Struggle Boy, Go Ahead!

Fanfic ini milik saya!
Disclaimer : milik Fujimaki Tadatoshi

Pairing : Midorima Shintarou x OC

Summary :
Midorima ingin memberikan cokelat untuk Mika di hari White Day, tapi sepertinya hari itu tidak bisa terlewatkan dengan indah. Ia mencoba mencari cara, tapi pikirannya pun buntu.

Genre : Romance, Comedy, Fluff

NB : Cerita ini dilihat dari sisi PoV Midorima

Mika Ayumi. Gadis yang Midorima sukai. Tetangganya. Bulan Februari kemarin Midorima menerima cokelat Valentine darinya. Kalian bertanya, jenis pemberian cokelat apakah itu?

Hmm, tentu saja cokelat honmei (cokelat khusus diberikan terhadap lawan jenis karena suka).

Bulan lalu, 14 Februari 20xx.

Midorima bisa saja sombong di antara anak basket, tapi ia tetap menjaga image. Alih-alih menahan senyuman yang memaksakan sudut bibir terangkat, ia malah dibuat cemburu oleh Takao.

"Wah. Mika-chan memberiku cokelat?"

Midorima mendengus sebal memantulkan bola kemudian melemparnya ke dalam ring sejauh yang bisa ia prediksi. Bola itu ternyata gagal masuk, membuat kekesalan laki-laki itu memuncak dua kali lipat.

"Itu cokelat giri (balas budi), kok, Midorima-kun~" Midorima selalu tahu sikap Takao. Suka memancing emosi. Ia menarik nafas dalam-dalam.

Midorima menoleh bengis ke arah Takao. Dia membuat aliran darah Midorima memucak, merasa ingin mencincangnya. Ia berbalik badan dan memantulkan bola sekali lagi, tapi gagal melempar saat merasakan seseorang mencolek punggungnya berkali-kali.

"Mido-kun...."panggil Mika lirih.

Midorima tertegun saat Mika datang kepadanya dengan wajah memerah seperti ini.

"Co-cokelat untukmu tertinggal di kelas," ucap Mika menyadari kekesalan Midorima saat ia malah dinomorduakan Takao dalam memberi cokelat. Sekalipun Takao menerima giri choco.

Midorima mendengus. Belum lagi latihannya akan selesai sampai sore. Kelas Mika pulang lebih dulu, dua jam lebih awal dari ekskur basketnya. Itu artinya Midorima pulang lebih lambat.

"Nanti aku bawakan ke sini."

Midorima merasa bahagia akan upaya Mika, tetapi ia berusaha mengontrol ekspresi supaya tidak terlihat menunggu, tapi Takao selalu saja menghancurkan upayanya. Begitu menyebalkan!

"Kau dapat hujanan cokelat dari fansmu, tapi sama gadismu malah belum dapat," ejek Takao.

Persetan Takao, memang sebelumnya Midorima telah meminta gadis-gadis yang sering datang mengerumuninya untuk tidak membawakan cokelat untuknya, tapi mereka tidak mendengar. Empat kantong berwarna pastel penuh cokelat tersemat di sebelah tas olahraganya.

Terus pertanyaan selanjutnya bagi Midorima, siapa yang bisa menghabiskan semua cokelat itu seorang diri, coba?

Kepalanya serasa migrain mendadak untuk menjawab pertanyaan konyolnya itu. Mika memang pelupa, tapi kali ini Midorima jadi merasa lebih kecewa.

Atau tidak?

Mika datang kepadaku tergopoh-gopoh. Sekantung tas kecil biru disodorkannya kepada Midorima.

"Nanti dimakan ya. Maaf, aku harus pulang duluan." Mika melambaikan tangan menjauhi ruang hall.

Midorima menatap tas gadis itu. Gantungan Pororo tersemat di tasnya membuat perasaan laki-laki itu terasa lebih hangat. Dia memakai benda oha asa pemberian Midorima hari ini.

Saat itu memang sedang break. Laki-laki bersurai hijau membuka isi kantung itu. Sebuah kotak bekal biru muda dengan isi brownies kukus. Di dalamnya juga ada secarik surat.

Untuk : Midorima

Maaf aku tidak memberikan cokelat batangan seperti fansmu. Aku sengaja membuat sesuatu yang berbeda. Kau bisa memakannya di rumah nanti.

Kue anti meleleh itu pas untukmu kan? ♡
Aku suka benda oha asamu hari ini.

Mika

Tanpa sadar Midorima menekap wajahnya yang memerah setelah membaca isi surat Mika. Dia yang Midorima tahu cukup berantakan (mereka tetanggaan), bisa membuat kue serapi itu.

Midorima melihat sisi lain Mika yang manis tanpa ia sadari selama ini. Dibandingkan cokelat balas budi yang cepat diterima Takao barusan, Midorima jauh lebih bahagia meskipun menunggu lebih lama.

Dan bahagia itu sederhana.

- flashback ends -

Oke, kebahagiaan singkat itu tidak berlangsung lama. Midorima semakin bingung bagaimana membalas brownies Mika untuk White Day nanti.

"Ajak dia kencan saja," saran Takao yang rupanya sedang 'baik' dalam berdiskusi.

Keduanya mendiskusikan perayaan yang terjadi setelah sebulan Valentine berlalu saat sehari sebelumnya. Biasanya di jam pulang sekolah, Mika selalu datang ke sini. Atau tidak, dia mengirimi Midorima mail jika ia ada aktivitas klub astronomi.

"Takao, aku keluar sebentar."

Takao mengacungkan jempol. "Jangan lama-lama,"

Midorima berharap demikian. Aku akan kembali ke klub setelah menemuinya.

♧ ♧ ♧

Tapi di mana pun Midorima mencari, Mika tidak ada. Kelas Mika merupakan tujuan utama yang tersisa. Beruntung, di dalam kelas terdapat seseorang yang duduk di sana. Kalau tidak salah namanya Miyasaka.

"Miyasaka-san?"

Panggilan Midorima membuatnya tertegun kemudian Miyasaka menghampiri laki-laki itu. "Ada apa?"

"Tahu Mika-chan ke mana?"

Ia mendesah. "Midorima-kun sibuk latihan untuk turnamen ya? Dia tadi pingsan di kelas karena anemia. Jadi tadi seseorang mengantarkannya pulang."

Midorima tahu Mika memiliki daya tahan tubuh yang lemah, tetapi kenapa Mika tidak mengabarinya?

"Tenang saja, cewek kok yang mengantarnya pulang,"

Sejujurnya Midorima tidak mengindahkan informasi Miyasaka barusan, tapi setidaknya dia berusaha membuat laki-laki itu tidak khawatir alias tidak merasa cemburu. Mungkin hari ini Midorima bisa izin kepada pelatih untuk pulang lebih cepat.

Memang sudah lama Midorima tidak sering bertemu pandang dengan Mika, baik sebagai tetangga ataupun sosok yang disukainya.

Sedikit terselip perasaan bersalah Midorima yang begitu sulit untuk membagi waktu antara turnamen, belajar, dan Mika sebagai prioritas akhir.

♧ ♧ ♧

Rumah Mika. Pukul 17.51.
Midorima berhasil meminta izin kepada pelatih, walaupun resiko yang dialami berupa tambahan jadwal latihannya pada hari minggu.
Midorima sering bermain ke rumahnya sebelum ia sibuk berlatih untuk turnamen Inter High nanti. Rumah gadis itu sangat sepi karena hanya dihuni oleh dua orang saja. Midorima meminta izin terlebih dulu kepada ibu Mika untuk menjenguk gadis itu, Midorima pun akhirnya tepat di depan pintu kamar tidur Mika.

Ia mengetuk pelan kamar gadis itu, meskipun melakukannya membuat perasaannya semakin tidak karuan, antara khawatir dan bingung.

"Masuk," terdengar suara Mika dari dalam.

Midorima memasuki kamar tidurnya.

Wajah Mika memang pucat seperti yang dikatakan Miyasaka karena anemia. Ia pun sesekali terbatuk-batuk dan bersin.

"M-Midorima-kun?"Mika terkejut langsung duduk di kasurnya.

"Tidak perlu kaget begitu. Bagaimana kondisimu?"tanyanya datar sambil melihat-lihat kamarnya.

Ibunya tentu sudah merawatnya, dilihat dari plester demam sekali pakai yang terpasang di dahinya. Selain itu, beberapa potongan apel kelinci yang belum habis dimakan tergeletak di meja.

"Aku senang Midorima-kun mau datang." Mika menutup seluruh tubuhnya dengan selimut, tetapi perkataannya terdengar jelas di telinga Midorima.

Midorima selalu peka saja sama kata-kata manis. Semacam pendengaran ultrasonik kelelawar.

"Kalau kau menutup selimutmu nanti kau tidak bi-" Midorima menarik selimut gadis itu. Padahal wajahnya ikut memerah padam.

"Padahal besok white day. Aku ingin sekali menerima cokelatmu, tapi aku sakit. Aku tidak bisa memberitahumu, aku takut menyusahkanmu." Mika berbalik badan dari Midorima.

Midorima berbalik badan juga, pandangannya terfokus ke arah teleskop kemudian beralih ke meja.

"Yang penting kau sembuh dulu. Aku ingin sesekali kau bersandar terhadap masalahmu kepadaku, dan kulakukan sebisaku untuk melaluinya bersama."

Midorima mengambil termometer yang ternyata sudah digunakan. "38.2°C. Selain anemia kau malah demam juga."

Mika mendesah. "Midorima-kun, pulang saja. Nanti kau tertular dan sulit berlatih untuk turnamen."

Midorima tersenyum lemah menancap potongan apel kelinci kemudian memakannya. "Lebih baik sempat melihatmu dibandingkan berlatih dengan perasaan tidak nyaman,"

Laki-laki itu menyarukkan ponselnya di dalam saku celana. Selain ramalan oha asa yang berpengaruh terhadap karier, asmara, dan keuangan, ia ingat kesehatan juga masuk di dalamnya.

"Cokelat?!"gumam Midorima tertegun sampai terdengar oleh Mika.

"Kenapa sih?"tanya Mika kebingungan.
Makanan yang bagus untuk kesehatan zodiak Mika hari ini adalah cokelat. Sekarang Mika sakit. Besok White Day.

"Aku akan cari cara supaya kau bisa menerima cokelatku besok," ini kedengaran sepele untuk hari white day, tapi kejadian ini membuatnya semakin terjun dalam melankoli.

Midorima pun mengambil tas tangannya.

"Maaf aku harus pulang dulu. Ibuku ingin aku membantu bersih-bersih rumah."

Setelah mengatupkan pintu kamar Mika, suasana sepi itu kembali menyeruak. Ibu Mika pun tidak terlihat lagi. Namun mata Midorima menangkap post-it berwarna hijau tosca.

Ibu baru akan pulang besok karena bekerja paruh waktu di mini market 24 jam. Ibu memasak sup ayam, jadi panaskan saja jika ingin makan.

Midorima mendengus setelah membaca pesan itu. Ia merasa tidak bisa meninggalkan gadis itu sendirian, tapi ibu kandungnya juga sedang membutuhkannya.

Laki-laki bersurai hijau itu pun berpikir keras. Dan tercapailah sebuah solusi di benaknya.

♧ ♧ ♧

Rumah Mika. Pukul 21.30.
Ibu Midorima mungkin memberikan kerjaan "ekstra". Menyapu, mengepel, dan mencuci banyak piring. Kakak perempuannya pun ternyata baru datang tepat ia nyaris selesai melakukan semua kerjaan itu.

"Mido-kunnn~"kakak perempuannya, anak kuliahan semester enam jurusan sastra jepang itu menghampiri Midorima, bermaksud memeluk adik bungsunya tapi ditepis mentah-mentah.

"Nee-san. Kau urus sisanya. Aku mau ke rumah Mika,"

Midorima tahu, ibunya memutar bola matanya saat ia ingin pergi ke rumah tetangganya yang satu angkatan berbeda kelas itu. Naluri perempuan, yeah.

"Aku tidak akan macam-macam. Ibunya tidak ada dan dia sendirian," ucap Midorima bisa menebak tatapan tajam keduanya.

Penampilan memang bisa menipu kata orang, tapi sungguh, Midorima hanya ingin Mika bisa cepat sembuh besok. Melihat kondisi gadis itu sedang melemah membuatnya tidak nyaman untuk tidur awal.

Tapi tetap saja statement barusan tidak membuat aktivitas yang tadi berlangsung kembali normal. Midorima menahan emosinya saat ini, karena tidak baik juga marah di malam hari. Hanya opsi ini yang mungkin bisa membuat mereka berhenti terus menerus mencurigai anaknya sendiri.

"Kalau ibu dan nee-san mau ikut juga terserah."

Kakak Midorima langsung menghampiri Midorima. "Deal. Aku ikut denganmu. Adik laki-lakiku bisa saja menjadi serigala, kakak kan takut Mika kenapa-napa~"

Mendengar kata 'serigala' tentu membuatnya jengkel, tapi ia malas memperpanjang urusan kelewat sepele itu.

"Selesaikan dulu pekerjaan yang belum kau lakukan." Midorima menunjuk kain pel kering di antara jejeran piring basah.

Ia membuka kulkas. Tidak banyak item yang cukup untuk membuat cokelat khusus white day.

Tapi ada satu yang bisa berguna, walaupun cukup simpel.

"Mido-kun, ayo," ajak kakak Midorima stand by di depan pagar rumah.

Midorima juga mungkin harus bersyukur jika ada kakaknya, setidaknya rumah sepi itu bisa menjadi sedikit lebih ramai. Rupanya saat mereka datang, Mika sedang menghadap meja belajar.

Sudah sakit anemia plus demam, masih saja duduk belajar, gumam Midorima.

Midorima pun berjongkok di samping meja Mika.

"Hee... berikutnya statistika? Limitmu sudah tuntas kan?" Midorima menopang dagu melihat materi baru. Ia mengingat dulu ia berhasil mengajar Mika (setelah insiden Takao) dan lolos tanpa harus mengikuti supplementary test.

Mika menatap bukunya cengo. "Aku harus sembuh. Besok PRku harus dikumpul. Kalau tidak ada nilai, aku bisa dikasih tugas tambahan.."

"Kasihan Mika-chan," kakak Midorima menatap Mika iri, tapi kakaknya memang tidak berguna. Dia terlalu anti ilmu pasti.

Midorima menatap angka yang tidak rumit di matanya, tapi sebenarnya ide konyol ini membuatnya tidak tega melihat Mika tersakit-sakit mengerjakannya.

"Aku yang kerjakan. Nee-san, gantikan kompresnya. Sudah makan belum sup ayammu?"

Mika terpaku beberapa saat menggeleng, "Mido-kun jangan mengerjakan tugasku! Aku bisa kok. Baru tiga soal sih. Soal sup ayam, aku belum memanaskannya."

"Andalkan saja adikku. Aku yang akan memanaskannya. Nanti kalau sudah mendidih, dimakan ya,"kakak Midorima berbalik badan menuju dapur.

Setidaknya dalam hal memasak, kakaknya bisa jadi lebih berguna dibandingkan tidak sama sekali. "Tunggu. Soal matematikamu ada lima puluh?"

Kepala Midorima kembali migrain untuk kali ronde kedua.

"E-eto.. tugasnya dari tanggal dua belas kemarin terus baru ingatnya sekarang,"Mika takut-takut mengatakannya.

Dan memang benar, Midorima menatap tajam dirinya. Tugas horror bagi seorang Mika tentu saja ingin diselesaikan dari awal, tapi rasa malas memenangkan tekad seriusnya, dan inilah hasilnya menunda-nunda.

"Anggap saja bonus kebaikanku." Midorima mendengus kemudian menggulung lengan kemeja putih polos.

Sekali ia memfokuskan diri kepada materi pelajaran, apalagi matematika, ia akan melanjutkan sampai akhir. Bolpoin pun tidak lepas dari tangannya.

"Mido-kun?" panggil Mika yang tidak digubris Midorima yang terjun dalam gores menggores angka. Kakak Midorima tersenyum lemah membawakan semangkuk bubur dan sup ayam.

"Biarkan dia berjuang untukmu, ya? Mika harus cepat sembuh, ok?"

Mika menatap punggung Midorima yang tegap nan bidang itu. Sesulit apapun situasi Midorima, laki-laki itu terus berjuang yang terbaik.

Dan hari memang telah berganti setelahnya.

♧ ♧ ♧

Midorima berhasil menyelesaikan rentetan soal statistika neraka itu dalam dua jam. Kakak Midorima sebelumnya berpesan untuk tinggal bersama Mika semalaman, jadi Midorima kembali ke rumahnya.

Di saat istirahat, Midorima sedang membaca buku dan tentu saja mengabaikan ocehan Takao tentang nasib white daynya. Takao pun pergi dari kelas karena merasa terabaikan.

Namun perhatian Midorima teralihkan sejenak saat pintu kelas menjeblak terbuka.

Mika datang ke kelas Midorima dengan wajah berseri.

"O-ha-you, Mido-kun."Mika memasang senyum lebar. Fisiknya kembali segar seolah tidak pernah sakit seperti kemarin. Justru karena Mika kembali menjadi lebih lincah, Midorima jadi khawatir.

"Jangan terlalu energik. Aku takut kau sakit lagi."

Mika berhenti bergerak pun langsung terdiam.

"Aku sudah baik-baik saja karenamu. Terima kasih rela begadang karenaku. Nilai semester baruku pasti jadi lebih baik karenamu."

Demi Mika, ia akan memulai dari awal pembagian hal-hal penting di hidupnya sejak ia memfokuskan diri dalam penentuan prioritasnya.

"Untukmu." Midorima menyerahkan sebotol termos yang ia simpan di dalam tas. Mika mengambil botol baja yang terasa hangat menjalari tubuhnya di tengah sejuknya musim semi. Mika membuka isi termos yang mengeluarkan asap mengepul.

Hot Chocolate.

"Mido-kun..."

Midorima menopang dagu dengan wajah datar terfokus ke bukunya kembali. "Itu cokelat yang tidak akan membuatmu anti khawatir walaupun sedang sakit. Cocok untukmu hari ini Oh, dan aku yakin ini akan menghangatkan tubuhmu sepanjang hari."

Mika terpaku beberapa saat. "Pemberianmu.. hampir sama seperti browniesku. Terima kasih,"
Mika duduk di kursi sampingnya yang kosong. Awal kedatangannya bermaksud untuk makan bersama Midorima. Mika menusuk daging sapi panggang yang terpajang manis di dalam bentonya, beruntung stoknya masih tersisa di kulkas dan ia bisa membuatnya.

Hap.

Midorima memegang jemari Mika yang hendak menyendok daging dan menyuapinya ke mulut laki-laki itu sendiri. Suapan pertama yang tercuri oleh Midorima. Midorima tidak memedulikan ekspresi Mika ataupun kaum hawa lainnya yang melihat insiden tidak biasa itu.

"Hm. Enak," lanjut Midorima bertingkah innocent melanjutkan bacaannya.

"Mido-kun! Kau--"

"KYAAAA!"

Midorima tahu gadis itu mengerang kesal -- dia pernah bercerita daging adalah makanan kesukaannya yang tidak ingin ia bagi kepada siapapun termasuk dirinya. Midorima menahan kikikan di dalam buku.

"Aku ingin kau membuatkanku bento seperti itu."pinta Midorima yang tentu saja reaksinya menarik perhatian seisi kelas kaum hawa.

"Mika-chan kau beruntung~"

"Wah, aku iri."

Beberapa respon dari pengagum Midorima membuat Mika tidak berkutik. Midorima tahu Mika mungkin masih sebal, tapi menatap gadis itu akhirnya mengangguk membuatnya cukup bahagia hari ini.

"Aku akan membuatkanmu. Tapi jangan mencuri dagingku lagi,"

Midorima terkekeh dalam hati, dan ia menyampaikannya dalam senyuman. Permasalahan white day seorang Midorima Shintarou pun kelar. Ramalan oha asa memang berguna bagi kesehariannya dan orang di sekitarnya.

Atau semua itu memang berasal dari perjuangan dari dirinya sendiri.

END

Author's Note :
HAIII~
Ini seri sekuel kisah Midorima, yang sebelumnya merupakan Fortune Man!
Karena ini masuk dalam genre fluff, jadi konfliknya memang ringan -- seringan gula kapas /abaikan.

Semoga kalian suka ya ♡

Masih ada 5 shots menanti. See ya ☆

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top