: ̗̀➛ 0 5☕

Pagi hari di musim dingin memancarkan sinarnya, samar terasa walau ruangan telah ditutup rapat membuat gadis tanpa sehelai pakaian pun setengah tersadar dari tidurnya.

Tak peduli, gadis ini kembali menidurkan dirinya namun dengan menyampingkan posisinya menghadap ke sisi dan mulai hanyut dalam belaian lembut dunia mimpi.

Bzzzzt, bzzzt

"!" Matanya mendadak terbuka karna tersentak akan getaran sebuah benda yg kebetulan tepat berada di depannya; di atas nakas sebelah ranjang.

Ternyata sebuah panggilan masuk di ponselnya.

Mendesah keras, satu tangannya terangkat mengambil ponsel yg masih bergetar, serta tangannya yg lain mengusap kasar mata nya yg berbalut kotoran.

Incoming call > Bujang Lapuk > answering

"Hal-"

"BANGUN PEMALAS, AKU TAU KAU MASIH MOLOR-MOLORAN"

"Hah..? Sok tau, orang ini lagi siap-siap kok"

"Ck, ck, ck. Sepertinya kau lupa aku siapa ya, aku ini mem-"

Call ended.

"Kemampuan super deduksi emang nyeremin."

Singkatnya, [Name] langsung bersiap-siap dan berangkat dari apartemennya.

Berjalan memerhatikan tiap tempat yg ada sebelum ke agensi membuatnya sedikit nostalgia.

Bayangan kenangan mulai terlihat di benaknya, ia muak, gadis ini tak ingin mengingat kembali kenangan-kenangan manis tersebut. Hal itu hanya membuatnya sakit hati.

Akan tetapi, cafe, restoran, taman simpang laut, bahkan bazaar menjadi halangannya dalam melupakan. Dengan melihatnya saja, bayangan tersebut kembali muncul tanpa dipinta. Menari-nari seperti tak punya beban di pundak.

Tak ingin bernostalgia lebih lanjut, gadis tersebut sedikit mempercepat langkah menuju tempat kerjanya. Menundukkan pandangan agar tak melihat kenangannya bersama Dazai lagi walau beresiko menabrak seseorang, Tapi ia tak peduli.

Berjalan dan terus berjalan, bergumam memohon tidak menabrak, dan akhirnya tak terasa sudah sampai tepat didepan pintu masuk ADA.

[Name] berdiam diri disana, mengumpulkan niat agar tak terlihat lemah ketika bertemu Dazai, ia ingin menunjukkan bahwa tanpanya pun, [Name] masih bisa berdiri.

Omong kosong.

Setelah merasa sudah cukup siap, sang gadis mencondongkan dadanya, merapihkan bajunya dan sedikit menyemprotkan pewangi. Mengatur mimik wajah agar totalitas.

Kakinya melangkah masuk, menaiki tangga dan sampai pada pintu menuju anggota detektif bersenjata.

Menarik nafas, menguatkan niat, lalu dengan pelan membuka pintu nya.

Krieeet...

"Ah! Pagi, [Name]!"

Tertegun, "Ah pagi Naomi-chan"

"Pagi, [Name]"

"Pagi semua" Mulutnya memang menjawab sapaan selamat pagi semua orang, namun matanya mencari sesosok pria.

Agak sedikit kecewa, namun juga lega, ternyata Dazai sedang tak berada di sana, mungkin seperti biasa, pria maniak bunuh diri sedang bunuh diri.

Tak sadar [Name] tengah diperhatikan oleh Ranpo jauh di depannya yg sedang nyemil dengan kaki yg terangkat di atas mejanya.

Gadis tersebut berjalan menuju meja kerjanya, duduk seraya membuka laptop, dan memulai pekerjaannya.

Tik, tik, tik

Tik, tik, tik

Tik, tik, tik

Tik, tik-

"AAAAAGH, AKU GAK BISA FOKUS" frustasinya seraya mengacak rambutnya kemudian di rapih kan kembali.

Akhirnya [Name] menutup kembali laptop nya, daripada kerja namun banyak salahnya, lebih baik mendinginkan kepala dulu saja.

"[Name]! Makan dulu yuk~" Sesosok pria bermantel coklat datang menemuinya, mengajaknya keluar,

"Kenapa gak sendiri aja, sih? Ah~ Mungkinkah kau takut diculik tante girang~?"

"Yah, mana mungkin aku minta bantuanmu yg bahkan lebih bodoh dariku, sih"

"HAH"

"Soalnya aku gak mengerti naik kereta"

Mereka berdua keluar dengan debat sepanjang kaki melangkah, meninggalkan tatapan para anggota yg terheran, "Sejak kapan mereka dekat?".

Di sisi [Name] dan Ranpo, usai makan, Pria di sisinya mengajak [Name] pergi minimarket yg kebetulan tak jauh dari mereka.

"Aku tunggu sini aja", Ujar [Name] yg dijawab angguk Ranpo pertanda setuju lalu masuk ke dalam.

Pikirnya, Ranpo ingin beli sedikit cemilan, namun pria bersurai hitam tersebut seperti sedang gelisah membuat [Name] sedikit bertanya-tanya di benaknya.

Yah, mungkin duitnya kurang. Begitulah pikir [Name].

Bersenandung, ia menyanyikan nada sebuah lagu berjudul Nemuru Machi, sebuah lagu yg enak didengar jika tanpa mengetahui arti dari liriknya.

Tentang lagu yg menceritakan seseorang yg sudah lelah dan ingin istirahat, sesuai dengan judulnya, ia ingin pergi ke kota yg sunyi; kota yg tertidur; dan melupakan sejenak drama-drama yg terjadi.

Tentu gadis tersebut tahu maksud dan arti dari liriknya, sejak pertama mendengar lagunya, [Name] langsung tertarik dan menyanyikannya terus-menerus sampai-sampai hapal tiap baitnya.

Di tengah senandungnya, tahu-tahu tangannya yg dingin mendadak beku, merinding berjalar di sekujur tubuhnya, gadis tersebut terpaksa berhenti bersenandung.

Tepat tak jauh dari posisi nya, gadis bersurai [h/c] tersebut tak sengaja melihat mantan kekasih, Dazai Osamu yg lengannya digandeng oleh wanita berparas sempurna tengah canda gurau bersama.

Dadanya kembali perih, kegelapan mulai menelan setengah pandangannya, pusing. [Name] yg mulai oleng menumpang di tembok untuk menopang tubuhnya.

Namun maniknya...

Maniknya masih menatap lurus dua orang itu dari jauh.

"Haaahh~ seger, seger~. dah, yuk mau kemana?-" Ranpo keluar dengan tentengan plastik berisi cemilan dan botol-botolan soda Ramune dengan satu yg sudah ia buka di tangan lainnya.

[Name] tersadar dari lamunannya, akan tetapi kondisi fisiknya yg berubah semakin pucat tentu membuat Ranpo mengerti bahwa sesuatu terjadi padanya.

"Ah, Ranpo-san, aku agak tak enak badan, maaf aku duluan." Membalikkan badan, dan secepatnya angkat kaki dari tempat tadi.

Pria bermanik zamrud menatap datar punggung sang gadis itu yg berangsur memudar.

Agaknya dia mengetahui apa yg terjadi.

☕☕☕

Brugh

"Heee~? Kenapa, nih? Kabedon?"

"Jangan bercanda",
"Sudah cukup sampai sini."

"Hnggg~? Aku gak mengerti lo, Ranpo-kun~"
-
"Ranpo-kun~~~ Lucu sekali, baru ini aku liat kau seakan kehilangan akal sehat."

Terkekeh", apa itu akal sehat?", Pria bermanik zamrud tersebut melipat tangannya, "Memang kau punya?, Dazai." putusnya.

Edogawa Ranpo, memutar balik badannya, tampaknya dia menahan amarahnya. Tadi ia tak sengaja mencapai batasnya, akan tetapi ia cepat menyadarinya.

Dengan membelakangi Pria perban tersebut, tangannya merogoh sesuatu dalam tas yg menumpang di badannya, menarik lalu melempar asal ke arah Dazai.

Ternyata lembaran-lembaran duit yg terlepas dari pembatas. Melayang di hadapan manik coklat gelapnya yg sempit, Datar tatapannya.

"Sudah, ya." seringai Ranpo dengan tangan yg setengah berada dalam kantung celana. Berjalan memunggungi Dazai.

TING! Kamu mendapat pesan baru!

Terperanjat, pria dengan mantel coklat khasnya langsung berlari keluar dari agensi.

Ranpo tengah panik sekarang.

TBC

SERIES KE DUA SUDAH PUBLISH DENGAN JUDUL MY YELLOW!!!

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top