[1/1]

Kepalanya bergelinding jauh, terpisah dari tubuhnya. Tubuhnya yang masih tersisa ia pergunakan untuk berjalan mendekati kedua adik kakak itu.

Tubuhnya berusaha menggapai adik kakak yang hampir tak berdaya karena ulahnya. Tetapi usahanya sia-sia. Tubuhnya terjatuh, ambruk ke tanah. Padahal sedikit lagi tubuhnya bisa menggapai kedua adik kakak itu.

'Kakak' dari kedua adik kakak itu, ah— sebut saja 'Tanjirou' menyadari adanya pergerakan di samping tubuh adiknya. Oh— itu dia tubuh kecil tanpa berkepala yang tadinya berusaha ingin menggapai dirinya.

Tanjirou mengangkat tangannya yang masih ragu-ragu ingin menepuk punggung sang tubuh, tapi pada akhirnya Tanjirou menyentuh punggung sang tubuh.

"Hangat, aku seperti... Pernah merasakannya? Tapi dimana..? Dengan siapa..?" ucapnya yang terakhir kali, lalu menghilang menjadi butiran debu.

— ˗ˋ ୨୧ ˊ˗ —

• Last Hug •
˗ˏˋ Rui X Reader ˎˊ˗
©Kimetsu No Yaiba

Story by: Nathalie + (Sedikit Di ambil dari masa lalu Rui yang asli)
⚠Warn: Tolong Baca sambil di hidupkan lagu yang ada di Media:')⚠

— ˗ˋ ୨୧ ˊ˗ —

Rui terlahir dengan tubuh yang lemah. Dengan tubuh yang lemah itu, ia bisa apa? Berjalan saja sudah sangat susah untuknya. Ia membenci tubuhnya yang lemah ini, sangat benci.

Ia ingin berlari, berjalan dan bermain dengan bebas seperti anak-anak lain seumurannya. Tapi tubuhnya ini sangat lemah, dengan tubuh lemah ini, mana bisa ia berlari dan bermain dengan bebas seperti yang lainnya.

Terkadang ia iri dengan adik kandungnya yang normal, yang mempunyai tubuh normal. Tubuh yang bisa adiknya pergunakan untuk berlari dan bermain. [Name], nama adiknya [Name].

[Name] sendiri adalah seorang adik perempuan yang baik, yang pengertian terhadap kakaknya. Namun, hatinya mudah rapuh.

Hati mulia [Name] bergerak ingin membantu kakaknya, setidaknya mengajak kakaknya bermain tanpa harus berlari dan berdiri dari tempat, tapi Rui selalu menolaknya dengan mentah-mentah.

Jika boleh, [Name] ingin membantu kakaknya dengan cara menukar tubuhnya yang normal itu dengan tubuh kakaknya yang lemah.

[Name] juga merelakan masa anak-anaknya yang seharusnya bermain dengan bahagia. Ia relakan itu hanya untuk menghormati kakaknya.

[Name] melakukan ini semua karena [Name] tidak ingin bermain dan bahagia dengan bebas di atas penderitaan kakaknya yang ia sayangi.

Tapi, Respon yang selalu di keluarkan Rui adalah Respon yang seakan-akan tidak suka atas semua tindakanmu itu. Bersikap dingin, cuek, suka marah-marah dan lebih sering menyinggung masalah tubuhmu yang normal itu dengan tubuhnya yang lemah dan berbeda.

Ini yang tidak pernah membuat kalian akrab layaknya adik dan kakak. Kau dan Rui rasanya seperti orang asing, karena memang pada dasarnya dirimu dan dirinya tidak pernah dekat.

Rui sendirilah yang membuat jarak ini denganmu. Tapi percayalah, Bahwa jauh di dalam lubuk hatinya yang terdalam. Rui amat menyayangimu.

Kau berjalan perlahan menuju kamar milik Rui, perlahan tapi pasti agar Nampan yang berisi makanan dan minuman serta obat di tanganmu tidak terjatuh ataupun tumpah.

"Nii-san, aku membawakanmu makanan." ucapmu dengan Lembut.

"Aku tidak mau makan, pergi sana!" bentaknya padamu.

"E-eum, ta-tapi Nii-san.. Kau harus makan dulu agar—" ucapmu terpotong.

"Pergi."

"Nii-san, Kenapa... Kenapa kau selalu begitu padaku... Apa,apa aku melakukan sebuah kesalahan? Sehingga Nii-san tidak ingin melihatku?"

"...Pergi."

"Nii-san, Aku—"

"Urusaii!! Pergi sana!" Jika sudah begini, kaupun pasti hanya akan langsung keluar dari kamar milik Rui dengan perasaan sedih, hingga buliran bening sering kali membasahi kedua pipimu.

'Jika saja, jika saja aku sama dengan Nii-san, Pasti Nii-san mau melihatku dan berbicara padaku, aku... Entah mengapa membenci tubuhku ini...'

— ˗ˋ ୨୧ ˊ˗ —

Suatu hari 'Ia' datang. Iya 'Ia' Kibutsuji Muzan, seorang yang katanya pemimpin dari para iblis.

"Kasihan sekali, aku akan menyelamatkanmu." ucapnya kepada Rui. Walaupun Rui mendapatkan tubuh yang kuat, Rui tak boleh terkena sinar matahari dan Rui juga harus memakan manusia. Menyedihkan.

Tou-san dan Kaa-san menolak dan tidak senang jika Rui seperti yang sekarang ini. [Name] juga, ia tak senang. Namun ia tak menunjukkannya. Apapun itu, ia hormati keputusan kakaknya.

Namun, Penolakan ini. Rui menganggapnya bahwa Tou-san dan Kaa-san tak menyayanginya. Apa ini? Kau itu salah paham Rui.

Malam itu, Tou-san dan Kaa-san di bunuh begitu saja oleh Rui, di depan kedua mata [Name]. Iya, tubuhmu di ikat oleh benang-benang milik Rui.

Lalu Rui memaksamu menyaksikannya. Menyaksikan jeritan-jeritan kedua orang tua kalian yang kesakitan karena ulah Rui.

Matamu di paksa melihat ini semua, kau tidak bisa apa-apa selain menangis dan berdoa pada sang Kami-sama. Hanya tersisa kau dan Rui di rumah ini, berarti hanya kau yang belum terbunuh oleh Rui disini.

"Kau lihat [Name]? Apa ini balasan mereka karena tidak a—"

"B-berhenti! Berhenti Nii-san, hiks... Berhenti... Kau, kau salah paham hiks... Nii-san salah paham..."

"Ini salah mereka. Ini salah mereka karena tidak menjadi orang tua yang benar."

"T-tidak... Bukan hiks... Seperti i-itu yang... Di inginkan hiks... Tou-san dan Kaa-san." ucapmu terbata-bata ingin membela kedua orang tua kalian yang sudah tiada baru saja.

Rui berjalan mendekatimu yang masih setia terikat oleh benang-benangnya.

Perlahan-lahan tapi pasti ia menyentuh kedua pipimu dengan kedua tangannya yang pucat, lalu menempelkan dahinya dan dahimu bersama.

"Kau membela mereka? Padahal memang mereka tidak adil, [Name]. Mereka memberikanmu tubuh yang tidak lemah, sedangkan aku? Sangat lemah, sampai-sampai berjalan saja aku tak sanggup. Ini tidak adil, [Name]."

Tangan kirinya Rui berpindah dari pipimu ke benang yang sedari tadi melilit di tubuhmu.

"Nah [Name], ikutlah bersamaku menjadi Oni."

"Ti-tidak... Lebih baik Nii-san bunuh saja aku. Aku, aku tak ingin... Menjadi Oni. Bunuh saja aku, aku tak apa..." ucapmu sambil tersenyum lembut di temani oleh buliran bening yang tumpah dari pelupuk matamu.

"...Tapi sebelum itu, Izinkan aku memelukmu sekali saja, Nii-san. Sekali saja untuk yang pertama dan terakhir kalinya dalam hidupku." lanjutmu.

"Souka..." Rui merentangkan kedua tangannya lebar-lebar.

Dengan begitu. Dengan cepat kau memeluk erat Rui sambil menangis tersedu-sedu, Rui membalas pelukanmu sama eratnya.

"Hangat." gumam Rui.

"Tapi..." Irisnya terlihat begitu sendu, lalu Rui mulai mengelus-elus(?) punggungmu, dan...

Craaattt!!

"Akh—" benang tebal buatan Rui berhasil menembus punggungmu dan mengenai jantung milikmu.

˗ˏˋ  Endˎˊ˗
[±900 Words]
_________________

Sequel? /Ga.

Asli ini ceritanya ngawur anjim'-'
Tolong maapkan saya:'))

Ngomong-ngomong aku Bucin Rui /Tolong sadarkan Hamba/
Gajelas asli'-'

Yasudalah— Vote dan Commentnya ajalah~

[30 Agustus 2020]

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top