Cecil mengatakan pesan terakhir. Dan detik itu ia benar-benar menghilang.

Kamu jatuh terduduk. Bersimpuh. Tubuhmu berguncang penuh kesedihan mendalam. Langit indigo malam itu terang bersinar oleh bulan, ditemani oleh kawanan bintang. Dari sejuta bintang yang melata luas, kamu memandang sebuah bintang yang bersinar.

Di sana lah dia benar-benar telah kembali ke dunianya untuk selama-lamanya.

"Semoga kau bahagia di sana, Cecil. Terima kasih sudah mengisi masa laluku dengan indah,"

OMAKE ( Kejadian sebelum bertemu [Name] )
"Tuan, kau mau ke mana?"tegur seorang pelayan mencegatnya pergi.

Laki-laki berambut cokelat gelap itu tersenyum. Dia memandang langit kemudian merentangkan tangannya ke atas. Memandang dunia seberang yang dianggapnya begitu indah dan penuh kenangan.

"Aku akan mengabulkan permintaan kepada gadis yang menolongku,"

"Menolong tuan?"

Ia mengangguk kemudian mengusap dagu. "Sepuluh tahun yang lalu, aku adalah seekor kucing hitam malang yang terluka. Sedikit lagi aku akan mati. Namun hanya gadis itu ..."

Semilir angin berembus pelan, menerbangkan guguran daun.

"Hanya dia yang menolongku setelah terlantar penuh luka di bawah hujan. Selebihnya dengan waktu sempit, aku menjadi manusia dan berinteraksi dengannya."

"Memangnya dia akan sadar?"

"Aku hanya akan berterima kasih. Karena itulah, aku ingin membuatnya bahagia,"

- FIN -

A/N :
Kucing bulan, maafkan daku karena nggak sebagus yang kamu bayangkan. Huwaa-- angst bukanlah tema yang kukuasai meski daku selalu berusaha ingin mencoba. Di sini, aku buat wilayah Agnapolis itu semacam beda dimensi -- apa sih istilahnya, semacam beda dunia gitu //ngek.

Jaa!

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top