୨⎯Strange For A Day ⎯୧
-------
" Strange For A Day "
・Pair ; Edgar Allan Poe × Nabilah
・Fandom ; Bungo Stray Dogs © Asagiri Kafka & Harukawa Sango
・Written by ; NabilahSyi
・OOC Event by ; Halu_Project
・Warn ;Cringe? Gaje? Entahlah
-------
•••
Aneh. Sangat aneh. Benar-benar aneh. Hari ini adalah hari yang luar biasa aneh, bagi Nabilah. Aneh bagaimana?
Hari ini, dia ikut serta dalam acara jalan-jalan santai bersama dengan Mushitaro, Ranpo, dan kekasihnya, Edgar. Kebetulan, mereka semua sedang tidak sibuk hari itu, sehingga Ranpo pun mengajak mereka semua untuk jalan-jalan ke taman hiburan.
Namun, sepertinya Nabilah tidak begitu menikmati jalan-jalan santai itu. Kenapa?
"Poe, lihat itu! Ada permen kapas berbentuk kepala beruang!"
"Apa kau mau permen kapas itu, Ranpo?"
"Hehehe, tentu saja! Itu terlihat enak, aku ingin mencobanya!"
"Baiklah, akan ku belikan untuk kita semua!"
Ya, itu dia. Bagi Nabilah, Edgar yang sedang bersama dengannya hari ini tidak benar-benar seperti Edgar yang ia kenal.
Edgar yang ia kenal bukanlah orang yang ceria dan sangat bersemangat terhadap setiap hal. Edgar yang ia kenal adalah orang yang pendiam dan tenang, namun dapat menjadi bersemangat terhadap hal-hal yang ia sukai atau merupakan minatnya.
Edgar yang ia kenal-
"Hei, Nabilah. Apa kau masih memikirkan hal itu?"
Mushitaro tiba-tiba menepuk pundak Nabilah, membuatnya tersadar dari lamunannya. Nabilah mengedipkan kedua matanya berkali-kali untuk beberapa detik, lalu menanyakan apa maksud dari pertanyaan Mushitaro tadi.
Mushitaro yang sedang memakan permen kapas nya itu pun menghela napas dan mulai menjelaskan, "Begini, aku tahu kau itu memang orang yang selalu berpikir berlebihan, aku tahu kau pasti merasa sangat aneh dengan hal-hal tak biasa dari kekasihmu itu hari ini."
Mushitaro berhenti untuk beberapa saat karena ia masih mengunyah permen kapas nya, lalu melanjutkan, "Tapi, satu-satunya saran dari ku, yang mungkin terdengar klise bagi mu karena setiap orang yang mengenalmu pasti sudah pernah mengatakan ini padamu... jangan terlalu dipikirkan."
Keduanya pun serempak melihat sebentar ke arah Edgar yang tampak sedang asik menikmati permen kapas nya sambil memperhatikan pemandangan bianglala yang sedang berputar. Memang terlihat imut, bagi Nabilah, tapi sebenarnya tidak terlalu karena beban pikirannya saat itu.
"Apa ada yang kau suka dari sifat aneh kekasihmu itu hari ini?" Mushitaro tiba-tiba bertanya lagi.
"Tidak tahu, tapi yang jelas, aku benci perubahan yang sangat mendadak, apalagi jika perubahan itu terdapat pada seseorang yang aku sayangi." Nabilah menjawab dengan lirih.
"Ah, kau bukan orang yang mudah beradaptasi, ya?" tanya Mushitaro lagi, yang kemudian dibalas Nabilah hanya dengan sebuah anggukan pelan.
Nabilah menghela napas lalu bergumam, "Satu-satunya hal yang ku suka dari keanehannya hari ini adalah senyum manisnya sepanjang hari ini tidak terlihat seperti senyum canggungnya yang khas itu."
"Hei, disini kalian rupanya!"
Ranpo menghampiri Nabilah dan Mushitaro sembari memakan permen kapas nya.
"Nabilah, barusan Poe meminta ku untuk memanggil mu, katanya dia membutuhkan mu." ujar Ranpo.
"Membutuhkanku?"
Ranpo mengangguk-angguk, lalu menepuk pundak Mushitaro.
"Dan aku membutuhkanmu!" seru Ranpo pada Mushitaro yang langsung menaikkan sebelah alisnya.
"Hah? Aku?"
Ranpo pun melahap habis permen kapas nya, lalu menyeringai dan merangkul pundak Mushitaro.
"Ya! Tolong temani aku ke kebun binatang, dong! Katanya ada seekor zebra yang memiliki corak bertuliskan "ZEBRA" di satu sisi tubuhnya."
"Hei, bukankah kita sudah pernah pergi bersama melihat zebra itu?"
"Hehe, aku mau melihatnya lagi! Temani aku, ya!"
"Hei, hei, tunggu!"
Ranpo langsung menyeret Mushitaro pergi bersamanya, tidak lupa juga untuk pamit dengan Nabilah.
"Kami pergi dulu, Nabilah! Selamat bersenang-senang dengan Poe, ya!"
Nabilah hanya tersenyum tipis sembari melambaikan tangan kirinya pada Ranpo dan Mushitaro.
"Sudahlah, Ranpo. Aku tahu kau sengaja pergi meninggalkan ku di sini bersama Eddie supaya aku tidak stres karena terlalu banyak berpikir, kan? Hm, ya, pasti itu rencana mu." ujar Nabilah dalam hatinya.
Sekarang apa? Apa yang harus Nabilah lakukan? Ah, tidak perlu repot-repot, Edgar baru saja menghampirinya sendiri tadi.
"Nana, aku mencari-cari mu dari tadi! Apa kau baik-baik saja?"
"Ya, aku baik-baik saja, Eddie."
"Ah, baguslah kalau begitu!"
Nabilah hanya diam sambil memandang Edgar dengan ekspresi datar, yang terlihat hampir mirip dengan ekspresi datar khas milik Mushitaro. Biasanya, Edgar akan bertanya lebih dari satu kali jika itu mengenai keadaan kekasihnya itu, namun kali ini dia hanya bertanya sekali.
"Apa kau menyukai taman hiburan ini, Nana?" tanya Edgar.
"Tidak terlalu. Bagaimana denganmu?"
"Aku sangat menyukainya! Ada banyak hal yang menarik disini, terutama wahana permainannya! Oh, ada banyak orang juga disini!"
Nabilah hanya bisa menghela napasnya lagi lalu memijat pelipisnya. Edgar menjelaskan itu semua dengan sangat bersemangat dan ceria, hampir sama persis dengan sifat aslinya jika sedang membicarakan tentang hal atau minat yang ia sukai.
Yang anehnya adalah Edgar jelas-jelas bilang dan terlihat seperti tidak merasa bermasalah dengan kerumunan orang, padahal Edgar sebenarnya sangat membenci keramaian. Siapapun yang mengenalnya, pasti tahu benar akan fakta bahwa Edgar selalu merasa tidak nyaman dengan suasana seperti itu.
Dan juga, hari ini Edgar tidak membawa Karl, rakun peliharaan kesayangannya, dan ketika ditanya akan hal itu dia dengan terus terang mengatakan bahwa ia sengaja meninggalkan Karl di rumah sendirian. Nabilah tahu benar bahwa Edgar selalu membawa Karl kemanapun ia pergi untuk kenyamanannya sendiri selama di luar rumahnya.
"Nana." Edgar memanggilnya, seketika menyadarkan Nabilah dari lamunannya sekali lagi.
"... Ada apa?" tanya Nabilah.
Edgar pun menunjuk ke tangan kanan Nabilah, seketika membuat Nabilah sendiri tersadar bahwa dari tadi tangan kanannya itu memegang sesuatu.
"Kenapa kau belum memakan permen kapas mu?"
- - - - -
Pada akhirnya, Edgar dan Nabilah menghabiskan perman kapas itu bersama. Ya, setidaknya itu cukup untuk membuat Nabilah merasa sedikit lebih baik, apalagi ketika melihat betapa manisnya Edgar pada saat itu.
Sekarang, mereka berkeliling melihat-lihat berbagai stan yang ada di taman hiburan tersebut, barangkali ada yang menarik bagi mereka. Dan benar saja, tak lama berkeliling, mereka berhenti di sebuah stan permainan berhadiah boneka.
"Nana, lihat boneka kucing itu! Lucu sekali, kan?" ujar Edgar sembari menunjuk sebuah boneka kucing yang terpajang di rak-rak boneka di stan itu.
Nabilah hanya membalas dengan mengangguk dan tersenyum kecil.
"Apa kau mau boneka itu, Nana?" tanya Edgar.
"Sebenarnya aku lebih suka boneka penguin yang itu." balas Nabilah sambil menunjuk ke arah sebuah boneka penguin yang terpajang tepat di sebelah boneka kucing yang dimaksud sebelumnya.
"Ah, kau suka penguin, ya? Baiklah, akan kudapatkan boneka itu untukmu!"
- - - - -
Hari sudah sore, Nabilah dan Edgar memutuskan untuk pulang sebelum matahari terbenam.
Bagaimana keadaan Nabilah sekarang? Ah, dia sudah merasa jauh lebih baik. Dia sudah cukup terbiasa dengan karakter Edgar hari ini yang menurutnya sangat aneh. Hari ini lumayan menyenangkan baginya, apalagi karena dia sudah mendapatkan boneka baru yang bisa ia peluk saat tidur.
"Hari ini... menyenangkan sekali, ya, Eddie?"
Tepat setelah Nabilah bertanya, Edgar tiba-tiba saja menghentikan langkah kakinya. Melihat itu, Nabilah pun ikut berhenti berjalan dan memasang raut wajah keheranan pada Edgar.
"Ada apa, Eddie?" tanya Nabilah.
Edgar hanya diam, dan tatapan matanya terlihat seperti kosong, Nabilah pun mulai khawatir begitu melihat itu.
"Hei, apa kau baik-baik saja?" Nabilah bertanya sekali lagi.
Lalu tiba-tiba saja Edgar menggeleng-gelengkan kepalanya dengan cepat, setelah itu ia mengedipkan kedua matanya berkali-kali, membuat Nabilah semakin keheranan.
"Eddie, apa ada yang salah?"
Edgar pun akhirnya berhenti mengedipkan matanya, lalu melihat ke arah Nabilah dengan raut wajah kebingungan.
Edgar pun bertanya, "Bagaimana aku bisa ada disini?"
"MAKSUD LO!?" Nabilah tiba-tiba ngegas hingga membuat Edgar kaget karena itu.
"IH KOK NGEGAS-"
"Shut-"
Nabilah langsung menyuruh kekasihnya itu untuk diam dengan meletakkan jari telunjuknya di depan mulutnya si pria.
"Aku ngegas kok kamu ikut ngegas, Ed?"
"T-Tadi itu reflek. Maaf."
Nabilah menghela napas, lalu bertanya lagi pada Edgar, "Apa maksudmu sebelumnya? Kenapa kau bertanya bagaimana kau bisa disini?"
Edgar menggaruk tengkuknya, lalu mulai menjelaskan, "Yah... Seingat ku, aku sedang menulis seperti biasa, dan sepertinya aku tertidur sekitar pukul 1 dini hari-"
"Kau begadang lagi?"
"T-Tapi itu sudah kebiasaan! Kebiasaan lama sulit hilang, kau pasti tahu itu, Nana."
"Ya, tapi harus berapa kali lagi aku mengingatkanmu bahwa sebaiknya kau mulai memperbaiki jam tidur mu?"
"Nana, aku sudah mulai melakukannya! Kalau tidak percaya, tanya saja pada Karl... Tunggu- dimana Karl? Apa dia kabur lagi!?"
Nabilah menghela napas lagi, lalu menepuk pundak Edgar, "Lanjutkan dulu penjelasan mu. Nanti akan ku jelaskan juga."
Singkat cerita, Edgar menjelaskan bahwa hal yang terakhir dia ingat hanyalah dia sedang menulis lalu tertidur, dan begitu dia kembali dalam keadaan sadar, dia sudah berada di tempat dimana ia sedang bersama Nabilah saat ini.
Nabilah terdiam untuk beberapa saat setelah mendengarkan penjelasan itu, ditambah dengan ekspresi datar kembali terlihat di wajahnya. Edgar sempat bingung karena reaksi Nabilah terhadap penjelasannya sebelumnya, sebelum kemudian ia terperanjat mendengar apa yang justru dikatakan Nabilah kemudian.
"Kau tahu apa, Eddie? Ternyata dugaan Mushitaro sebelumnya benar bahwa seharian ini kau itu kerasukan."
"Apa maksudnya itu!?"
"Jadi begini, seharian ini, kau aneh sekali."
"Aneh... bagaimana?"
Nabilah pun mulai menjelaskan tentang sifat-sifat aneh dari Edgar selama seharian ini. Edgar yang mendengarkan penjelasan itu hanya memasang raut wajah keheranan, dia sulit percaya bahwa semua sifat aneh dirinya yang dijelaskan oleh Nabilah itu benar-benar terjadi, apalagi ketika dia mengingat sesuatu yang sempat ia pikirkan semalam.
"... Tidak mungkin." gumam Edgar.
"Apa?" tanya Nabilah.
"S-Semalam... Semalam, aku sempat terpikir sesuatu..." balas Edgar.
"Apa yang kau pikirkan?" tanya Nabilah lagi.
Edgar diam untuk beberapa saat, kemudian ia menghela napas.
"... Aku sempat terpikir... Apa jadinya jika aku adalah orang yang ceria, banyak tersenyum, nyaman dengan suasana yang ramai, dan lain-lainnya seperti yang kau ceritakan sebelumnya." jelas Edgar dengan lirih.
"Yah... Siapa yang menyangka bahwa itu benar-benar akan terjadi meski hanya sehari?" lanjut Edgar.
"Kenapa kau memikirkan hal seperti itu?" Nabilah lagi-lagi bertanya.
"A-Aku hanya penasaran, apa mungkin kau akan semakin menyukaiku jika aku adalah orang yang seperti itu?"
Keduanya pun terdiam. Edgar sempat panik dalam hatinya, ia khawatir jika Nabilah mungkin tidak suka dengan balasannya itu. Tapi tiba-tiba saja, dengan satu tangannya masih memeluk boneka penguin, Nabilah menggunakan satu tangannya untuk mencubit keras pipi sang pria.
"Eh- eh??! N-Nana- Nana, hentikan!" Edgar mulai mengaduh kesakitan.
"Dasar konyol. Kenapa kau berpikir seperti itu, Eddie?"
Nabilah pun akhirnya melepaskan cubitannya itu sembari tertawa kecil.
"Aku sama sekali tidak bermasalah dengan kepribadian mu itu, justru kau itu benar-benar tipeku. Tidak ada yang perlu diubah dari kepribadian mu itu, kau sudah sempurna bagiku. Aku menyayangimu apa adanya, Eddie sayang."
Edgar semakin terdiam setelah mendengar pengungkapan yang tulus itu, rona merah muda mulai terlihat di wajahnya, dan secara tiba-tiba pun ia memeluk erat wanita yang dicintainya itu.
"E-Eddie?"
"Jika kau benar-benar berpikir begitu, baguslah... Rasanya, cukup lega untukku sekarang." gumam Edgar.
Nabilah tersenyum, lalu membalas pelukan erat yang hangat itu.
"Kau itu jangan sampai berpikir berlebihan sepertiku. Cukup aku saja, jangan kau juga, ya?" bisik Nabilah.
Edgar mengangguk-angguk, lalu bergumam, "Maafkan aku, ya, Nana..."
"Tidak apa-apa, kau tidak perlu minta maaf soal itu, sayang. Nah, bagaimana kalau kita pulang sekarang? Karl pasti sangat kesepian tanpa kita."
Edgar pun melepas pelukannya dari Nabilah, dan memasang raut wajah khawatir.
"Ah, kau benar! S-Semoga saja Karl tidak akan marah padaku nanti... terakhir kali dia menggigit ku, ah, itu benar-benar tidak baik, aku benci mengingat hal itu..."
"Baiklah, baiklah, kalau begitu ayolah, mari kita pulang, Eddie."
Nabilah pun menggenggam erat tangan Edgar, dan mereka pun akhirnya melanjutkan perjalanan pulang ke rumah Edgar sembari bercanda ria dengan satu sama lain.
"Hari ini memanglah hari yang sangat aneh. Tapi, hei, setidaknya aku mendapatkan pengalaman baru, kan?"
•••
-------
Yahaha fluff kok gaje sih
Tau deh, Nanab capek, jadi sekian sampe sini aja ya ges 🗿🙏
Words: 1898
-------
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top