Date [St☆rish]
Shinomiya Natsuki : Messed Up!
Kamu membawa film horror berjudul Ghost Ship yang baru saja disewa. Kamu berencana mengisi liburanmu dengannya. Tiba di sebuah apartemen, kamu menekan bel rumahnya.
Ding dong.
"Natsuki-kun~"sapamu dari luar seraya bel berdering.
Tidak sampai lima menit, Natsuki keluar.
"Woah, [Name]-chan,"ia menyambutku dengan dekapan erat. Kamu khawatir menganggu tetangga yang lewat di lorong apartemen.
"Haha, begini, aku membawa film horror. Mau nonton?"
Natsuki menggaruk tengkuknya. Dia tidak mau hanya bertegur sapa denganmu yang sudah mampir ke tempatnya. "Bo-boleh."
Padahal dia cukup takut.
Akhirnya kamu masuk ke dalam apartemennya. Ruangan bernuansa cerah itu cukup luas hanya dihuni sendirian. Namun yang terfokus olehmu adalah sebuah boneka anak ayam berwarna kuning -- piyo-chan. Kamu juga punya boneka serupa dan itu juga pemberiannya di kala ia memintamu sebagai kekasihnya.
Kamu membuka DVD Player, menaruh keping disc di atas boks hitam yang keluar. Aku menolehnya, menemukan Natsuki bersandar di bawah tempat tidurnya sambil memeluk boneka.
Dan film berhasil diputar. Awalnya, kalian saling diam satu sama lain. Adegan per adegan yang menunjukkan eksistensi bahwa ada hantu yang berniat balas dendam kepada sang pelaku. Mulai dari sebuah peti berisi mayat berceceran darah. Kamu sempat menyeringai ngeri dan Shinomiya memeluk boneka piyonya erat-erat.
Prak.
Kamu mendengar benda jatuh dari sisi Shinomiya. Sebingkai kacamata miliknya jatuh. Bahaya. Sekarang terlihat sirat wajah badass walau satu raga itu tersenyum penuh misteri.
Kamu ingat. Pacarmu itu berkepribadian ganda!
"Apa kau sengaja menantangku? Lirik filmnya sana!"
Kamu pun terpikir tiga opsi ini. Yang pertama, segera membawanya ke psikiater. Kedua, berusaha memasangkan kacamatanya secara paksa. Ketiga, atau berusaha menghadapi laki-laki itu sampai ia mau memasangnya sendiri? ♡
Ichinose Tokiya : Indirect Kiss (?)
Kamu dan dia sepakat bertemu di bioskop. Dengan dua buah tiket film hantu yang telah dipesan sehari sebelumnya, kamu datang lebih awal sepuluh menit. Kamu melihat kerumunan orang cukup ramai berlalu-lalang di sekitarmu. Namun adanya keanehan yang kamu sadari yaitu terdapat dua orang laki-laki menatapmu dari kejauhan.
"Hai, nona. Daripada sendirian, kenapa tidak main dengan kami saja?"
Kamu menggigit bibir bawahmu. Berusaha tidak menanggapi orang asing barusan.
"Daripada kau mati kebosanan, kami ajak ke suatu tempat yang lebih seru, deh!"
Kamu mendengus. "Aku tidak mau, mengerti?"
Kedua orang itu terus mendesakmu dengan menarik lenganmu paksa. Kamu menjerit kemudian melihat kedua orang barusan berhenti menarikmu. Tubuh mereka basah oleh cola yang sengaja ditumpahi oleh Ichinose. Gelas kertas cola yang kosong itu diremukkan lebih dulu baru dilemparnya tepat sasaran ke dalam tong sampah.
Ichinose menatap sinis kedua laki-laki barusan, "Cepat minta maaf atau perlu kuhubungi polisi untuk menangkap kalian?"
Ichinose langsung menarik pergelangan tanganmu, merangkulmu. Memberi rasa aman dengan seketika. Kedua laki-laki jahil itu menatapnya jengkel.
"Maafkan kami!"
Kedua laki-laki itu segera berlari tunggang langgang.
"Kau tidak apa? Maaf aku terlambat,"ia menatapmu penuh kekhawatiran. Kamu menggeleng.
"Tidak apa-apa. Bagaimana kalau kita masuk ke studionya saja?"
Ichinose pun mengangguk kemudian menatap segelas cola dan popcorn porsi large yang dibelinya lebih dulu.
"Kau tidak keberatan kalau hanya ada segelas cola kan? Perlu kumintai sedotan tambahan atau beli segelas lagi?"
Kamu mengenggam kemeja merah kotak-kotak hitam miliknya dari belakang. "Ti-tidak perlu. Kita berbagi saja. Lagi pula, filmnya sudah mau mulai."
Siapa yang sangka, meminum cola dari sebuah sedotan berarti sama saja melakukan indirect kiss ♡
Aijima Cecil : Steal You!
Laki-laki berkulit gelap nan eksotis itu telah menunggumu di depan stasiun. Kamu menyusulnya tergesa-gesa.
"Maaf, aku terlambat!"
Cecil tersenyum, "Tidak apa-apa, [Name]."
Ia mengambil sapu tangan kemudian mengusap pelan di puncak kepalamu. Padahal kalian janjian untuk menonton film. Kamu menerima sapu tangannya.
"Terima kasih."
"Yah, hujan deras,"ungkapmu kecewa melihat rintikan air menetesi daratan dengan begitu kencang.
Letak bioskop dengan stasiun harus dilalui dengan menyeberang dan hujan benar-benar deras saat itu.
"Maaf ya, seharusnya kuputuskan ketemu di bioskop saja,"ucapmu penuh penyesalan. Kalian memang biasa berkumpul di sini agar lebih mudah ditemui dari sekian kerumunan orang.
"[Name], bawa kartu saldo kan?"
Kamu mengambil kartu itu dari dompetmu, "Ada sih, tapi ka--"
"Kalau gitu hari ini aku akan menculikmu. Ayo jalan-jalan ke luar kota!"
"Heee--"
"Hujannya juga kelihatan awet jadi pasti lama. Aku tidak ingin melihatmu murung. Tenang, aku akan mengembalikanmu baik-baik. Ayo!"
Kamu memang belum membeli tiket -- berencana akan membelinya ketika sampai di sana. Namun kamu menurut juga dengan ide Cecil, pangeran asal Agnapolis yang penuh petualangan ♡
Ren Jinguji : Jealous
"Sore, Lady,"
"Kyaaa!"
Tenang, itu bukan kamu yang berseru. Ada gadis-gadis di sekelilingnya yang menatapnya penuh ekspresi. Mulai berhisteris sampai ada yang berakhir pingsan disertai mimisan di tempat.
Kamu memang bersepakat dengannya untuk menonton bersama di bioskop. Mungkin pacarmu ini ingin menunjukkan sisi romantisnya namun ia salah timing.
Memangnya cocok memberikan sebuket mawar merah ketika kalian ingin menonton film horror? Masih oke, kalau yang kalian tonton itu drama.
"Kau--"
Kamu mengakui Jinguji Ren itu mempesona karena penampilannya, harta, dan posisinya sebagai keturunan penerus Jinguji Group membuat orang-orang menganggapmu sebagai gadis paling beruntung.
"Mengapa, Lady?"
Namun kamu tidak meliriknya dari segi material. Dari segi mulut manisnya itu, kadang kamu harus bersabar menahan api cemburu di antara gadis lainnya yang sengaja 'modus' kepada pacarmu.
"Tch. Sudahlah, ayo masuk,"pintamu menarik pergelangan tangannya masuk ke dalam bioskop.
"Lady, kau marah?"tanyanya menghempaskan bokongnya setelah menemukan tempat duduk.
Kamu berdecak, "Aku enggak marah."
"Bohong,"Ren mengusap dagunya.
"Aku emang eng--"
Ren mencium bibirmu sekilas. Membuatmu membeku seketika. Kamu melihat penerangan bioskop memang sudah redup namun kamu khawatir tindakannya menganggu penonton lain.
"Lainkali kita nonton di home theater rumahku saja,"
"Eh?"
"Pasti lady lebih nyaman berdua denganku ketimbang dikerumuni seperti tadi kan?"
"A-aku--" wajahmu langsung memerah padam.
Ren merangkulmu. "Tenang saja. Nonton saja sekarang."
Pangeran bermulut manis satu ini pandai membuatmu merasa nyaman, dalam kondisi apapun ♡
Ittoki Otoya : Gentle and Caring One
Kamu sengaja pergi main ke rumah Ittoki. Kamu mengeluarkan kaset yang sudah sengaja kamu bawa agar kalian tidak kebosanan.
The Conjuring.
Kamu menyeringai. Kaset itu milik sahabatmu yang tertinggal di rumahmu.
"Ah! Sebenarnya tadi aku mau bawa film komedi tapi malah salah bawa! Apa aku pulang saja untuk mengambilnya kembali?"
Ittoki memandang kasetnya sejenak. "Ja-jangan! Mumpung aku belum pernah nonton ini, sih. Mau nonton?"
Kamu menyeringai, "Aku mau tapi takut."
Ittoki menggaruk tengkuknya, "Bagaimana ya? Ah, kalau [Name]-chan tidak mampu dihentikan saja ya?"
Kamu mengangguk setuju. Dia memang penuh pertimbangan. Kaset mulai diputar. Di pertengahan film, tubuhmu mulai bergetar kencang namun kamu melihat Ittoki cukup menikmati film hantu itu. Kamu jadi tidak ingin menganggunya. Namun kamu tidak tahan jadi kamu menarik lengan T-shirt putihnya.
"I-Ittoki, apa aku boleh pinjam bantalmu?"
Ittoki menoleh kemudian memberikan bantalnya kepadamu. "Ini."
Namun tidak lama setelah itu ia mengenggam tanganmu.
"Kalau kau takut, ingat ada aku. Atau perlu kuhentikan saja filmnya?"
Kamu menggigit bibir bawahmu. "Ti-tidak usah."
Kamu tidak mengira bahwa salah membawa kaset ternyata mampu mendebarkan jantungmu seperti ini. Merasakan kehangatan seorang laki-laki berambut jabrik merah itu ♡
Syo Kurusu : Heal
Kamu sengaja mendesak Syo untuk menonton film horror ketimbang film action kesukaannya. Sempat berdebat sesaat, Syo akhirnya mau mengalah dan kamu menerima kemenangan penuh kebahagiaan.
Kamu mengenakan high heels berwarna putih setinggi lima sentimeter. Ini memang kali pertamamu mengenakannya dan sepanjang berjalan, kamu merasa kakimu berdenyut kesakitan. Namun kamu tetap memaksakan diri berjalan tertatih-tatih.
Akhirnya kamu menemukan Syo yang bersandar di sebuah etalase toko. Syo menemukanmu juga namun ia menghampirimu lebih dulu. Ia mengernyitkan dahi melihat gaya berjalanmu mulai aneh.
"Kau kenapa? Sakit?"Syo melipat tangan.
Kamu menggaruk tengkuk, "Ti-tidak apa-apa, kok!"
"Bukannya biasa kau memakai sneakers? Kenapa pakai heels payah ini? Cih."
Kamu menatapnya bingung. Dia malah tidak suka kamu mengenakan alas kaki berbeda. Namun kamu mulai sadar alasannya. Kamu jadi lebih tinggi beberapa sentimeter darinya.
Syo pun membopong tubuhmu. Syok, kamu menepuk pelan bahunya.
"Hey! Aku ini berat tahu!"tegurmu tidak menyangka laki-laki bertubuh pendek itu mampu mengangkat tubuhmu menuju bangku panjang di dekat etalase toko.
"Jangan remehkan kemampuanku walau tubuhku kecil,"ucapnya terkekeh singkat.
Memang, Syo adalah stuntman yang cukup andal. Kamu menurut kemudian melihat laki-laki berambut kuning itu membuka heelsmu -- kakimu membengkak kemerahan disertai lecet. Detik berikutnya, ia menatapmu jengkel.
Ia berkacak pinggang kemudian membuang muka, "Aku tidak suka kau memakai sepatu ini lagi. Bu-bukan berarti kau jelek memakainya tapi maksudnya sepatu ini membuat penampilanmu jadi-- argh, aku beli obat dulu!"
Kamu merentangkan tangan, berniat menghentikan Syo. "Syo! Tidak usah! Filmnya sudah mau dimulai lo--,"
Brek.
Tiket miliknya dirobek duluan. Ia menunjukmu. "Yang kuutamakan itu kamu, bukan filmnya! Masih ada waktu. Nanti kamu juga harus beli sepatu baru, ok?"
Kamu tersenyum kecil menatap Syo yang berlari menuju apotek. Kamu melirik laki-laki tsundere yang begitu baik hati itu dari kejauhan, mencurahkan segenap kepeduliannya kepadamu ♡
Hijirikawa Masato : The Truth is ...
Kamu menerima tiket film bioskop dari Hijirikawa. Tidak secara langsung melainkan sebuah surat dari kotak pos rumahmu.
Untuk [Name],
Aku ingin kau menonton film bersamaku pada hari minggu pukul 14.31 di bioskop OO studio XX. Kalau kau berkenan segera kirimi pesan balasan.
Hijirikawa Masato
Kamu bergeming sejenak kemudian terkekeh. Laki-laki yang memiliki mole di bawah mata kanannya itu berkepribadian serius dan kaku. Kalau kamu tidak mengenalnya, kamu yakin kalau isinya barusan lebih mirip surat tantangan. Kamu mencari informasi film yang ditawari Masato dengan mesin pencari. Kamu melihat tiket pemberian Masato. Berwarna hitam pekat yang mencekam.
The Ring.
Kamu tidak tega menolaknya. Dia sudah membelikan tiket untukmu. Karena kesibukan sebagai entertainer dan ia hanya punya sedikit waktu luang untukmu, kamu pun tidak terpikir lagi untuk mengajaknya ke tempat lain.
Akhirnya kamu merasa perlu memantapkan batinmu. Film hantu hanyalah delusi khayalan belaka dan kamu yakin bahwa ketakutan hanyalah sugesti.
Hari H
Kamu hadir dalam balutan kasual -- kemeja putih dengan rok selutut berwarna kuning cerah. Tidak lupa clutch bag berwarna hitam melengkapi penampilanmu.
Namun Masato telah menunggumu lebih dulu di depan ruang bioskop dengan mengenakan kimono hitam dengan obi putih.
"Masato-kun!"
Walaupun penampilannya konvensional, tetapi paras tampannya tidak akan diledek. Yang ada, Masato kerap diajak foto bersama alias selfie oleh beberapa orang yang lewat. Kamu tidak menyangka Masato sepopuler itu.
Kamu langsung menyusulnya, "Masato!"
Masato menatapmu telah mengenggam tangannya menjauhi kerumunan. Kalian akhirnya bisa duduk di ruang bioskop kemudian Hijirikawa menatapmu lagi.
"Kenapa?"
"Sebenarnya aku mengundangmu karena ingin memberitahumu sesuatu,"
"Tentang apa?"ucapmu menyeruput lemon tea.
"Sebenarnya yang menjadi hantu di film itu adalah aku sebagai Sadako. Lewat film ini, aku ingin tahu kesanmu soal akting--"
Brussss.
Kamu memuncratkan teh yang nyaris tertelan di kerongkonganmu.
"APAAA? HANTU CEWE--"
Seisi orang yang berada studio bioskop melirikmu. Laki-laki kalem itu jadi canggung sejadi-jadinya apalagi kamu. Akhirnya kamu sadar kenapa dia kerap diajak foto di sana ☆
Bagian Masato agak garing ya? / slap.
A
walnya aku masih kepikiran memilih menulis serial namun merasa tertantang akhirnya menulis drabble, deh.
Ukh-- lagi demen ngoleksi idol song nih :"3
Apalagi punya mas Tokiya sama Kurosaki ~~/curcol
Siapa yang paling kamu sukai dari drabble ini? Tunggu versi Quartet Night-nya juga ya :3
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top