[01]
01 || The Night Hunter
❥ Someone or something is after; hunting you.
Jantung kota dipenuhi kebisingan, malam hari ini. Nyanyian dalam kesunyian menggema di tiap gang kecil perkotaan. Suara tangis awan menjadi nada tambahan yang sendu dalam lagu tersebut.
Kato Haru berlari menembus hujan.
Jaketnya basah total, menjadikannya bertambah berat. Perjalanannya masih jauh, Haru pun memilih untuk berteduh sementara.
"Hujan lagi. Hujan lagi," protesnya tak terima pada cuaca belakangan ini.
Haru berdecak. Ia menengok ke arah jam kota dengan jarum jam yang bergerak lebih lambat dari sebelumnya. Dua kantung belanjaan ditaruh di samping kedua kaki. Haru pun duduk di kursi halte.
Menunggu dan terus menunggu.
Haru mendesah. "Kuharap, ada seseorang yang ikut berteduh di sini."
Harapnya didengar oleh angkasa.
Seorang pria memakai jaket kulit datang, berdiri di samping Haru dengan wajah menengadah ke langit. Haru menghela napas lega. Setidaknya, ada seseorang yang menemaninya sampai hujan reda.
"Cuacanya sedang tidak bersahabat, ya?"
Haru memulai percakapan, tetapi tidak mendapat jawaban.
"Pak?"
Lagi-lagi dia tidak mendapat jawaban apa pun.
"Ya sudahlah."
Satu jam berlalu tanpa adanya suara—selain deru hujan, tentunya—di antara mereka. Awan membaik. Perlahan tapi pasti, ia memperlihatkan kilauan bintang yang disembunyikannya selama tiga malam terakhir.
"Hujan sudah reda." Haru berdiri, mengambil salah satu kantung belanjaannya. "Sampai jumpa, pak."
Kaki mulai melangkah cepat dengan seribu satu firasat buruk. Terus berlari seperti sebelumnya. Terus berlari seperti sedang dikejar hantu.
"Kau meninggalkan kantung belanjamu." Pundaknya ditepuk bersamaan dengan kalimat tersebut.
Haru menoleh ke belakang, mendapati sosok yang menemaninya berteduh tadi. "Oh, terima kasih."
Ingin meraih kantung belanjaan, tetapi lawan bicara menarik lengannya.
"Eh?"
"Kau tahu?" ia berbeo. "Katanya, manusia memiliki tujuh kembaran dengan sifat berbeda yang terpisah di tiap penjuru dunia."
Kedua alis Haru naik secara spontan. "Lalu?"
"Hanya tujuh." Pria itu mengulurkan kantung belanja milik Haru. "Bukan delapan, Kato Haru."
Selepas berkata demikian, pria tersebut mengeluarkan sebuah pisau, menikam perut bagian kanan Haru. Haru terkejut sampai-sampai tak sempat membela diri.
Pria bersurai abu-abu tua itu tersungkur di tanah, memegangi luka dalam di perutnya. "Sialan!"
"Kau tidak akan mati." pria bersuara sama dengan Haru memutar langkahnya. "Ada tugas yang harus kau selesaikan. Hal ini akan menentukan siapa yang layak hidup. Aku atau kau."
Si Penikam hilang ditelan deras hujan yang kembali turun. Tiada hentinya Haru mengumpat kasar sedari tadi, disertai memukul-mukul bahu jalan seraya menggertakkan gigi-giginya.
༻❁༺
"Selamat siang, Haru-san." [Name] memberi salam tepat sesaat setelah pintu rumah Haru dibuka.
"Siang, [Name]."
"Kudengar, dua hari yang lalu kau ditikam. Siapa pelakunya?"
"Bukan apa-apa." Haru mengalihkan pandangan. "Mungkin dia salah sasaran."
"Serius bukan apa-apa?" tanya [Name], cemas.
"Iya." Haru tersenyum lebar demi meyakinkan [Name]. "Aku baik-baik saja. Lihat?"
[Name] mengembungkan pipinya. "Jangan membuatku cemas! Dasar …."
Bukannya meminta maaf, Haru malah menarik [Name] ke dalam pelukannya. "Maaf, maaf," ujar Haru sembari terkekeh kecil.
"Berjanjilah untuk lebih hati-hati lagi!"
"Iya, aku berjanji."
Haru melepas pelukannya. ia kecup singkat kening [Name], lalu mengajaknya masuk ke dalam rumah.
"Nah." Si gadis menepuk kedua tangannya. "Sebagai pacar yang baik, aku akan membuatkan makan siang untukmu~!"
"Yang enak, ya~!"
"Pasti!"
༻❁༺
Next~
CH 1's total words : 516
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top