Bab 6. Menjadi Berguna
[REVISI]
Bismilah bisa!
Setelah pergi dari dojo Misel bergegas untuk segera pergi ke Vermillion
"Anjir anjir anjir!!! Telat ga ya!?" Dengan panik berusaha lah gadis surai caramel (Misel) untuk berlari ke Vermillion
Tentu saja telah, dia sudah pingsan selama 3 hari, tenaga juga belum terkumpul untuk teleportasi.
"Akhh!! Syalan!! Gw harus pake sihir!"
*Ctakk!!
Dengan jentikan jari, Misel sudah sampai di sebuah tempat.
Itu adalah taman Elhims
"Jauh banget gw pindah, sampe sampe di taman Elhims." Dengan speechless Misel menatap taman itu.
"Shht, yasudah gw harus cepet cepet ke kerajaan el- uhuk..." Misel menatap horor dirinya yang muntah darah.
"Apa... Yang ter-jadi? Aghh..." Dengan nada kesakitan Misel berusaha bangun.
"Marvel... Aku .. harus.. cepat-"
"Voichess gw kenapa!?"
[ Well, itu yang terjadi kalau lu menggunakan sihir secara berlebihan juga, bisa di bilang lu op, tapi di nerf. ]
"Kok ga lu kasih tau dari awal sih!?"
[ Mau kok gw kasih tau, tapi mager doang ]
"Voichess kampret lah! Ini tolongin gua tolol! Gimana nih kalo gw pingsan!"
[ Ya emg lu bakalan pingsan ]
Mendengar itu Misel menatap penuh rasa kesal lalu mencoba berjalan ke arah lautan Elhims
[ Mau kemana Lo? ]
"Bundir! Ya bantuin Marvel lah apa lagi!?"
[ Marvel aman aja, lu tidur aja udah! Lagian gaakan terjadi perang juga kan? ]
"Bukan masalah perang atau gimana voichess!"
[ Trus kalo bukan masalah kek gitu apa? ]
"Ini masalah gw mau ketemu liko! Gw mau denger suaranya yang lucuu!!"
[ Orang gila fix ]
Setelah berdebat Misel akhirnya tetap berjalan ke arah Vermillion namun.
"Sh1t, dikit lagi sampe vermillion!!"
[ Dikit kepalamu ada lima! Masih 59 kilo meter baru sampe ke vermillion, lewatin laut dulu, lewatin hutan dulu, lewatin olvia dulu. Baru sampe ]
"Anjim, narator yang buat bangsat emg"
[ Mampus ]
"Shit... Kepala gw pusing, sialan! Ini masih jauh!!" Gadis dengan helaian caramel itu menangis, menangis karna tak bisa berjalan lebih jauh.
"Gw masih belum bisa sampe ke Vermillion! *Hiks"
[ Shhus... Udah tenang setidaknya lu udah mencoba, istirahat dulu yuk disini ya? ]
Dgn pasrah misle mengangguk setuju, lagian badannya sudah tidak bisa di gerakkan lagi memilih untuk terlelap dalam tidur.
Mimpi
.
.
.
"Tolong!! Api!!"
Terbakar, semuanya terbakar, hanya bisa melihat dimana rumah itu terbakar habis.
Seketika tempat berubah, dimana ada di sebuah ruangan yang terbakar, membuat Misel menutup hidungnya agar tidak menghirup asap.
"Nak! Cepat kamu lari ya.."
Suara wanita itu terdengar familiar di telinga Misel, namun Misel lupa mendengarnya dimana.
"Mama! *Hiks engga ma! Gimana nasib adek kalo mama gaada!? Mama juga harus ikut keluar!!"
"Sayang, dengerin mama. Mama ga bisa keluar, kamu keluar ya sayang"
"Mama!!"
Lalu gadis kecil dan lelaki kecil itu di tarik keluar oleh pemuda yang masuk untuk menyelamatkan mereka
"NGGA!! JANGAN!! MAMA PAPA MASIH DISANA!? KENAPA KALIAN TIDKA MENDENGARKANKU!! MAMAA!!!!!"
"Kamu baik baik disana ya ****"
Entah kenapa Misel merasa sedih akan kejadian ini, padahal dia biasa biasa saja kalau tau semua kecelakaan. Kenapa hanya kebakaran dan drama dirinya menangis.
Kenapa kejadian ini sangat amat familiar baginya?
"Kenapa gw nangis? Tunggu memang gw kenal mereka? Kok gw nangis nyaksiinnya. Kenapa rasanya familiar"
"Gw harus bangun. GW HARUS BANGUN!!!"
"SIALAN!!!! KENAPA GW GA BISA BANGUN DARI MIMPI INI!?"
Semua tempat berubah, menunjukkan kejadian bu1ly1ng pada seorang lelaki remaja.
"Kenapa ini... Siapa cowo itu. Kenapa dia di bully"
"Ahahahah!!! Z**** z****, lu kenapa sih ngebela banget sama cewe murahan itu? Bahkan. DIA SEKARANG AJA GA NGEBELA ELU!"
"Memang kenapa sih!? Salah gitu gw temenan sama dia!"
"Yaa, engga salah sih, tapi kasihan aja! AHAHAHA!!! bahkan dia ga nolong lu kan pas lu butuh dia?"
"Ga... Ga bener! Itu semua ga bener!!"
"Apa yang ga bener? Hump? Lihat cewek syalan itu ada disini ga? Gaada kan?"
"Engga!!! M**** ga kayak gitu!!"
Misel mengerinyitkan keningnya kesal.
"Kok ke sensor sih nama nama orgnya!? Kayak ga di biarkan gw tau namanya!"
Lalu seorang gadis membela lelaki itu, dan membawa lelaki itu kabur.
"Kamu gapapa kan? Maaf telat nolongin kamu tadi ya."
"Ya gapapa kok"
"Nih plester, siniin muka kamu"
Setelah itu mereka makan bersama dengan bekal yang di berikan oleh gadis itu
"Bukan cuman namanya aja, bahkan muka nya juga blur... INI PADA KENAPA DAH!?"
"Tapi, kenapa kejadian ini serasa familiar ya? Engga engga engga, gw ga punya temen anjir. Yakali itu gw"
"M..."
"Huh? Apa itu?"
"Mi..."
"Gw bisa jawab kah?"
"Mis..."
"Apaan sih!?"
"MISEL!!"
Setelah mendengar namanya di teriakkan, segeralah Misel terbangun dari tidurnya.
"AKHH!!!"
"Huh? D- dimana?"
"Akhirnya lu bangun juga! Lu gapapa sel?" Tanya pemuda di depannya
Sungguh Misel tak bisa melihat dengan jelas.
"Siapa?" Tanya Misel sambil menggosok matanya
"Lu lupa kita!?"
"ngga tapi... Mata gw burem"
"Burem? Mungkin gara gara ketiduran kalik"
"Sssh... Mata gw burem! Sakit!" Rintih Misel lalu menggosok matanya lagi
"Udah udah jangan di gosok keras-keras! Bisa bahaya"
"Huh? Samsul? Kenapa kita pakai baju sekolah?" Mendengar pernyataan DNA pertanyaan Misel membuat pemuda lain di belakang Samsul menatap cengo.
"Gw tau lu bego! Tapi jangan sampe sebego itu sel!" Ucap pemuda surai luxury itu adalah Marvel.
"Iya! Kita ada di dalem kelas anjir! Lu ketiduran pas pelajaran pak GM!" Pemuda sebelah Marvel mengangguk itu PepPey.
Misel terheran, bukankah seharusnya mereka kuliah ya kalau benar benar kembali ke dunia asli nya.
Kenapa mereka malah masih SMA? Banyak pertanyaan muncul di benak Misel.
"Sul, kita... Dimana?"
"Lu lupa? Kita lagi di sekolah, yaudah yuk!" Setelah mengucapkan itu, Samsul langsung menarik tangan Misel ke kantin.
"Gw dimana, kenapa gw disini?."
.
.
.
Di luar mimpi
.
.
.
"Misel! Bangun!" Dengan keras seseorang mencoba membangunkan gadis yang jiwanya sedang hilang itu.
"Astaga!!" Dengan mencoba lebih keras, pria itu menepuk kepala Misel. Namun gadis itu masih tak bangun
"Ada apa dengan bocah ini?" Tanya seseorang pada pria itu.
"Aku ga tau, tapi kayaknya dia pingsan" mendengar jawaban si pria membuat pemuda itu menatap ke arah gadis yang sedang terlelap itu.
"Bawalah ke Elhims, lagian ini bukan pertama kalinya dia pingsan sangat lama kan." Ucap sang pemuda pada pria itu, si pria mengangguk dan pergi karna mengingat gadis surai caramel itu tak bangun 3 hari.
Kalau di lihat lagi tampang mereka, ternyata itu adalah genah dan R. Ayon
"Woi clover! Dengarkan aku, gadis ini... Harus menjadi kartu as kita kalau kita hampir kalah melawan herobrine." Genah terkaget, dia tak setuju karna sungguh gadis ini terlalu muda di usia dini, meskipun kekuatannya tak main-main
"Mana bisa begitu Ayon! Dia juga butuh perhatian! Dia masih kecil! Umurnya masih 16 tahun!!" Dengan keras genah itu menolak suruhan raja egois itu.
"Ini adalah jalan satu satunya clover, kalaupun dia tak menjadi kartu as. Aku yakin dia akan tetap terlibat dalam pertarungan dengan herobrine, tidak ada yang namanya tak berkorban dalam perang, pasti semua akan berkorban."
Mendengar penjelasan R. Ayon genah sempat berfikir, tapi ia tetap memilih untuk tidak menggunakan Misel sebagai kartu as dalam perang.
Kalau di pikir-pikir lagi, Misel itu juga manusia, bukan alat.
"Tidak akan Ayon! Itu bisa merusak masa depannya!" Sekali lagi genah menolak.
"TIDAK ADA ISTILAH MENOLAK CLOVER!! KAU MAU KITA SEMUA TIDAK SELAMAT! LEBIH BAIK HANYA SATU ORANG BERKORBAN DARIPADA TIDAK ADA HARAPAN!!!" Dengan amarah yang memancing R. Ayon mengungkapkan semuanya
"MEMANGNYA KAU TIDAK PERDULI DENGAN DIA HAH!? KAU HANYA MENGANGGAP DIA ALAT!! DIA JUGA MANUSIA!!! KAU TIDAK PUNYA BELAS KASIHAN YA? SEHINGGA MENGGUNAKANNYA BAGAIKAN ALAT!?"
Sungguh, genah tak suka kalau di jadikan alat oleh seseorang, dia tak mau ada yang bernasib sama sepertinya. Di jadikan alat saat dulu (vifan eps 17/18 ya :v? eps 16 ga? Dahlah lanjut ceritanya)
"Hahh... Baiklah nanti akan ku bicarakan dengannya kalau dia ikut rapat." Jelas R. Ayon, lagian kalau Misel menolak juga R. Ayon akan memaksa Misel hingga Misel mau
(Itu namanya maksa bang! Bukan minta tolong!)
Dojo Nevin
.
.
.
"Nevin, kenapa akhir-akhir ini kau terlihat sedih semenjak Misel tidak di Dojo?" Mendengar pertanyaan Alvin membuat sang empu (Nevin) menggeleng
"Tidak aku hanya berfikir tentang masa depan. Aku tidak tau mengapa tapi... Aku merasa kalau aku akan segera pergi meninggalkan ragaku (mati)." Jujur Alvin sendiri agak kaget kenapa Nevin bisa berfikiran begitu
Sehingga Alvin teringat, kalau semua firasat Nevin itu selalu benar, itu artinya umur Nevin takkan lama lagi.
"Jangan berkata seperti itu Nevin, kalau kau berkata begitu bukan hanya aku, tapi Samsul, Ayon, Misel juga akan khawatir." Alvin mencoba untuk melerai suasana
Iya babang, nanti cinta beda dunia bang -Author
Stop muncul terus Thor!
Iya iya! -Author
"Ah kalau begitu yasudah." Nevin mengingat semua ucapan Misel, dan suara tawa, serta senyuman Misel.
"Baiklah aku tidak akan berfikiran begitu lagi." Alvin tersenyum mengingat kalau Nevin tak mudah untuk melupakan firasat buruknya.
"Kau istirahat lah, mungkin besok Misel baru berkunjung. Aku yakin kalau dia tak mau melihat kamu sakit." Dengan tenang Nevin mengangguk meski hatinya sudah cenat cenut.
(Minta nya kok pake nama Misel? Mentang mentang nepin suka Ama Misel, tapi ntar Misel ku jodoh in sama rapel wkwkwwk!)
Back to Misel
.
.
.
Sekarang Misel berada di kantin bersama Samsul, Marvel, dan PepPey.
"Misel! Nih ku suapin! Aaaa" dengan antusias pemuda luxury itu mencoba menyuapi Misel.
Gadis itu hanya mengangguk dan membuka mulutnya, tapi dengan sigap PepPey lah yang menyuapi Misel.
"Nyump!?" Sangking kagetnya Misel karna suapan itu, hampir saja ia muntahkan makanan yang baru saja masuk mulutnya.
"Pey jangan gitu!" Kesal Samsul menepuk kepala PepPey
"Hehe~"
"Ini apaan dah?" Dengan cepat Misel mencoba pergi dan ingin menghindar dari mimpi itu
"Eh!? Misel!! Makanannya belum habis!" Teriak Samsul mencoba mengejar Misel.
Marvel hanya berdecak kesal karna malah PepPey yang menyuapi Misel, padahal dia yang minta si gadis membuka mulutnya.
"Misel!!" Teriak PepPey
"Gw harus cepet balik! Gw harus balik!!"
Dengan cepat Misel sudah berada di rooftof
Misel terdiam dan menatap ke arah bawah rooftof
"Misel! Ngapain disitu? Sini!" Ajak Samsul mencoba meraih tangan Misel
"Sul! Mana Misel nya?" PepPey malah masuk juga ke- rooftof.
"Kalau ini mimpi..."
Dengan cepat Misel menaiki pagar pembatas
"MISEL ITU BAHAYA?!" Dengan panik Marvel mencoba menarik Misel.
"JANGAN MENDEKAT ATAU AKU LOMPAT!" Mereka langsung terdiam beku karna tak mau gadis itu melompat.
"T- turun Misel." Pinta PepPey dengan baik baik
"Pey... Ini mimpi kan?"
"Ini bukan mimpi bodoh!" Marvel langsung menarik Misel dalam pelukannya.
"AKU GA MAU KEHILANGAN KAMU!" Dengan kesal Marvel mencoba menahan Isak tangisnya.
"Kenapa aku ingin pergi...? Bukankah ini yang aku inginkan dari dulu?"
Marvel mengelus kepala Misel mengharapkan kalau Misel tidak jadi jatuh dari rooftof.
"Kau tak apa Misel?" Samsul segera menghampiri Misel dan Marvel.
"Kenapa kau ingin melompati pagar pembatas rooftof?" Peppey mengucapkannya dengan tegas dan tajam.
"Aku... Tidak tau mengapa aku ingin melompat" setelah menjawab, Misel langsung menangis histeris.
"Shhht- tenanglah" dengan suara yang agak lembut PepPey mengelus kepala gadis itu.
"Kenapa aku menangis... Kenapa aku diam... Kenapa aku ingin melompat."
"Ada apa denganku?"
"Voichess..."
"Dari mana aku ingat nama itu? Dan nama siapa itu?... Suara? Arti voichess itu suara 'kan? Aku lupa..."
"Voichess"
[ Bangun! ]
"Kenapa... Apa maksudnya bangun..."
"Bunuh diri... Benar itu pasti bunuh diri."
Seakan badannya bergerak sendiri, Misel langsung melompat.
Tempat lain
.
.
.
"AAAAAKH-!!!"
"Huwaa!? Kenapa!?" Dengan kaget orang di sebelah gadis itu menatap nya (Misel) dengan khawatir.
"Panglima kaguma? Ano, aku tidak tau tapi aku merasa badanku terjatuh dari tebing."
"Oh"
"Aku pingsan? Berapa lama?"
"Mungkin 1 hari penuh"
"Baiklah aku pergi dulu!!" Dengan cepat Misel melompat dari jendela kamar membuat kaguma kaget dan menjerit
"Eeeh!! NONA MISEL!!!!" Dengan panik kaguma langsung berlari turun.
Sedangkan Misel langsung lari ke arah vermillion.
"Gw harus cepet! Sialan!!!!" Teriak Misel berusaha berlari secepat mungkin
[ Woi ]
"Apa!?"
[ Mau gw teleportasiin ga? ]
"Kenapa ga dari tadi begow!?"
[ Elu ga nanya ]
"Ah- serah lah! Cepet teleport in gw ke vermillion!"
*Ctakk
Di vermillion
.
.
.
"WOII!! RAJA MALIK!! MARVEL!!!"
"Siapa itu!?" Dengan kaget Marvel melihat ke arah luar
"RAJA MALIK!!! MARVEL!!!"
Misel segera di keluarkan dari gerbang, Misel orangnya pasrah an dan akhirnya pundung di samping gerbang masuk.
Setelah merasa tidak ada gangguan Malik melanjutkan sparringnya
"Oke lanjutkan" ucap Raja Malik
Liko langsung menyerang Marvel. Sedangkan Marvel menghindar, tapi saat Marvel menyerang. Ia terkena serangan
"K- kok bisa!? Kau cuman anak kecil!?"
"Ya... Pastinya bisa, soalnya gerakan kakak sangat mudah di tebak"
Perempatan imejer uncul di kepala Marvel, merasa panas dengan Akuan bocil itu yang sangat amat menusuk.
"Sialan! Dia cuman bocah! Yasudah gw bakalan serius!" Dengan kesal Marvel langsung menyerang
Tapi sialnya Marvel langsung kalah. 2 poin sudah, dan jelas hanya dengan beberapa menit Liko bisa langsung menyelesaikan sparring itu
"Sekali lagi! Aku mohon, berikan aku kesempatan sekali lagi!" Pinta Marvel.
Sekali lagi, tapi Marvel tak mau menyerah dan selalu meminta kesempatan untuk sparring hingga mereka mulai bosan.
"Sudahlah! Menyerah saja!" Kesal R. Malik karna keras kepalanya Marvel (lu juga gitu)
"Aku- egh... Tidak akan menye-"
*Brukkk
Marvel langsung pingsan di tempat
Di tempat lain
.
.
.
"Huh..."
"Halo? Kenapa kamu disini?"
"P- pangeran!?"
Dengan sigap Misel langsung tunduk
"Tidak usah formal begitu."
"Ah maafkan saya." Itu malahan semakin membuat Liko tak nyaman
"Tak usah formal kak, panggil saja aku Liko."
"E-eh? Apa tidak masalah?" Tanya Misel
"Ya, tak apa"
Misel tersenyum akan kepolosan Liko (waduh hati hati nanti di karungin kamu Liko!)
"Pa- maksudnya, Liko kenapa kamu disini?" Liko mendengar itu hanya menunduk.
"Ah, aku tak sengaja membuat salah satu tamu yang sparring denganku pingsan, ku rasa itu salahku." Misel terkekeh pelan melihat Liko yang pasrah
"Daripada murung, ayo Ita bersama bermain, mau?" Liko langsung melihat Misel yang memberikan penawaran.
"Tapi... Apa kakak mau? Aku tidak punya teman." Mendengar itu ,sang gadis langsung menatap ke arah Liko.
"Kenapa tak punya teman?" Liko menunduk.
Tampak Liko ragu untuk memberi taukan nya kepada gadis di sampingnya.
"Karna, ayahku orang yang keras dan tegas. Mereka jadi takut berteman denganku karna ayahku menyeramkan." Pangeran di samping Misel ini membuat sang gadis kesal.
"Hah! Siapa bilang raja Malik seram!? Prang dia cuman tegas!" Liko langsung menatap Misel kaget.
Tak disangka oleh sang pangeran, malahan sang gadis di sebelahnya ini lebih membela nya.
"Benarkah?" Gadis surai caramel itu mengangguk tegas.
"Kata siapa serem! Malahan ketegasannya itu membuatnya terlihat keren!" Mendengar pujian Misel, Liko mengangguk setuju.
"Benar! Ayahku itu keren! Tidak menakutkan!"
"Yang mulia Malik itu keren! Dia bahkan bisa melawan herobrine sendirian! Sangat keren bukan?" Liko mengangguk setuju akan perkataan Misel.
Bagaimana tidak bangga? Ayahnya bisa mengimbangi kekuatan herobrine tanpa sihir, itu membuat Liko semakin menganggap Malik keren, Liko sepertinya termakan manipulasi Misel. (Manip macam apa itu woyy!)
Tak terasa mereka mengobrol hingga sore.
"Eh udah sore nih." Liko langsung ngeh
"Kakak mau nginap? Kalo iya aku bakalan siapin kamar tamu buat kakak."
"Gausah deh, kakak mau langsung pulang." Mendengar itu liko tampak murung.
Gadis itu langsung mengerti apa maksud pangeran di depannya ini.
"Gini gini, kakak bakalan datang kesini lagi kok, kalo kakak datang lagi nanti. Kakak bakalan nginep, gimana?"
Liko langsung menatap Misel dengan tatapan tak percaya. Tapi dia menganggukkan kepalanya.
"Oke! Jangan bolos janji ya? Tepatin janji!" Gadis itu terkekeh akan perilaku anak kecil yang bernotabe 'pangeran' itu yang lucu.
"Iya, kakak janji."
Setelah mengatakan itu, Misel mengangkat jari kelingking nya.
"Janji" ucap Liko menyatukan jari kelingkingnya dan Misel.
Setelah membuat janji, gadis itu langsung berdiri dari jongkok nya dan pergi.
"Dadah Liko."
"Dadah juga kak Misel"
Di awal jalan
(Deket sama Elhims alias laut)
"Eh Misel kau juga disini? Bukankah kau di rawat?" Sontak Misel langsung merasa jantungnya jungkir balik.
"AYAM MAKAN HIUU!!" Jerit sang empu (Misel)
Genah hanya sweetdrop melihat dan mendengar latah dari gadis di depannya
"Astagaaa astaga. Ngagetin lu gen!" Gerutunya (Misel) tak terima
"Ya maaf lah." Misel mengangguk saja.
"Dan bukankah seharusnya kau di rawat?" Mendengar itu sang empu (Misel) berkeringat dingin.
"Aaa- g- guaa..." Tak mampu menjawab membuat genah curiga.
"Lu kabur ya?" Tepat sasaran.
Si gadis hanya menunduk pasrah, kalo di marahin juga gapapa, udah pasrahnya dia.
"Maaf"
"Hahhh.. Sudah ku duga." Genah hanya bisa menghela nafas.
Ya, dia sudah terbiasa jika gadis ini kabur dari ruangannya, lagian bukan sekali ini doang kasusnya. (Cek chapter 5 kalo mau tau :v)
"Cepatlah kau pergi, kau di suruh untuk ikut rapat. Aku yang akan menjemput Marvel dan Malik." Mendengar itu Misel mengerinyit.
"Hahh? Rapat ap-"
"Yasudah sampai jumpa lagi." Misel tambah kesal karna genah memotong perkataannya
"Cih, kebiasaan genah." Sarkas Misel lalu pergi ke Elhims.
Author skip rapatnya karna males aja gitu nulisnya :3
"Baiklah, kita bagi kelompok aku, Ayon, Malik akan ke goa dekat vermillion untuk mengambil king fatur's monelit. Genah, Samsul, Marvel, Misel kalian bantu menyiapkan lingkaran sihir."
"Apa!? Tunggu dulu! Jangan seperti itu! Terlalu banyak celahnya, kalian pasti tau Herobrine selalu menyerang di saat kita berpisah!" Marvel mencoba agar mereka tak berpecah atau berpisah.
"Marvel, kalau kau takut ikutlah dengan mereka." Mendengar ucapan genah Marvel sontak kaget.
"Tidak! Bukan ituu" Marvel mengelak.
"Apa kalian tidak sadar? Herobrine selalu menyerang kita saat kita sendiri. Jika kita berpisah maka Herobrine akan menyerang kita!"
"Marvel, lebih baik kau ikut mereka. Kau satu satunya lagi pemegang batu emerald, satu satunya yang memiliki batu legendaris disini." Ucap genah.
"Bukan itu gen-"
"Sudahlah vel, tenang aja. Ikutlah dengan mereka. Ada aku disini" akhirnya Marvel pun setuju.
"Tapi bagaimana dengan Kerajaan ku? Aku tidak bisa meninggalkan kerajaan ku..." Mendengar ucapan Ayon, Nevin mendekat.
"Serahkan saja kepadaku, aku akan menjaga kerajaanmu"
Mendengar itu Ayon sedikit lega, lagipula Nevin itu kuat. Apalagi Nevin orang paling di percaya Ayon
"Baiklah, ku serahkan kerajaanku kepada mu" ucap Ayon menepuk pundak Nevin sebelum pergi bersama yang lain.
"Woy sul, ini mana si genah anjir? Cape gua nunggu dari tadi." Mendengar itu Samsul menatap Misel speechless
"Ya tunggu aja, mungkin bentar lagi juga datang."
Misel mengerinyit, ayolah mereka dari tadi menunggu dari 34 menit yang lalu.
"Aduhh! Lama banget dah! Kapan datangnya! Cuman ngambil kabur doang lamanya se-abat!" Kesal Misel yang paling tak suka menunggu.
"Sadar ga sabaran." Ketus Samsul.
"Hoy kalian! Ayo bantuin jangan malah santai santai disana."
"Santai kepalamu! Kita dari tadi nunggu lu!" Sarkas gadis surai caramel membuat lelaki di depannya (genah) sweetdrop
"Cepatlah bantu, ayo ke atas."
Samsul dan Misel mengikuti genah dari belakang, bak anak ayam yang mengikuti induk-nya.
"Kita harus bantu apa?" Samsul memecah keheningan itu.
"Bantu mindahin barang buat persiapan aja." Mendengar itu Samsul langsung bergegas membantu.
Di tengah tengah pemindahan barang
.
.
.
"Huhh... Sihir gw kek terkuras."
Merasa risih, si gadis kesal karna tiba-tiba tubuhnya lemas.
[ Ya itu artinya lu kena nerf ]
"Hah!? Kok bisa kena nerf?"
[ Ya Ndak tau ko tanya saya, saya kan ikan. Blubuk blubukk ]
"Eh Misel, kok muka lu keliatan pucet banget?" Mendengar itu Misel hanya tersenyum ringan saja
"Gen ini taroh mana?" Tanya Misel mengabaikan samsul yang bertanya padanya.
"Lu istirahat gih liat muka lu kayak mayat tau ga" paksa pemuda yang bernotabe adik 'tiri' nya.
Kalo nanya
Thor, kok Samsul yang jadi adik? Kan harusnya Misel? -Readers.
Inget ya, Misel umurnya author ubah jadi 16 tahun (cek chap 4/5), lebih tua Misel 1 tahun kebanding Samsul -Author
"Enak aja lu!" Dengan tak terima Misel mengejar Samsul.
"Udahh udah sana Misel istirahat aja, mukamu udah pucat tuh."
Genah langsung melerai mereka berdua, dan menyuruh Misel istirahat karna muka misle sudah pucat pasi.
"Huh.. Oke-oke gw istirahat" Misel pasrah dan langsung pergi istirahat
"Betumbuk nanti kita sul"
"Gas, siapa takut?"
Akhirnya Misel pergi (karna merasa Ter usir), memutuskan untuk ke taman depan istana saja, pastinya banyak angin sepoi sepoi tuh.
Tapi di tengah jalan, Misel merasa ingin ambruk.
"Anjim, di nerf sih di nerf, tapi jangan sampe ambruk gini juga mbak."
[ Awokawokawokawokawok kasiannn ]
"Bukannya di bantuin malah ntetawain."
Menggerutu kesal, Misel mencoba berdiri walau ujung-ujungnya tetap terduduk di lantai.
"Huwaaaaaa siapapun!! Helep mee" batin Misel nangis Bombay
"Misel? Kenapa kau duduk disana?" Tanya seseorang menghampiri Misel yang sudah pasrah.
"Ehh Nevin? Ano, aku tidak bisa berjalan atau berdiri karna kehabisan tenaga."
Nevin hanya menghela nafas kasar, dia surah terbiasa akan kecerobohan sang gadis surai caramel itu.
"Huh.. Kau sungguh ceroboh, dasar Misel." Sedikit mendengus Nevin jongkok di depan Misel.
"E- ehh? Mau ngapain?"
Tampak terheran dengan tingkah Nevin, si gadis hanya menatap nya saja. Nevin hanya terkekeh pelan karna gadis ber otak 2kg3g itu.
"Naiklah akan ku gendong kau ke kamarmu."
Nevin masih menunggu reaksi sang gadis, sedangkan dia sendiri masih lemot.
"O- oh? Yakin gapapa? Aku berat loh." Dengan kurang pasti (ragu) Misel bertanya
"Gapapa kok, ayo naik ke punggungku."
Dengan ragu ragu Misel mengalungkan tangannya di bawah leher Nevin.
"Yakin gapapa? Di papah aja deh gapapa kok." Gadis surai caramel ini benar-benar merasa tak nyaman jika di gendong.
"Di papah akan lebih susah, lebih baik di gendong." Akhirnya Misel setuju saja dan memilih diam.
Kenapa? Bener juga kan? Kalo di papah jalannya makin lambat, kalau di gendong akan lebih cepat sampai. (Pake rumus kuantum cukup ga buat teori author ini?)
Lebih mudah di papah atau di gendong? :v -Author
Jangan malah nanya! Lanjutin sana! -Readers
Iya kanjeng ampun. -Author
"Misel, boleh aku bertanya?" Si gadis Yanga ednag melamun pun mengangguk saja.
"Badanmu hangat, apa kau demam?" Misel menggeleng.
"Hah? Demam? Aku ga demam nih." Misel mengelak, orang tadi dia sehat walafiat kok.
"Jangan berbohong, kau demam kan? Berapa hari kau tidak istirahat?"
Gadis itu berusaha mengingat.
"2 hari lalu." Mendengar itu Nevin hanya menghela nafas kasar dan speechless akan kelakuan Misel yang suka menunda istirahat.
"Yasudah, kau istirahatlah dulu"
Nevin langsung merebahkan tubuh Misel di kasur.
"Terima kasih Nevin."
Misel langsung menutup mata mencoba untuk tertidur lelap.
"Mau seceroboh apapun dia, dia adalah misel, lagian ceroboh dan pembuat Maslah itu sudah menjadi ciri khas nya"
Nevin membatin sembari tersenyum teduh lalu pergi dari sana, meninggalkan Misel yang sudah masuk alam mimpi.
Alam bawah sadar
.
.
.
"Ehh ini dimana gua anjir! Perasaan tadi gua dikamar Elhims?" Misel terkejut karna hany ada hanya sebuah tempat berwarna hitam.
"Wahai M4nμs¡@"
"Hah!? Woi! Siapa itu!!" Dengan panik Misel langsung memukul apapun yang ada di hadapannya.
Ya walau hanya memukul angin, dan tidak ada siapapun disana.
"Aku sudah lama mengawasimu"
"Hah? Mengawasi ku? Untuk apa?"
"Aku sudah lama ingin berkontrak denganmu~"
"Kontrak apaan! Apa maksudnya!"
"Aku...
Raja dari segala Raja di alam bawah"
"Maksud Lo penguasa?"
"Hee.. kau ternyata mengerti apa yang aku maksud, kau memang m4nμs¡@ yang menarik"
"Ya ya, cepatlah! Apa tujuanmu berkontrak denganku?"
"Sederhana, aku sedang mencari seorang ADAM di dunia ini, dan aku bertemu denganmu"
"Adam..? Cowo?"
"Kau cocok jadi Adam tapi pikiranmu bodoh banget"
"Hah!? Apa! Lu ngatain gw bodoh!"
"Kenyataan nona ADAM, kau sangat cocok untuk menjadi seorang Adam."
"Adam.. seorang yang memiliki darah sempurna?"
"Itu kau mengerti, jadi? Ingin menerima kontrak denganku?"
"Baiklah, aku akan menjadi Adam untukmu."
"Pilihan yang bagus tuanku. Dan kau selalu merasa di awasi kan? Itu adalah diriku"
"Hoo! Anak ***** kau!"
"Kasar sekali mulutmu nona"
"Nyenyenye~ terserah!"
[Yon bisa yok, dikit lagi bersambung yokk 😔]
"Yasudah gimana aku bangun?"
"Saya tidak tau nona, tapi yang pasti anda sedang tidak bernafas."
"What the!? Ko bisa!"
"Sepertinya saya terlalu percaya diri memakai sihir tingkat tinggi, sampai tidak ingat kondisi anda, jika saya memakai sihir berlebihan ke tubuh anda."
"Cepet balikin gw ke overworld anjir! Ga mau mati 2× gw!"
Mendengar gerutu-an tuan nya, iblis itu berusaha untuk melepaskan sihirnya dari tubuh Misel
"Oh iya nama lu?"
"Saya..?"
"Yaiyalah! Siapa lagi?"
"Saya Lucifer, iblis kesombongan, nomer 2 terbesar di antara 7 dosa"
"Baiklah, ku panggil saja kau Lufer"
"Nama yang lumayan bagus nona."
Akhirnya Misel terbangun dari tidurnya, terdapat Nevin yang panik berusaha membangunkan gadis itu.
"Akhirnya kau bangun juga!" Nevin langsung memeluk Misel yang masih Terduduk lemas.
"Memang kau kenapa sih!, kalau mau istirahat jangan berlebihan sampai lupa bernafas!" Cerewet Nevin sembari menceramahi Misel
"I- iya maaf ya Nevin, aku tidak akan kelewatan lagii." Ujung ujungnya Misel hanya meng iyakan saja, males ladenin anjir :v
Navin menghela nafas kasar, berapa kali gadis di depannya ini akan sadar kalau kecerobohannya bisa saja membawanya ke sebuah kematian.
"Emm.. Nevin"
"Ada apa?"
"Ga jadi" Nevin hanya pasrah menghadapi sikap random gadis satu ini.
"Apakah ada sesuatu yang ingin kau katakan?" Misel mengangguk
"Iya tapi itu tadi, bukan sekarang."
"Yasudah"
"Aku ingin ke tempat genah dulu."
Dengan sigap Nevin menarik tangan Misel, agar tidak ke tempat genah
"Tidak, kau masih sakit"
"Aku baik-baik saja"
"Tidak perlu berbohong"
"Beneran!!"
Misel memaksa untuk pergi ke tempat genah.
"Bohong."
"Engga!"
Nevin menarik tangan Misel, dan meletakkan tangannya di kening Misel membuat sang empu nge- Freeze
"Nah kau berbohong, badanmu masih panas."
Pose itu masih sama membuat Misel semakin salting.
"B- baiklah aku akan istirahat."
"Bagus, istirahatlah"
"Tapi-.."
"Tapi apa?" Dengan terheran Nevin melihat wajah Misel yang memerah.
"Bisakah lepaskan genggaman tangan mu?..."
Nevin langsung memerah dan terdiam ketika sadar hal itu.
"A- aaa maaf" ucap Nevin canggung.
*Cklkk~
Pintu kamar terbuka
"Loh Master? Kok Master bisa disini?" Tanya seseorang, itu Samsul yang meredakan suasana canggung itu.
TBC
Babayy~ see you in Next Revis chap~
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top