: ̗̀➛ 0 6☕

"Selamat malam, Ranpo-san."

Kakinya melangkah terburu-buru, menerobos masuk salah satu pintu masuk di sebuah apartemen, memang Ranpo sudah tahu pin masuk karna insting dari kemampuan deduksinya, [Name] pun tak mempermasalahkan, asal tahu diri saja.

"[NAME]!!!" Gelap menyelinap sampai penghujung sisi.

Dengan cepat Ranpo memasuki salah satu ruang yg ia yakin tempat [Name] berada.

Hela nafas lega, terlihatnya gadis yg ia cari tengah tidur memunggunginya.

Manik zamrud pria tersebut menyapu bersih memeriksa apakah ada sesuatu yg mencurigakan.

Tak ada yg aneh, pria bersurai gelap tersebut menghidupkan saklar lampu lalu menutup pintu apartemennya.

Mendekati sofa, lalu mendudukinya, hampir saja jantungnya dibuat copot oleh pesan [Name] yg tak ada artinya.

Kesal memang, tapi yah lebih baik di prank seperti ini daripada mendapat kabar yg lebih buruk.

"Ranpo-san?"

"Ah,... [Name],"

Tubuh yg hanya berbalut piyama panjang dengan rambut kusut tak beraturan, [Name] mendekati sofa dimana Ranpo duduk.

".... Aku ambil minum dulu" Niat duduknya dihentikan karna tak ingin menghadapi suasana canggung lebih cepat. Setidaknya, ia masih punya beberapa menit untuk menghadapi pria bersurai gelap tersebut.

Usai dua menit gadis tersebut menghindar, akhirnya ia datang membawa dua gelas es teh di cuaca malam yg dingin, sungguh kombinasi yg luar biasa gak ngotak.

"Ini dingin, lo."

"Yaudah, hangatin."

"Sialan."

"Sama-sama"

Sesuai prediksi [Name], kecanggungan menyelimuti mereka berdua. Sama-sama bungkam tak ada yg membuka topik. Hanya menyeruput teh dengan pikiran yg bermain di benak masing-masing.

Beberapa menit berdiaman, suasana canggung dipecahkan dengan Ranpo yg menaruh gelasnya diatas meja yg seperti sengaja ditekan, dilanjutkan dengan dirinya yg sedikit berdehem.

".......    Ranpo-san"

"Gak ada cemilan?"

"Gak"

"Tuh kan bener, apartemenmu bosenin"

"Kau datang hanya untuk menghabiskan makananku?"

Pria disampingnya mengatup jari-jari di kedua tangannya satu persatu seakan sedang berhitung, "99,9% iya sih"

Hela nafas frustasi, gadis bersurai [h/c] tersebut menolehkan kepalanya menghadap lurus.

"Ranpo-san, kenapa kau peduli pada ku?"

Pria yg dipanggil Ranpo tersebut mendadak diam seribu bahasa, [Name] melanjutkan pembicaraannya.

"Awalnya ku pikir, apakah karna hutang waktu itu? Akan tetapi, jika dipikirkan lagi, tak logis hanya dengan alasan sepele itu."

"Aku sangat penasaran.. penasaraaannn sampai-sampai ingin muntah."

[Name] sedikit memberikan jeda agar Ranpo dapat ikut bicara, sayangnya hal tersebut tidak sesuai ekspektasinya.

Ranpo bungkam, maniknya menatap lurus datar.

Kekesalannya sedikit naik, "Tch! Jawab dong, kau tak dengar ya?!"

"Tuh kan, Bego."

[Name] langsung menoleh kasar ke arah pria yg menyebutnya bodoh. Apa-apaan, daritadi diam seakan bisu, sekali ngomong kayak babi.

"Tuh, tuh, marah" Seringainya,
"Marah tandanya orang idiot, lo"

"YAIYALAH, APA-APAAN NGOMONGIN ORANG BEGO, KAYAK SITU PINTER AJA"

"Haduh~ Kau lupa bahwa super deduksi-ku ini yg paling hebat dari seluruh negeri."

"HALAH, KAU GAK SADAR KALO INI PURE KECERDASANMU SENDIRI?"

Ranpo menggebrak meja, "AKU INI PENGGUNA KEMAMPUAN! SHACHOU SENDIRI YG MEMBERIKAN KACAMATA INI UNTUK MENGAKTIFKAN KEMAMPUANKU. JADI MAKSUDMU SHACHOU BOHONG PADAKU?"

Gawat.

Sedikit tak enak, namun gengsi ikut bercampur, [Name] kembali berteriak asal, "T-TERUS KENAPA NGATAIN ORANG BEGO?!"

"YA, KARNA CINTA!"

Syok, jantung gadis ini seperti terhenti berdetak, ia tak sanggup mengeluarkan suaranya walau mulut separuh terbuka.

Tanpa ba-bi-bu, Pria di hadapannya dengan sigap memeluk erat [Name].
Gawat. Jantungnya berdetak lebih cepat mendadak. Baru saja mencerna, tiba-tiba di peluk seperti itu.. gadis itu rasa ia harus cepat-cepat istirahat dari pukulan berangsur ini.

"R...Ranpo-san? Aku gak ngerti...." Tak ada jawaban langsung dari nya. Akan tetapi peluknya makin erat.

Ini.. Kayak bukan Ranpo-san yg biasanya..

Tapi mungkin, aku sedikit senang..

Merenggangkan peluknya, manik zamrud nya menatap lekat manik [e/c] [Name].

Beralih muka, "Jangan bikin aku khawatir lagi [Name]..." lirihnya.

Parah, parah, [Name] serasa pengen pingsan kali pukulan ke tiga ini, kini wajah sang gadis memerah malu lebih terlihat dari yg tadi.

[Name] merasa.. dicintai lagi.

"...mm.. hehhe... Ma—"
Ranpo tertawa kecil, "Berharap aku mengatakan itu? Memang bodoh dan polos  tak ada penghalangnya. Padahal kau tahu aku bukan orang yg akan berkata demikian".

Deg!

Amarah [Name] memuncak. Marah, sedih, kecewa serta sakit hati yg dalam bercampur menjadi satu sampai gadis ini tak tahu mana yg harus ia perlihatkan.

Tangannya tertarik ke atas dengan gemetar, berniat menampar pria bersurai gelap di hadapannya ini.

Plak!

[Name] menampar keras pipinya sendiri.

Semburat merah cap tangan nya terlihat begitu jelas menempel di pipi si gadis. Ranpo terkejut bukan main ketika tahu bukan dirinya yg ditampar.

"Tolong pergilah.."

"[Nam—",   

"KUMOHON, KALI INI SAJA TOLONG PERGILAH!" [Name] menatap serius wajah pria di hadapannya ini.

Yg ditatap juga menatap balik sang gadis dengan wajah yg sedikit kecewa setelah akhirnya ia mengganti wajahnya dengan senyuman yg entah apa artinya.

!

R-..reaksinya...

Berdecih, [Name] menunduk seraya membalikkan badannya lalu meninggalkan sang pria ke dalam kamarnya.

Butuh beberapa detik Ranpo berdiri, menatap lurus kaus kaki yg ia kenakan, barulah pria tersebut pergi meninggalkan apartemen [Name].

Merasa ia sudah sendirian di apartemennya, [Name] terisak, berteriak tanpa suara, frustasi dengan kehidupannya.

Mengelus pipi, memikirkan sudah berapa kali ia menyiksa dirinya dan kandungannya beberapa bulan terakhir.

[Name] marah dengan Ranpo...—
Bukan.. [Name] marah pada dirinya sendiri yg seringkali jatuh ke perangkap yg sama.

Benci pada takdir yg Tuhan berikan padanya, benci dirinya sendiri yg mudah mempercayai orang lain.

Bahkan mungkin, mulai sekarang ia tak lagi percaya keberadaan Tuhan dan segala takdirnya. Ini murni memang kebodohan nya saja.

"Sudahlah.. Capek."

TBC

SERIES KE DUA SUDAH PUBLISH DENGAN JUDUL MY YELLOW!!!

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top