Honesty and Truth

Fanfic ini milik saya!
Disclaimer : mangka shounen, Fujimaki Tadatoshi

Pairing : Kise Ryouta x OC

Summary :
Festival budaya adalah event untuk mendekatkan diri dalam jalinan baik persahabatan dan percintaan. Seharusnya hari ini membahagiakan bagi Kise dan Natsumi, tetapi Kise justru khawatir parah di hari festival!

Jatuh cinta.
Perasaan bermata dua.
Dan Natsumi pun merasakannya, suka dan benci terhadap seorang Kise Ryouta. Pemilik mata honey yellow yang mempesona. Tubuhnya proposional karena ia model dan pebasket handal Kaijou. Senyumnya yang menarik hati.

Suaranya yang ramah bagaikan matahari pagi itu...

"Natsumi-cchi,"

Sebuah dekapan hangat milik Kise mendarat di belakang tubuh Natsumi. Sebagai gadis biasa yang rentan terhadap sentuhan, ia merasakan setruman singkat milik Kise. Natsumi sedang duduk sambil mengecat papan festival. Sepuluh hari lagi festival budaya, dan ia mengerjakan bagian mengecat sendirian karena sudah dikerjakan setengah. Pasalnya seluruh anggota kelas sibuk mengerjakan bagian mereka masing-masing. Menjahit baju cheerleader (khusus cewek saja di kelasnya), membentuk gerobak, menghias kelas, dan masih banyak lagi.

"K-Kise-kun! Susah geraknya," Walaupun mereka telah jadian, Natsumi tetap sama, membantah kasih sayang berlebih Kise seperti biasa.

"Tapi aku kangen sama Natsumi-cchi." Kise masih belum melepaskan dekapannya sambil mengintip papan yang sedang dicat dari bahu Natsumi. Mereka masih serumah, belum lagi ia baru saja balik ke Tokyo.

"Hee-- kenapa Natsumi-cchi mengecat sendirian?"

"Karena aku tidak bisa menjahit, kau melarangku mengerjakan gerobak, dan ini yang bisa kulakukan."

Sebelumnya, bagian kru gerobak kebanyakan diisi oleh peran kaum adam, rencananya gerobak itu akan diisi oleh makanan manis yang akan dibagikan sebagai sample untuk meramaikan acara kelasnya.

"Sini aku bantu," Kise mengambil brush yang masih bersih dibalut plastik bening, mencelupkannya ke kaleng cat berwarna jingga.

"J-jangan, nanti tanganmu kotor." Natsumi menepuk tangan Kise. Sebenarnya bukan alasan utama juga Natsumi berkata demikian, tapi Kise rela menunggunya sampai sore seperti ini, masih dengan seragam basket yang membalut tubuhnya.

"Hee.. Natsumi-cchi perhatian padaku ne?"

Wajah Natsumi merona padam mengalihkan pandangannya dari Kise. "Aku tidak mau dibantu oleh orang yang keringatnya bercucuran sepertimu. Nanti aku malah kerja dua kali karena keringatmu yang menetes ke papan."

"T-tapi--"

Natsumi melempar handuk yang berhasil ditangkap Kise. Bola basket saja bisa mudah ditangkap, apalagi handuk miliknya?

"Tunggu saja di sana. Aku sudah mau pulang kok,"

Kise langsung saja menatap lantai lorong kelas yang masih kering dan papan festival yang basah karena cat minyak -- kalaupun lantainya basah, dia yakin atap sekolah yang kebocoran.

Namun Kise tertegun menerima pemberian handuk Natsumi. Semilir aroma khas Natsumi tercium saat Kise menghirup handuknya. Aroma vanilla yang menenangkan.

"Aku belum pakai kok. Jadi pakai saja," Walaupun Kise berada di sebelahnya tanpa menatapnya, ia tahu laki-laki itu belum mengelap peluh tubuhnya.

"Sudah terpakai juga tidak apa-apa kok~,"kekehnya menyeringai lebar.

Natsumi berharap ia tidak tertangkap basah tertegun dengan wajah merona seperti ceri.

"Ayo pulang," Natsumi mengalihkan pembicaraan sambil membereskan peralatan seni. Ia berharap dentuman hatinya tidak terdengar sampai kepada Kise. Di sekolah yang kini menyepi, seolah hanya menyisakan mereka sebagai siswa di dalamnya.

Kise mengenggam tangan gadis itu. "Ayo, atau kita akan pulang terlalu malam."

Genggaman hangat milik Kise di sore hari. Semburat jingga yang semakin bersemu. Matahari yang sebentar lagi terbenam. Natsumi berharap hari-harinya masih sama seperti ini, bersama Kise di sisinya.

☆ ☆ ☆

"Sudah jadiiii," Chiyo, ketua tim cheerleader membawa sekardus besar berisi puluhan seragam pendukung festival untuk acara festival nanti.

Natsumi menerima bagian miliknya. Kaos biru ketat dengan motif garis-garis putih tanpa lengan di atas pusar sepanjang lima sentimeter dan rok mini tujuh sentimeter di atas lutut.

"Ini nggak terlalu minim kain, ngomong-ngomong?" Natsumi sebenarnya kurang menyukai style yang sedikit terbuka, terutama bagian atasannya.

"Nggak dong. Lagipula ajang acara seperti ini bagus bagi kita mumpung masih single," ujar Kiki, menatap Natsumi dengan penuh membara.

'Tapi seragam ini sulit membuatku merasa nyaman,' batin Natsumi.

"Seragamnya sudah dikonfirmasi Pak Hattori." Anak-anak cowok sepertinya sangat bersemangat, walaupun entah di bagian mananya begitu mengabarkannya kepada seisi kelas.

'Pak Hattori tentu tidak menolak kostum mini, apalagi bikini.'batin Natsumi sekali lagi terhadap guru olahraganya.

Tunggu. Kalau Kise melihatnya menggunakan kostum seperti ini akan sangat memalukan. Ia belum diet, mengingat perutnya membuncit karena terlalu banyak makan dan kurang berolahraga.

Dia bisa mati ditertawakan karena bentuk perutnya.

"Oke, kita mulai latihan. One, Two, Three, Four, Five -- Seven, Eight..."

Kiki mengarahkan gerakan pendukung beberapa kali. Sedari pagi, Natsumi yakin keringatnya mengucur deras karena salah di step yang sama.

Sebenarnya Natsumi tidak perlu terus-terusan melihat kegiatan ini sebagai hal yang negatif. Ia hanya harus terbiasa, kemudian ajang ini bisa membantunya menurunkan berat badan.

"Mulai besok, aku ingin kalian mengontrol pola makan kalian juga agar membentuk badan yang bagus. Kalau kita bisa masuk peringkat satu tim pendukung kelas terbaik, satu kelas bisa bebas uang makan kantin sebulan." Kiki berpesan sekali lagi kepada kaum hawa.

Termasuk tekadnya, rupanya hal ini ditekan dari awal oleh saran Kiki.

"Padahal aku mau makan ramen,"kata Rui, salah satu gadis di kelasnya.

Natsumi pun mendesah pelan. Ia selalu makan apa saja untuk mengganjal perutnya, belum lagi makanan berkarbohidrat tinggi.

Ia berharap ia bisa melaluinya dengan mudah.

☆ ☆ ☆

"He? Makananmu ini saja, Natsumi-cchi?"

Kise tertegun menatap sekotak jus sayur dan sebungkus roti melon.

"Iya, ini karena timku memintaku untuk menjaga pola makan untuk mengikuti kontes pendukung,"

Kise menautkan alisnya, khawatir. "Pasti tidak kenyang makan ini saja kan?"

Natsumi hanya bisa mendesah. Ia memilih kelaparan dibandingkan ditertawakan di hari festival. "Aku menggendut juga, sih,"

"Hah? Masa sih? Kayaknya sama saja deh,"

Natsumi mendecakkan lidahnya. "Sudah deh, balik saja ke kelasmu, cowok tidak akan mengerti,"

Alih-alih tersinggung, Kise menyeringai. "Iya deh, iya. Tapi aku hanya khawatir kalau Natsumi-cchi sampai sakit. Aku akan menunggumu seperti kemarin, ya,"

Sebenarnya Natsumi sedikit menyesal begitu Kise benar-benar keluar dari kelas. Ia terlanjur berkata ketus terhadapnya, tetapi gejala PMS yang menghadangnya tidak bisa ia tolak juga.

Dan benar saja, ia masih lapar karena hanya mengonsumsi cemilan di pagi hari.

☆ ☆ ☆

"Ayo kumpul semuanya,"

Lapangan sekolah ramai dikunjungi oleh orang luar. Tim pendukung di seluruh kelas mulai berbaris, terhitung tim Natsumi. Tiba kelas Natsumi untuk menunjukkan aksi mereka, terdengar suara kehebohan di sekitar.

"Kostum mereka benar-benar mencolok. Seperti sengaja dibuat minim,"

"Benar tuh, benar. Curang,"

"Mereka kira jika dengan berpakaian minim seperti itu, gerakan mereka juga akan bagus?"

Kise mendengar cemoohan dari tim yang telah berpartisipasi. Ia memang tidak berhak untuk melabrak balik, apalagi ia memang terkejut saat Natsumi mengenakan kostum minim. Yang berkelebat di benaknya adalah, ia ingin menutupi bagian tubuh Natsumi yang terlalu terekspos apalagi di bagian kaki.

"Kyaa! Itu Kise-kun!"sorak seorang gadis yang berasal dari SMA Seirin, terlihat dari pakaiannya yang berbeda. Diikuti oleh rombongan lainnya, ponsel pintar dan notes bertebaran di mana-mana.

"Autobiografinya, tolong diisi,"

"Foto bareng!"

"Tanda tangan!"

Kise mendesah, sementara ia masih terhalang oleh fans-fans di sekitarnya. Ia menunduk sejenak, mengambil nafas sedalam mungkin diikuti senyuman ala modelnya.

"Aku akan menghubungi kalian nanti,"Kise mendorong pelan, mencoba masuk ke dalam rombongan yang penuh sesak itu.

"NATSUMI! LIHAT AKU!"serunya sekeras mungkin. Natsumi yang masih melakukan beberapa gerakan untuk mengakhiri kontes pendukung menatap Kise yang mencoba menerobos deretan orang.

'Kenapa dia berteriak seperti i--'

Pandangan Natsumi mulai redup. Tubuhnya terasa berat sehingga gerakannya mulai kacau. Kakinya gagal menopang tubuhnya sehingga ia mulai ambruk tetapi Kise datang tepat waktu.

Suara riuhan sekitar lapangan mulai heboh saat Natsumi pingsan. Kise yang panik langsung membopong Natsumi ala bridal style kemudian menjauhi lapangan. Melihat adegan yang dadakan itu langsung musik juga berhenti, tetapi Kise tidak peduli jika ia telah merusak suasana.

Ia hanya tidak mau Natsumi terluka lagi.

☆ ☆ ☆

Hembusan angin yang sejuk melalui jendela ruang kesehatan sekaligus bau obat angin membuat Natsumi mengernyitkan dahi. Ia pun terbangun.

"Nggh.. kenapa aku ada di sini?"Natsumi langsung duduk menyandarkan diri di ranjang UKS. Kise menatapnya tanpa berkata apa-apa. Tidak biasanya Kise seperti ini. Laki-laki itu selalu heboh dan memberikan perhatian berlebihan yang selalu ditepisnya.

"Natsumi-cchi payah,"

Gadis itu langsung mengernyitkan dahi. Bangun-bangun ia malah disemprot seperti ini. Natsumi mendesah kemudian melipat tangan.

"Mengapa memancing emosiku seperti ini sih?"

Kise memegang kedua bahu Natsumi. "Jangan membuatku khawatir seperti ini. Membuatku panik dan merasa bersalah. Itu hobimu?"

"Bukan itu mauku, tetapi--"Natsumi mulai sadar kehadirannya di UKS karena ia pingsan.

"Kostummu jelek sekali,"

Natsumi mengerucutkan bibir. "Aku justru diet untuk kostum ini dan agar kau tidak mengejek perut buncit--"ia langsung menekap mulutnya karena keceplosan.

"Jadi Natsumi-cchi khawatir akan penilaianku?"seringai Kise terkekeh penuh arti. Wajah Natsumi langsung memanas. Bukan maunya untuk mengutarakan semua itu. Tetapi terlanjur sudah. Nasi sudah berubah menjadi bubur.

Kise melepas jas abu-abu SMA Kaijo kemudian memakaikan Natsumi.

"Begini lebih bagus,"

Natsumi menunduk. Dia senang Kise memperhatikannya.

"Bagiku, Natsumi-cchi cantik pakai apa saja. Tetapi aku lebih suka Natsumi-cchi memakai pakaian yang sopan di rumah,"Kise tersenyum sambil mengacak rambut Natsumi.

"Kau akan mengejek perutku,"

"Kalau aku sampai melakukannya, aku siap berisi bersamamu nanti,"

Natsumi menggembungkan pipinya. "Curang,"

Kise berdiri kemudian menatapnya. "Aku akan jadi yang paling curang sampai Natsumi-cchi juga melakukannya,"

Dalam ruangan kesehatan yang sunyi itu, Natsumi merasakan sentuhan lembut di dahinya, tepat saat Kise mencium keningnya. Semuanya terasa lebih ringan saat bersama laki-laki itu. Sebelum ia terlena, terbawa arus oleh perasaan yang meluap, ia membuka matanya tepat suara pintu kesehatan terbuka dari luar.

Krek.

"KISE!!"seru Natsumi diikuti Kasamatsu yang ternganga memegang sikunya yang berdarah. Semoga saja darah Kasamatsu tidak semakin deras menatap apa yang ada di hadapannya.

Karena mengutarakan hal yang terasa berat bagi batin kepada orang yang tepat adalah hal yang indah, sekaligus kepada orang yang dicintai, seberat apapun rintangan yang bisa dilalui oleh keduanya.

The End.

Author's Note :
Update yang sangat lama bagi kelanjutan kisedai sequel shots. Maaf jika Kisenya OOC banget, ceritanya kurang feels, dan segala kekurangan lainnya.
see ya on the next part ♡

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top