Blind Summer Date - [Ittoki Otoya x Reader]

Requested by Kak aga_alana. Terima kasih karena telah mendukung karya-karya utapriku /(^w^)\ ♡

Bagimu, semua cowok itu sama.

Pertama, laki-laki mesum itu berbahaya buatmu.

Kedua, laki-laki gamers itu susah diajak bersosialisasi di luar topik.

Ketiga, laki-laki playboy -- bermulut manis dengan segudang wanita di sekeliling akan sulit dipercaya.

Jadi selama ini, alasanmu tidak mempunyai pacar adalah ketiga hal mutlak yang terus kau temui sejauh ini. Namun sahabatmu khawatir kalau kamu akan menjadi nijikon.

Ketertarikanmu terhadap dua dimensi, misalnya.

"[Name], bagaimana kalau kita pergi kencan buta?"

Kamu melengos, terpusat memandang papan tulis yang telah terisi penuh dengan coretan kapur. "Nggak, pergi saja sana."

"Hee-- aku kan sudah punya pacar? Lagi pula ikutan event begini untuk mengisi waktu luang, kok!"

Usai mencatat, kamu membereskan alat tulis ke dalam kotak pensil.

Temanmu menerima panggilan kemudian berucap, "Kita sudah sepakat liburan kemping, kan? Ya, [Full Name] juga ikut!"

Mulutmu terbuka lebar. "KE-KENAPA AKU DIAJAK JUGA?"

Sahabatmu, [Best Friend Name] berkata, "Kau sudah terdaftar loh! Tidak ada penolakan, ya~"

"HOEEEEE--"

Blind Summer Date
Pair : Ittoki Otoya x Reader
Warn : Setting selalu AU, OOC, gagal baper
.
.
.

"Huaa! Musim panas!"seru temanmu ketika kalian berjalan menelusuri hutan.

Kamu mengelap peluh keringatmu beberapa kali. Menjinjing ransel yang terasa berat di pundakmu. Awalnya, kalian adalah rombongan sebanyak lima orang namun satu di antaranya berhalangan untuk pergi.

Kamu mengernyitkan dahimu ketika melihat seorang laki-laki berambut jabrik merah itu terus mencerocos tiada henti kepada pacar temanmu. "Nah, kita sudah sampai! Akhirnya!"

Belum sempat kamu ingin mengomelinya karena berisik, kamu melihat hamparan rumput bergoyang oleh embusan angin. Beberapa tanaman bunga matahari tampak menjulang tinggi, panasnya mentari yang terik, dan dedaunan yang hijau terang -- menandakan musim panas telah dimulai.

"Ayo kita buat tendanya!"temanmu segera meletakkan tasnya ke rerumputan. Diikuti sang pacar yang terkadang masih menyelanya untuk mengambil tenda.

"Kalau begitu, kami yang mengambil kayu bakar ya?"laki-laki berambut merah itu mengusulkan.

Ragu, kamu menunjuk dirimu sendiri. "Kami?"

"Iya. Kamu dan aku. Cari kayu bakar,"sahut laki-laki itu mengangguk kemudian mengulurkan tangan kanannya kepadamu. "Namaku Ittoki Otoya, kalau kamu?"

Kaget karena diajak berkenalan, kamu membuang muka tanpa membalas ulurannya. "Namaku [Full Name],"

Walaupun tanggapan dingin yang kamu berikan kepadanya, laki-laki pemilik senyum secerah matahari itu tersenyum lebar. "Yoroshiku onegaishimasu!"

☆ ☆ ☆

Hutan yang kalian jejaki begitu luas serta memiliki struktur daun yang lebat sehingga mampu menghalangi sinar mentari yang masuk. Kalian telah mengambil beberapa ranting kering sebagai persiapan api unggun malam nanti.

"Kira-kira segini sudah cukup, ya?"tanya Ittoki membawa kayu-kayu itu di lengannya yang kekar.

Kamu juga membawa kayu kemudian mengangguk. "Ayo kita kembali."

Kalian berjalan terpisah. Ittoki di depan dan kamu di belakang. Langit mulai gelap. Dengan penerangan seadanya yang bisa ditangkap oleh penglihatanmu, kamu melihat Ittoki samar-samar jalan lebih cepat.

"T-tunggu--"

Namun suaramu terlalu kecil.

"W-whaaaa--"

Akhirnya kamu menjerit karena tidak sengaja tersandung gundukan batu. Kayu yang kamu dekap berceceran ke mana-mana dan dalam posisi tengkurap, kamu sulit merasa bangkit.

"[NAME]!"seru Ittoki langsung berlari ke arahmu.

Dia mengulurkan tangannya, membantumu berdiri. Langit perlahan gelap dikepung oleh kawanan awan mendung yang menurunkan tetesan hujan. Dan alhasil, kalian berdua kebasahan. Kamu dan dia berlari sebisa kalian menemukan lokasi teduh -- sebuah pondok yang tidak berpenghuni. Kamu menggosok jemarimu yang dingin terguyur hujan sedangkan Ittoki mulai meletakkan ranselnya di lantai, menyusulmu yang duduk di sofa.

"Sedikit memar, yah,"ucapnya memandangi kaki kirimu yang membiru.

Sedikit panik, kamu merasa berdua saja dengan Ittoki -- bahkan belum sehari penuh kalian mengenal satu sama lain, kamu langsung menepis tangannya.

"A-aku tidak apa-apa. Nasib mereka, bagaimana?"tanyamu mengalihkan topik.

Ittoki mengambil sebuah obat oles kemudian memberikannya kepadamu. "Kau perlu mengobati dirimu sendiri lebih dulu. Ti-tidak mungkin kan aku yang mengoleskan? Aku akan keluar untuk memberikan sinyal kalau kita tersesat."

"Sinyal?"

Sebuah seringai hadir di wajahnya ketika mengambil stik yang masih terbungkus plastik, "Aku siap sedia, loh. Gini-gini, aku bawa kembang api sebagai kesepakatan dengan mereka kalau hal ini terjadi,"

Kamu menyipitkan manikmu, "Ada bawa pemantiknya?"

Pasalnya, kembang api akan menyala jika terbakar api. Ia mengaduk ranselnya sedalam mungkin, kemudian mengeluarkan isi demi isi. Ia mengacak rambutnya penuh frustrasi. "Ti-tidak ada! Aku lupa bawa!"

Kamu menepuk dahimu. Manikmu mengedar ke sekeliling kemudian terfokus memandang lentera. Api yang menyala.

Dengan langkah pincang sambil mengambil lentera, kamu berkata, "Kita gunakan ini!"

Ia tersenyum kecil berkata, "Baiklah. Tetapi sekarang sedang hujan deras dan kita perlu menunggu sampai reda."

Tidak ada pilihan, kalian tetap saja harus berada di pondok ini untuk sementara. Berdua. Berbagai perlengkapan seadanya berhasil kalian temui. Dingin yang menusuk tulang membuatmu ingin bergelung dalam selimut. Dan ini kali pertama kamu hanya berdua dengan laki-laki.

Diliriknya sofa yang cukup lebar dan hanya terdapat satu, kamu menggeserkan posisi dudukmu. "Ittoki, kau duduk saja di sini."

Dan ini kali pertamamu mengajak laki-laki untuk berinteraksi kepadamu selain ayahmu.

Ittoki terkekeh kecil, "Apa kau tidak masalah? Ada karpet dan aku bisa tidur di lantai, sih. Apa kau lapar? Aku ada roti!"

Kamu menggeleng. "Makan saja. Sofanya cukup luas, jadi kita bisa berbagi."

Kruuk.

Perutmu berbunyi. Ia tertawa kemudian mengeluarkan roti yang ia bagi dua kepadamu.

"Te-terima kasih,"

Entah mengapa, laki-laki itu mudah membuatmu merasa nyaman. Ia merebahkan tubuhnya dengan selimut yang ia dapatkan. Duduk di sebelahmu.

"[Name], ultahmu kapan?"

"[Date of Birth Name]. Ittoki?"

"14 April. Sepertinya [Name] baru pertama kali ikut acara outdoor, ya?"

Kamu tersenyum kecut. "Temanku memaksaku pergi. Akhirnya aku ikut dan kedapat nasib seperti ini."

"Tidak apa, kok. Pengalaman, hehe. Memangnya kalau tidak ikut berkemah, ngapain?"

"Makan. Mandi. Internetan. Tidur."

"Hee-- memangnya tidak bosan kalau liburan selama 40 hari berturut-turut dengan rutinitas yang sama? Mau kubagi event denganku, tidak?"

Kamu mendengus, "Bosan, sih. Tapi hanya segitu kegiatanku."

Ia menatap langit-langit kemudian menghitung dengan jari kegiatannya. Dalam diam, kamu bisa mengira ia adalah orang sibuk.

"Bulan depan, aku akan mengisi acara ulang tahun panti asuhanku,"

Kamu memandangnya, "Panti ... asuhanmu?"

Ia menggaruk pipinya, "Aku adalah anak yang berasal panti asuhan tetapi aku tidak diadopsi oleh siapapun karena aku tidak menginginkannya."

Tidak kamu sangka kalau anak seceria itu adalah anak yatim piatu yang diasingkan orang tuanya ke dunia panti asuhan. Bukankah dengan mengutarakan kenyataan pedih itu justru menyakiti hatinya sendiri?

"Kok jadi diam, sih?"

Kamu memeluk lututmu, "Kau itu laki-laki yang tabah, ya."

"Tentu saja. Aku sudah jadi abang untuk adik-adikku walau tidak sedarah, sih. Jadi, [Name] kau mau datang ke acaraku kan?"

"Hm,"

Ittoki mengernyitkan dahi kemudian melihatmu telah tertidur, tidak sengaja menyandari kepalamu di bahunya. Ittoki menutup sebagian wajah memerahnya dengan punggung tangan.

"Kenapa kau bisa tertidur dengan wajah se-innocent itu, sih? Aku kan ... jadi tidak bisa tidur,"gumam Ittoki memperbaiki letak selimutmu yang melorot ke bawah.

Kamu yakin baru berkenalan dengan laki-laki ramah itu. Entah mengapa, kamu merasa aman. Merasa baik-baik saja jika bersama laki-laki itu.

☆ ☆ ☆

Pergantian hari menjelang subuh, hujan pun telah reda. Kalian akhirnya memutuskan untuk memberi sinyal lewat kembang api. Melihat sinyal itu dari kejauhan, temanmu dan pacarnya langsung bergegas menyusul kalian.

"[Name]! Kalian baik-baik saja kan?"seru temanmu memelukmu ketika kalian telah kembali menuju lokasi kemah.

Kamu tersenyum membalas dekapannya, "Kami baik-baik saja, kok. Beruntung tadi Ittoki menemukan pondok sehingga kami bisa berteduh,"

"Nah, iya. Kami juga menumpang di rumah kenalan pacarku. Tapi ... kalian tidak berbuat yang macam-macam kan?"lirik temanmu menyikut dirimu.

Kamu menyikut balik. "Enggak, ya!"

"Yoosh! Mumpung masih ada waktu sampai sore, ayuk kita bersenang-senang,"ajak Ittoki.

Sejak hari itu, kalian memulai waktu kemah dengan suasana bahagia dan canda tawa.
Tidak lupa barbeque bersama serta menghabiskan stok kembang api. Tidak terasa hanya sekadar bercengkrama serta menikmati suasana outdoor yang membuat jiwa lebih bebas merasakan nikmatnya alam.

Sambil berberes, kalian telah menjinjing ransel masing-masing menuju perjalanan pulang. Seiring kalian berjalan, Ittoki mengambil setangkai bunga matahari kemudian memberikannya kepadamu.

"Untukmu,"

Mungkin bukan mawar yang dibungkus dengan indah, tetapi bagimu menerima bunga itu seperti merepresentasikan -- mewakili kepribadian laki-laki itu. Dengan senyuman yang terulas di kedua sudut bibirmu, kamu berkata.

"Terima kasih,"

OMAKE
Kamu menerima alamat yang dikirimi Ittoki. Hari ini adalah perayaan ulang tahun panti asuhannya. Sebelum berangkat ke sana, kamu merapikan rambutmu sekilas dengan pakaian yang kamu kenakan.

Blus berlengan panjang berwarna merah muda dipadukan dengan jegging hitam. Memang kasual, karena bukan acara formal.

Bermodalkan dengan jalan kaki setelah sampai di terminal, kamu mendengar petikan melodi indah dari gitar akustik. Juga suara cerah yang menenangkan dari kejauhan.

Futari de tsukuridasu kono melody ni nosete
Mirai ga kyou ni kasanaru you
Kawarazu gyutto kono phrase mitai ni
Hanashitakunai'nda...

[...]

Brand New Melody - Ittoki Otoya

Kamu memandang laki-laki itu bernyanyi dengan wajah yang bahagia. Seolah hatimu yang dingin perlahan menghangat. Mengizinkan lantunan liriknya mengetuk hatimu. Berdiri di luar, memandangi anak-anak panti asuhan lainnya tertarik mendengar suara emas Ittoki.

Tepat Ittoki selesai melantunkan lagu dan menyandarkan gitarnya di kursi, berbagai respon positif didapatkan oleh berbagai pihak. Tepuk tangan dan sorakan pujian pun beredar.

"[Name]!"tegurnya dari dalam yang berhasil membuat seluruh pasang mata memandangmu ingin tahu.

"H-hai?"sapamu kaku.

"Ah, ini ya yang Oto-nii bilang? CIE!"

Berbagai sahutan berupa siulan dan tepuk tangan kompak dilakukan anak-anak panti. "Oto-nii! Tarik, tarik, tarik! Kasihan ceweknya nungguin dari luar!"

Ittoki bergeming memandangmu dari kejauhan. Wajahnya memerah menahan malu.

"A-AAAA, KALIAN! JA-JANGAN BULI KAK [NAME] DAN OTO-NII, DONG!"

Kamu terkekeh kemudian berjalan masuk ke dalam ruangan. Ekspresi Ittoki terlihat imut bagimu ketika ia malu-malu -- wajahnya memerah yang menggemaskan.

"Aku ... tidak keberatan sih, kalau dipasangi dengan Ittoki sebagai ... ,"ungkapmu setengah terkekeh walau sebenarnya sedang mengungkapkan kejujuran yang sebenarnya.

"H-HEEEE-- A-aku tidak menyangka kalau [Name] datang! D-dan dia temanku, kalian jangan salah paham!"

Disahuti oleh tawa canda seisi anak panti. Pemuda secerah matahari itu justru didorong menghampirimu.

"Ma-maukah kau menjadi temanku?"tanyanya mengulurkan tangannya.

Jelas saja, kamu mengangguk. "Aku mau, kok."

Menerima uluran tangan darinya yang mengenggam jemarimu yang mungil. Bagimu, kini tidak buruk mengenal laki-laki, memulai dari pertemanan lebih dulu ♡


- Fin -

A/N :
Gomen ya kak, kalau belum sesuai dengan harapan :"3
Nambah song fict di bait pertama, gapapa yah~
Wp error buat nambahin audio jadi ga bisa masang/ hiks. Endingnya gaje banget yah / lol.
Entah kenapa pas mikir Ittoki ini, kepenginnya yang fluff-fluff begitu. Aslinya aja dia itu unyu-unyu baik hati gitu.

Imma on the way mengisi utang lainnya. Jaa!

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top