- Nol: Bukan Kisah Tragedi -

Bau amis menguar perlahan. Hentakan, makian, dan seruan menerjang seorang subjek yang tersungkur di jalanan sepi. [Name] berlindung dari kejadian tersebut di balik dinding bata yang tak mampu meredam bunyi kekerasan tersebut. Gadis itu merogoh sebuah alarm bertombol merah. Harapan terakhir yang terbersit dalam hatinya agar semua perlakuan buruk itu segera berakhir.

Bunyi dering lonceng pun terdengar amat nyaring. Penyerang sebanyak empat orang itu mulai kewalahan dan mendengar sumber suara. Dengan kaki bergetar, kaki [Name] melangkah sekitar dua meter dari kerumunan tersebut. Jantungnya berdebar kencang.

"Po-polisi akan segera menyusul ke sini! Jadi, lebih baik kalian hentikan dan kabur!"

Tak punya pilihan lain, kerumunan preman itu memilih lari. Usaha mereka gagal untuk tidak ditemukan. Muncul tiga polisi membawa senter segera menangkap basah identitas yang mencurigakan. Dengan sigap, salah satu polisi berhenti ketika mendapati pemuda yang tergeletak di sebuah jalan buntu.

"Apa kau baik-baik saja?" tanya [Name] menghampiri pemuda itu. Kulitnya cerah dan bersinar bagai sinar rembulan. Helaian rambut pink pucat tampak kusut dan acak-acakan. Pemuda itu memegang perutnya.

"Hu-hubungi ambulans," kata pemuda itu bersuara serak.

"Akan segera saya hubungi! Tolong bertahanlah! Anda tidak semestinya dipanggil secepat ini," sahut [Name] mulai menghubungi tiga digit nomor darurat.

Pemuda bernama Kujo Tenn benar-benar sial hari itu. Dikerubungi kaleng-kaleng dan botol minuman keras, ia berusaha melindungi gadis yang hampir dilecehkan oleh empat preman. Dan kini ia tak berdaya menahan perih.

"Mereka akan tiba dalam sepuluh menit!" seru [Name] mengeluarkan tisu untuk menyeka darah yang membasahi dahi.

Tenn hanya mengangguk pasrah. Dia bahkan ragu bisa menjaga kesadaran hingga ambulans tiba.

[Name] memegang erat-erat jemari Tenn yang semakin dingin. "Atas pertolongan ini, aku berutang budi kepadamu. Apa pun itu, akan kukabulkan saat kau memerlukanku."

Butiran salju mulai bergerak sesuai arah gravitasi. Mata gadis itu berkaca-kaca. Pertemuan menggenaskan di malam natal itu mempertemukan dua insan. Mereka bahkan tak saling mengenal. Mereka tak mengetahui nama lawan bicaranya. Namun sekali lagi, ini bukan kisah tragedi.

Itu hanyalah awal mula pertemuan mereka.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top