Mr. Ahominice
Fanfic ini milik saya!
Disclaimer : milik Fujimaki Tadatoshi
Pairing : Aomine Daiki x OC
Summary :
Aomine memang sering bertingkah seenaknya seperti yang Yui tahu, tetapi kenapa hari ini ia begitu berbeda?
Hari ini Aomine aneh. Terlalu aneh bagi seorang Kitoko Yui. Sudah setahun mereka menjadi pasangan kekasih. Tapi Aomine menuruti janjinya. Dia benar-benar berlatih, walaupun pada akhirnya mereka jarang memiliki waktu untuk bertemu selain di hall basket.
"Yui-chan,"panggil ibunya di bawah. Yui sedang menata pita yang terselip di bawah kerah bajunya.
"Ada apa, kaa-san?"
"Ada yang menunggumu. Cowok."
Kata terakhir mengejutkan Yui. Pasalnya, ia selalu pergi tanpa ditemani siapapun. Aomine juga pasti sudah pergi dan..
"Yo,"
"U-um,"Yui menyapanya canggung. Siapa suruh laki-laki itu datang menjemputnya tanpa ia ketahui lebih dulu?
Yui meraih sepotong roti dan melekat di mulutnya. Ia tidak bisa membiarkan Aomine menunggu. Aomine menatap Yui yang sedang menyomot roti kemudian mencubit separuh dari roti Yui.
"Kau tidak perlu terburu-buru sekali karena aku menunggumu,"
Yui memicing kemudian menelan roti itu mentah-mentah. "Itu jatah makan pagiku, tahu, kau baru saja merebutnya!"
Aomine menempelkan susu stroberi tepat di pipi Yui. Sapuan dingin yang menjalar dari kotak susu itu mengejutkan gadis itu.
"Untukmu,"ucap Aomine tanpa menatapnya berjalan lebih cepat.
Sebuah senyuman pun melekat di kedua sudut bibir Yui. Tanpa merasa canggung lagi, Yui segera berlari menyusulnya kemudian menggandeng lengan Aomine.
"Arigatou ne, Aomine-kun,"
Walaupun Yui menganggap Aomine sedikit aneh, Yui tidak merasa keberatan. Setidaknya Yui tahu bahwa Aomine menyayanginya.
♤ ♤ ♤
"Festival tahun baru?"
Diliriknya selebaran yang disodorkan Mamoru, junior tim basket Touou. Saat itu sedang istirahat, mereka juga sedang sibuk bersantai sejenak.
Rasanya Yui tergerak ingin mengajak Aomine. Itupun kalau Aomine mau. Aomine, laki-laki bertubuh gelap menghampiri keduanya. Ia memantulkan bola jingga itu sambil melirik selebaran yang menjadi topik pembicaraan mereka.
"Acara apaan, tuh?"Aomine mengedikkan bahu ke arah kertas yang sedang dipegang oleh Yui.
Yui pun gugup menyerahkannya kepada Mamoru. "I-itu, acara tahun baru di kuil dan festival kembang api,"
Yui menggigit bibirnya. Harusnya kata-katanya sudah memancing topik untuk diajak. Tapi Aomine pasti tidak cukup peka untuk acara semacam itu.
"Kita sudah menyusun rencana khusus tahun baru kan?"
Yui yang tengah mengambil handuk mini ternganga. "E-eh?"
Aomine terkekeh kemudian mengambil handuk dari Yui. "Pokoknya tahun baru ini aku sudah menyiapkan kegiatan. Hanya denganmu saja. Titik,"ia pun berbalik badan kemudian memutar bola basket hanya dengan satu jari.
Wajah Yui memanas begitu saja kemudian ditertawkan oleh Mamoru.
Yui tidak menyangka, kalau Aomine akan terpikir sampai di sana.
"Sepertinya kau tidak perlu pusing lagi soal rencana tahun barumu,"Mamoru terkekeh. Sahabatnya yang sangat pengertian itu tahu-tahu dilirik sinis oleh Aomine.
"Kau cerita apa sama gadisku?"tatap Aomine kecut. Mamoru menyeringai.
"Galak amat, mas. Lanjut latihan aja dah, kabur,"Mamoru beranjak dari kursi penonton menuju lapangan.
Suasana aula basket tidak terlalu riuh seperti pertandingan. Mereka, anggota tim basket menyempatkan latihan di musim dingin. Momoi, manajer tim basket ikut menganalisa kemampuan antar pemain menghempaskan bokongnya di sebelah Yui.
"Daiki sudah mulai banyak berubah karenamu,"Momoi meletakkan papan data itu tersenyum menatap Yui.
Salah tingkah, Yui menggeleng cepat. "Di-dia masih suka seenaknya. Membaca majalah Mai-chan, belum lagi jorok,"
Momoi langsung terkekeh. "Kalau soal itu sih memang sudah dari sananya, susah kalau mau diubah. Tapi berkat Yui-chan, dia jadi lebih rajin berlatih. Sebagai sahabatnya, aku sangat mendukung hubungan kalian,"
Dikatai seperti itu, Yui merasakan kupu-kupu beterbangan di perutnya. Ditatapnya Aomine yang bergelimangan keringat berusaha memantul bola jingga sekuat tenaga dengan kecepatan optimal, menggapai jaring bola. Yui mencintainya, walaupun kedua hal yang disebutnya tadi, dia sadar sepenuhnya tidak mengurangi perasaannya.
Bahwa, jatuh hati itu sepaket dengan menerima bagian kekurangan seseorang apa adanya. Sesimpel itu mengatakannya, serumit itu menemukannya.
♤ ♤ ♤
"Waah, cantik,"puji sang ibunda melihat buah hatinya telah terbalut oleh kimono khusus tahun baru itu. Warna merah muda dengan motif sakura dan obi berwarna krim menonjolkan feminin dari penampilannya.
Yui berkaca berkali-kali, takut-takut kalau obi miliknya tidak ditata dengan erat.
"I-ibu, aku tidak aneh kan?"
Ibunda Yui mendesah. "Dasar gadis. Kalau sudah kencan khawatirnya bisa sampai sejam. Sudah-sudah, kasihan Aomine sudah lama menunggumu di depan,"
Dengan dada yang berdesir, Yui melangkah ke luar rumah. Aomine hanya mengenakan pakaian kasual -- t-shirt indigo yang ditutup oleh mantel cokelat, celana jeans, dan sepasang converse yang melekat di kakinya.
Pandangan sejak Aomine menilai gadis itu, dia benar-benar cantik.
"Cantik,"spontan kata itu diucapkan oleh Aomine, dan detik berikutnya wajahnya juga memerah.
Apalagi dengan Yui yang terkejut mendengar reaksi Aomine, merasakan wajahnya memanas sampai telinga.
Mereka akhirnya berjalan bersama-sama. Tetapi langkah Aomine lebih cepat sedangkan Yui harus berjalan agak pelan agar tidak terpeleset karena menggunakan geta*.
Aomine berbalik badan karena sadar dirinya melangkah lebih cepat.
'Apa dia akan mengomeliku karena aku lamban? Apa dia akan mengolokku si lambat?'batin Yui menatap Aomine dalam diam.
Aomine mengulurkan tangan. "Ayo,"
Yui yang melihat jemari Aomine yang lebar itu kini telah terkait dengan jemari mungilnya. Kupu-kupu di perutnya sepertinya tidak akan terlalu cepat pergi.
Sepertinya begitu.
♤ ♤ ♤
Mereka akhirnya tiba di sebuah kuil. Yui dan Aomine menaruh koin lima yen ke dalam sebuah kotak kemudian menggoyangkan bel. Sambil meminta permohonan, Yui melirik Aomine yang memejamkan mata, terlihat serius.
Setahun mereka berpacaran, Yui jadi semakin jatuh hati dengan Aomine.
Yui kembali memejamkan mata, memohon permohonan yang terbaik. Tentu saja dia banyak memohon. Termasuk hubungannya.
Sesudah mereka memohon di kuil, Aomine menemukan Kuroko dan Akashi yang sedang berjalan menuju arah yang berlawan.
"Aomine-kun!"tegur Kuroko yang melambaikan tangan lebih dulu, masih dengan wajah datar. Akashi dengan stoic face miliknya menghampiri Aomine di belakang Kuroko.
"Ternyata kalian juga ada ke sini," Aomine menatap keduanya datar.
"Kami sama-sama kok. Kise-san lagi pergi jajan Takoyaki*, Midorima-san juga lagi beli Taiyaki*. Murasakibara-san tidak ikut. Aomine mau gabung juga tidak?"Kuroko menjelaskan kegiatannya bersama Akashi dan lain-lain.
"Dia pacarmu?"Akashi langsung frontal bertanya.
Aomine langsung menarik Yui ke belakang tubuhnya. "Dia pacarku. Aku tidak bisa bergabung dengan kalian. Aku duluan,"
Digenggamnya pergelangan tangan Yui, meninggalkan keduanya yang masih terpaku di sekitar kuil.
Yui menoleh ke belakang. Teman-temannya juga tidak kalah tampan dengan Aomine. Hanya saja Yui lebih suka dengan Aomine, yang memiliki ciri khas hitam manis /lah.
"Aomine-kun, apa tidak apa-apa kalau kau tidak bergabung dengan mereka?" Yui jadi merasa tidak enak karena kehadirannya, Aomine jadi menolak ajakan Kuroko.
Aomine berbalik badan, menatap Yui dengan memegang bahu gadis itu. "Ini hari yang sudah kususun khusus untuk kita berdua saja. Atau kau tidak senang? Aku.., aku tidak mau kau terpesona dengan Akashi!"
Yui mengerjapkan matanya beberapa kali karena terkejut akan pernyataan Aomine barusan. Dia akan percaya kalau detik berikutnya Aomine akan tertawa dan berkata, 'hei, aku bercanda,' dengan wajah sok innocent.
Nyatanya, Aomine masih setia melihatnya dalam diam.
Yui menggeleng. "Aomine, apa aku sedang bermimpi? Aku tentu saja senang kalau kau memprioritaskanku tetapi--"
Aomine menganga kemudian menepuk pelan pipi Yui. "Apa kau sudah gila? Ini tahun baru, masa kau tidak merasa dingin sih?"
Di tengah salju yang masih rela berguguran dari angkasa, Yui membalikkan telapak tangan, merasakan aliran dingin dari salju itu. Dingin. Hal ini dirasakannya memang kenyataan.
"Tapi Aomine yang kukenal tidak seromantis ini," Yui mengucap frontal, tanpa mau tahu reaksi Aomine yang telah menunjukkan empat sudut siku-siku di dahinya.
"Aku kurang romantis buatmu?"
Yui langsung cepat menggeleng. "B-bukan begitu hanya saja...,"
Aomine membuka mantelnya kemudian memakaikannya kepada Yui. "Dengar, ya. Aku memang terlihat seperti orang kesurupan bagimu. Sebut saja aku Ahominice kalau kau ragu aku adalah Aomine,"
Yui menahan kikikannya. "Pfft, Ahominice. Baka."
Sambil memegang mantel yang terasa hangat menjalar di tubuhnya, Yui mengambil sebuah syal berwarna indigo kemudian diberikan kepada Aomine.
"Aku ingin memberikannya untukmu, tapi aku lupa terus."
Aomine menatap syal itu dengan mata berbinar. "Se-serius ini untukku?"
Yui mengangguk. "Memang untukmu. Aku yang rajut sendiri sih, tapi kalau beran--"
Tanpa menunggu jawaban Yui, Aomine kini mendekapnya erat. Di tengah salju yang pelan-pelan mendarat ke tanah. Mengawali awal tahun yang ditunggu oleh semua orang. Mengawali suasana bagi siapapun yang menghadapi perjuangannya masing-masing.
"Yui, aku jadi ingin membaca majalah Mai-chan,"
Yui melengos dalam dekapan Aomine. Sepertinya efek kesurupan Aomine sudah mulai pudar.
"Aku pulang ke rumah kalau gitu,"
Aomine terkekeh saat melihat reaksi imut gadisnya itu. "E-ei, aku hanya bercanda. Sumpah!"
"Aku mencintaimu, Aomine-kun,"
"Dan aku juga,"
Tahun baru, resolusi yang mereka kembangkan dalam bentuk harapan. Cinta, perjuangan, karier, keluarga, tentu saja semua itu adalah hal yang penting di dalam hidup. Bagi siapapun. Bagi yang terjalin oleh kehangatan di tengah tahun baru melalui kasih sayang. Melalui perasaan mengebu-gebu yang beralih menjadi komitmen yang saling menguatkan satu sama lain.
The End.
A/N : Akhirnya bagian Ahomine kelar jugaa. Ada yang masih nungguin bagian ini tidak sih? Kalau ada, maafkan hayati ini :") Bagian Aomine sudah kususun sebagai pengawal tahun baru 2016, tetapi sudah lewat/biarkan saja.
Anyway, thankyou for reading my six shots!
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top