🖤_01_🖤
Drap! Drap! Drap!
Suara langkah kaki seseorang yang tengah dikejar oleh sesuatu yang tak begitu jelas terlihat di gelapnya malam.
Cahaya rembulan yang tak kunjung muncul membuat jarak pandang orang itu memendek dan secara acak mengambil jalan tanpa tahu apa yang menunggunya.
Yang ia pikirkan adalah keselamatannya dari kejaran orang itu.
Tapi naas,
Jalan yang ia ambil hanya membawanya kepada ujung perjalanan kehidupannya.
Diwajahnya terpampang jelas raut khawatir, panik dan takut akan dibunuh. Ia melihat kekanan dan kekiri mencari jalan keluar tapi tetap tak ada jalan lainnya.
Tap!
Seseorang baru saja turun dari atap perumahan sekitar dan berdiri tepat dibelakang punggung orang yang sedang panik mencari jalan keluar agar terhindar dari kejarannya
Orang itu berhenti mencari jalan keluar, ia dengan cepat berbalik dan menemukan orang sedari tadi mengejarnya setelah orang itu menghabisi kelompoknya.
Keringat dingin mengalir deras dipelipisnya serta nafas terengah-engah karena sedari tadi berlari tanpa henti hingga berakhir disini. Jantungnya berdegub sangat kencang karena rasa takut akan orang di hadapannya.
Orang yang ada dihadapannya kini terlihat dengan jelas setelah sinar rembulan menyorotnya, dari postur tubuh serta surai hitamnya yang sedikit terlihat, dia adalah seorang gadis dengan topeng rubah berwarna hitam yang menutupi wajahnya dan sebuah katana digenggamannya. Katana itu sudah dilumuri oleh darah orang orang yang sudah ia bunuh atau kelompoknya.
"Bajingan sepertimu tak akan pergi kemanapun karena kau tak pantas berada disini. Karena itu aku akan mengirimu ketempat seharusnya kau berada bersama kelompokmu itu." ucapan gadis itu yang membuat bulu kuduknya berdiri.
"K-kumohon j-ja-jangan bu-bunuh a-ku. K-kami hanya me-mengik-kuti a-apa yang i-a suruh." mohon nya pada gadis dihadapannya dengan gugup.
"Untuk apa aku membiarkan bajingan sepertimu berkeliaran." ucap gadis itu sinis.
"K-kumohon. A-a-aku a-akan menu-nuruti s-semua a-apa ya-yang kau inginkan." ia berlutut memohon ampun pada gadis dihadapannya.
"Kalau begitu siapa bosmu?"
Ia tak menjawab pertanyaan atau bisa dibilang permintaan si gadis. Ia tak berani menjawabnya karena jika ia memberitahu nama sang bos pada orang lain itu sama saja ia akan mati ditangan bosnya atau orang kepercayaannya.
Gadis itu yang tak kunjung mendapat jawaban dari orang tak berguna dihadapannya akhirnya perlahan mendekati orang itu.
"Sudah pasti kau tak akan bisa menjawab pertanyaanku. Karena jika kau memberitahuku maka kau akan mati ditangannya'kan?" tanya si gadis seakan akan bisa membaca pikiran orang.
"Tak usah berlama-lama lagi. Aku sudah muak disini, aku akan menyelesaikannya dengan cepat."
Tinggal beberapa langkah lagi gadis itu mendekati orang itu. Yang didekati sudah tak kuat berdiri, ia hanya bisa duduk terdiam dengan keringat dingin semakin mengalir deras seiring langkah si gadis.
"Sayonara."
Crash!
Duk!
Kepala orang itu terlepas dari tubuhnya dan menggelinding di aspal jalanan. Dan gadis itu mengambil suatu benda didalam sakunya yang serupa dengan botol vaksin.
(Aku ngga tau apa namanya jadi intinya bentuknya sama, Okeh?!
Iyain aja lah)
Ia membuka tutupnya dan memasukan beberapa tetes darah yang mengalir dari katana yang ia gunakan untuk membunuh mereka.
"Untuk koleksiku." ia menutup botol itu dan menulis angka 20 dilebel botol itu. Maksud angka tersebut adalah jumlah orang yang ia bunuh hari ini, yang berarti ada 20 orang yang ia bunuh termasuk orang barusan.
Drrtt.. Drrtt..
Ponsel milik sang gadis bergetar, menghentikan kegiatannya. Ia menyalakan ponselnya dan tertera nama sang penelpon 'Akai', ia membuka tudung yang sedari tadi menutupi surai hitam miliknya tanpa melepas topeng rubahnya dan mengangkat telepon dari rekannya.
"Halo?"
"Halo Kuroi,"
"Ada apa? Tumben menelfonku?"
"Kau kini sedang sibuk tak?"
"Tidak, aku baru saja selesai. Memang ada apa?"
"Oh itu kau disuruh untuk pindah ke markas utama oleh Sensei."
"Kenapa?"
"Disini sedang membutuhkan bantuan tambahan setelah Shiroi tak ada, kau tau 'kan?"
"Iya aku tau. Jadi kapan aku harus kesana?"
"Secepatnya. Kalau bisa lusa kau sudah disini."
"Baiklah."
"Dan sekolahmu juga akan pundak ke Sekolah tempat Shiroi dulu."
"Oke oke. Oh ya ku minta tolong panggilkan beberapa orang untuk membersihkan orang-orang ini."
"Oke akan aku kirim kesana."
Tut tut..
Ia memutus teleponnya dan segera kembali ke apartemen yang dipinjamkan oleh markas.
Sebagai info Akai dan Kuroi adalah nama samaran mereka saat berbicara diluar markas dan memakai nama asli saat didalam markas. Nama samaran bisa saja menurut warna surai, warna manik, ataupun yang lainnya. Seperti Kuroi yang artinya hitam dan Akai yang artinya merah.
Gadis dengan nama samaran 'Kuroi' menaruh katananya dipunggung agar tak terlalu mengganggunya dan pergi ke apartemen miliknya menggunakan motor sport hitam.
Sesampainya di apartemen,
Ia memarkirkan motor dibasement dan langsung masuk kedalam apartemennya. Ia kini tinggal seorang diri karena awalnya ia tinggal dengan gadis yang terap ceria walau sudah banyak kehilangan yang bernama samaran 'Shiroi'. Seperti yang kalian tahu kini 'Shiroi' sudah tak ada didunia.
Kembali pada gadis bersurai hitam tadi,
Saat sudah didalam ia menaruh kembali katananya ditempatnya
Gadis itu melepas hoodie hitam yang ia pakai sedari tadi serta melepas topeng rubah hitam yang tak ia lepas selama diluar.
Terlihat manik hitam milik si gadis senada dengan surai nya. Ternyata dilihat lagi gadis itu adalah (Name) sendiri. Gadis yang sama menolak pernyataan cinta dari Isamu karena ia tak ingin Isamu terluka karena didekatnya.
(Name) pergi kekamar mandi untuk membersihkan noda darah yang ada pada ditubuhnya serta menyegarkan tubuhnya yang lelah menghadapi kelompok itu.
-▫️🖤▫️-
(Name) kini sudah berada dimarkas utama. Ia langsung saja turun dari motor hitamnya dan melenggang masuk kedalam.
Didalam ada banyak anak-anak yang seumuran dengannya, mereka semua sudah siap dengan seragam sekolahnya masing-masing.
Disaat matahari terbit mereka terlihat seperti remaja yang lainnya seperti berangkat pagi untuk menimba ilmu, bersosialisasi dengan remaja lainnya dan melakukan apa yang remaja pada umumnya.
Tapi disaat gelapnya malah bertabur bintang, mereka berubah menjadi orang berdarah dingin dan tak berperasaan membunuh orang-orang yang diperintahkan oleh atasan mereka.
Mereka melakukan ini karena mereka memiliki kesamaan yang cukup berpengaruh didalam hidupnya. Sama-sama kehilangan keluarga yang seharusnya melindungi mereka, sama-sama memiliki masa lalu yang cukup kelam, sama-sama memiliki tekad untuk bertahan hidup didunia dimana yang kuatlah yang berkuasa dan mereka sama-sama memiliki rasa ingin melindungi orang-orang yang telah menerima mereka dan mendidik mereka hingga saat ini.
Namun, (Name) hari ini tak akan pergi bersekolah terlebih dahulu karena ia akan dipindahkan ke sekolah tempat temannya bersekolah dulu.
"Oh (Name)! Kau sudah datang!" teriak gadis dengan surai merah terang melihat kehadiran (Name).
"Tentu saja aku datang. Kan kau bilang datang secepatnya dan kini aku sudah disini."
"Chika kau akan berangkat sekarang?" tambah (Name).
"Yap! Aku akan berangkat setelah berbicara sebentar dengan hehe~"
Miura Chika atau Akai adalah orang yang menelfon (Name) malam itu. Mereka berdua memang dekat sejak kecil dan berpisah saat (Name) pindah disekolah sebelumnya.
"Kalau begitu berangkat sekarang sana nanti kamu telat." usir (Name) pada Chika.
"Hish.. Ya iya aku berangkat nih." Chika pergi dengan wajah yang sedikit merengut dan itu membuat (Name) terkekeh melihat tingkah teman kecilnya.
Melanjutkan langkahnya yang tertunda karena temannya, ia kini sudah berada didepan pintu ruangan pimpinan dikelompok ini.
Kriett..
Pintu terbuka menampilkan ruangan yang cukup luas dengan meja kerja serta lemari yang dipenuhi buku-buku dengan sampul berbeda warna.
Dibalik meja kerja terdapat seorang wanita cantik dengan surai blonde manik hijaunya terlihat tajam.
"Sensei!" panggil (Name).
"(Name), panggil aku seperti biasa jangan terlalu formal seperti itu." tegur wanita cantik dihadapan (Name).
"Ha'i Yako-nee san."
Yako adalah nama wanita cantik dihadapan (Name) dan ia juga seseorang yang telah menerima (Name) saat keluarga kecilnya telah tiada.
Anak-anak seperti (Name) sudah terbiasa memanggil Yako dengan panggilan Nee san tapi saat tertentu mereka memanggilnya Sensei.
"Bagus. Jadi besok kau akan mulai berangkat sekolah." ucap Yako.
"Ha'i."
"Sebenarnya Nee san akan meminta bantuan pada teman lamaku dan katanya ia juga memiliki anak yang akan menemanimu selama menjalankan misi."
"Kenapa tidak dengan anak-anak yang ada disini?" tanya (Name).
"Semuanya sibuk dengan misi mereka semua jadi aku meminta bantuan mereka. Dan katanya ia juga akan satu sekolah dengan mu nanti atau lebih tepatnya ia sejak awal bersekolah disana." Jelas Yako.
"Wakatta, siapa namanya?"
-▫️🖤▫️-
Huhu akhirnya selesai setelah dianggurin beberapa hari hehe..
Kalau ada bahasa jepangnya ada yang salah maaf karena Shan cuma search di google,
Mungkin beberapa dari kalian pasti bakal sedikit tahu siapa yang jadi rekan (Name),
Dan ya 'Shiroi' juga mungkin ada yang tau juga kalau kalian teliti sih hehe
//plakk!
Ya segitu aja bingung mau tambah bagian lagi tapi nanti di chap selanjutnya lah.
Bye bye~
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top