彡02

"Tsukasa-kun, maaf! Maaf!"

"Sudah kubilang, jangan panggil aku dengan nama depan!"

Bagh! Buagh!

"Maaf, maaf! Jangan pukul aku lagi.. Maaf.."

' 🌿'

Sudah tiga bulan sejak pertama kali Nene, menginjakkan kaki di rumah ini, sejak itu pula ia selalu disiksa oleh saudara kembarnya Amane, Tsukasa.

Menurutnya, Nene hanyalah wanita tak tahu diri yg dengan seenak hati menginap di rumah seseorang. Ia yakin betul bahwa Nene adalah pelac*r yg memanfaatkan kebaikan dan kepolosan Amane.

Nene selalu menjadi samsak tinju Tsukasa ketika ia sedang tak enak hati, seperti, dimarahi Amane maupun hanya kesenangan semata.
Hingga, membuat Nene selalu melamun.

Sebenarnya, ketika malam hari, Nene selalu menangis didalam selimut tebal yg diberikan Amane padanya. Ia selalu menangis mengapa kami-sama membolak-balikkan takdir yg diberikan padanya. Baru saja ia senang karna ada yg mau berbaik hati memberi tumpangan, ternyata disana tetaplah berisi masalah seperti ini.

Menangis di malam hari, setelah disiksa oleh Tsukasa adalah rutinitasnya setiap malam, berhari-hari.

Nene juga selalu memakai baju panjang agar lebam-lebam di tubuhnya tak terlihat Amane. Karna Tsukasa pernah mengancam jika ia memberi tahu Amane, maka hari itu juga riwayatnya tamat.

Nene tak mau menggali kuburnya sendiri, maka dari itu ia selalu diam saat dipukuli oleh Tsukasa. Wajahnya tak akan dipukuli, karna mustahil jika setiap hari Nene menutup wajahnya. Akan menimbulkan kecurigaan pada Amane.

Gadis itu sangat pintar berakting, merasa bahwa semua baik-baik saja di depan Amane, dan Amane juga tak sadar kala itu.

Namun, pada satu hari, Nene tak sengaja menumpahkan kopi panas ke baju Tsukasa ketika membawakan kopi pesanannya, ia menumpahkannya di depan Amane yg otomatis membuat Tsukasa harus menahan emosi nya.

"Ita-ta-ta-ta!"

"M-maaf! Maaf! Maafkan aku!"

"Ah, tak apa-apa, aku hanya harus menggantinya dengan baju yg lain" ucap Tsukasa beranjak dari sofa ingin pergi mengganti bajunya.

"Cih" Tsukasa berdecih pelan tepat di sisi Nene yg membuatnya merinding seketika, ia makin menunduk mendengarnya.

' 🌿'

Matahari tak lagi terlihat, kini bulan dan bintang yg memancar sinarnya, Indah sekali.

Yashiro Nene, gadis yg sudah babak belur di tubuhnya sedang meminum teh hangat di balkon kamarnya, melihat bulan sabit tersenyum.

Masalah yg menimpanya sirna ketika ia melihat keindahan yg diciptakan kami-sama. Menurutnya, menangis hari ini tak akan membuatnya lebih baik lagi. Ia harus berusaha untuk tetap tegar dan mencoba meluluhkan hati Tsukasa agar bisa menerimanya, di rumah ini.

'Esok hari, siang pukul 2 dini hari.'


"

Dah!" Amane hari ini pergi ke pasar untuk membeli bumbu-bumbu dapur, sekalian buah-buahan karna di rumah sudah hampir habis semua.

Karna kebetulan itu, Tsukasa memiliki kesempatan menyiksa Nene lagi, lagi, dan lagi.

Ia mulai mendekati Nene yg sedang melamun di atas kursi ruang tamu, menarik rambut dan menyeret ke dalam gudang tempat biasa menyiksa Nene di sana.

Gadis itu hanya menangis kesakitan terbaring di lantai berharap Tsukasa memberhentikan penyiksaan ini padanya.

"Kau tak pantas di dunia ini! Kau hanya pelac*r tanpa bayaran! Kau tak berguna, bahkan orang tuamu dan org yg memungutmu membuangmu! Mati sajalah!"

"Nene-chan?"

Gadis yg sedang dipanggil namanya langsung berteriak histeris dan terjatuh di lantai

"Tsukasa-kun! M-maafkan aku! Maaf, maaf.."

"Nene-chan? Apa maksudmu?"


To Be Continued

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top