📂 ❛ Phosphenes ༉‧₊˚✧
Dazai Osamu × Reader
Halu project - Halloween Event
Plot © LadyBrownies
(n). Semburat cahaya berwarna yang muncul setelah mengucek mata.
!!! [LONG-SHOT ALERT] !!!
(Tapi, kalau suka yang panjang-panjang, tempat dan waktu dipersilakan;D)
Kitsune POV
Handless; 零 Rei
Pada zaman dahulu kala, yaitu saat di mana ketika para youkai, siluman, roh, dan manusia saling hidup berdampingan tanpa adanya kedengkian yang berarti, itulah saat-saat hati para inari kitsune terpengaruh untuk membelot dari Dewa dan membangkang perintah-Nya dikarenakan betapa indahnya dunia pada saat itu.
Tetapi ...
"Yang berawal akan selalu berakhir, lantas untuk apa kita ada? Apa yang Dewa inginkan dari kita?"
"Entahlah.. Aku juga tidak mengerti."
... Dunia ini akan terus membusuk. Kebusukan yang benar-benar akan membuat isi perutmu keluar dari tempatnya dan juga membuatmu berkeinginan 'tuk merenggut dunia guna memperbaharuinya sebelum terlambat, egoisme itu adalah peringatan dari Dewa agar kamiーpara inari kitsuneーuntuk selalu patuh pada-Nya dan tiada berhak untuk sekalipun memberikan hati pada mereka yang memiliki akhir.
Kami pun hidup, pula kami memiliki jiwa dan akal. Pada dasarnya, hanya ekor dan telinga kami saja yang membedakan kami daripada wujud manusia sesungguhnya.
Bahkan akal pikiran para inari kitsune dan manusia juga 'tak jauh berbeda.
"Tapi kau punya kekuatan dan usia panjang diatas para manusia yang renta."
Dewa itu adalah Yang Berkuasa atas awal dan akhir itu sendiri. Kekuatan siapapun bisa saja lenyap dengan hanya satu hembusan angin dari-Nya saja.
Hanya boleh mencintai diri sendiri dan mencintai daripada pencipta diri ini ... Bukankah itu terdengar sedikit egois?
>0<
"Itu manusia terapuh yang pernah aku lihat."
"Saya bisa mengerti."
Percakapan aneh, kelam, dan suram ini menjadi pembuka kegiatan sehari-hari kami kala mengelilingi hutan rindang yang menjadi ikon terkutuk negara yang penuh kedisiplinan dan dedikasi tinggi ini untuk menangkap jiwa-jiwa yang berkeputusasaan akan tiada datangnya suatu kebahagiaan hidup di dalam diri mereka.
Kalau boleh aku sarankan, jika ingin mati cepat tanpa rasa sakit, kau hanya perlu membawa sebuah katana atau pisau dapurmu yang paling tajam. Asahlah dahulu, lalu potong urat nadimu dengan cepat.
Atau, kalau kau masokis. Tenggelamkan saja dirimu di sungai yang dekat hutan ini, maka kau akan mati dengan perlahan.
Tiap momen, tiap kejadian, tiap per detik peristiwanya haruslah dinikmati guna memberikan pelajaran sekali seumur hidup.
Ya, tapi setelah itu kau akan tiada dan akan selamanya mengembara dalam hutan ini, terus menunggu dengan rasa penyesalan yang 'tak tertahankan, terus bertanya-tanya sampai kapan rasa itu akan bertahan, dan kapankan waktunya 'tuk berakhir.
Kematian bukanlah jalan terbaik, tapi, kalau kalian tidak mati maka aku akan makan apa?
Tubuh yang tergantung oleh seutas lilitan tali tambang dan masih dalam keadaan hangat tersebut memiliki sisa waktu hingga beberapa saat lagi sampai seluruh kerja organnya terhenti sepenuhnya lantaran tali yang melilit lehernya tersebut pun mengakibatkan tersumbatnya aliran oksigen dam darah, membuat wajahnya membiru.
Saat kerja organnya telah berhenti, pada saat itulah jiwa manusia tersebut akan keluar dalam kondisi yang linglung dan tenggelam dalam duka tidak bisa menerima keadaan.
Sisanya, aku hanya perlu melahapnya sampai habis.
"Pergilah berkeliling, Akutagawa-kun. Kabari aku jika para manusia mental tahu itu mulai mengakhiri hidupnya ... Aku akan datang untuk melahap jiwa-jiwa ringan mereka yang disayangi oleh Dewa tersebut."
"Baikー uhuk uhuk!"
Kemudian, Akutagawa-kun berubah menjadi seekor naga bersisik hitam yang tidak akan memantulkan cahaya karena sisik-sisik Akutagawa-kun adalah jenis warna hitam yang paling gelap. Cahaya bulan dan cahaya manapun tidak akan mampu menembusnya, lalu netra ruby berwarna merah darahnya Akutagawa-kun adalah salah satu yang dapat menyaingi penglihatanku.
Oh ya, jangan lupakan kumis putihnya yang tidak bisa diam karena mencium banyak aroma yang tercampur aduk dalam satu waktu. Sejujurnya, aku juga sedikit terganggu dengan bebauan hutan ini.
"Apakah aku sudah.. mati?" Oh, jiwanya sudah keluar.
"Secara biologis, iya," balasku yang menjawab pertanyaan dan membuat raut wajahnya jadi berkerut karena ketakutan.
Lalu, tahukah kau, mereka yang di akhir hayatnya melihat wujud asliku adalah yang tidak pernah bernasib baik di kala semasa hidupnya. Itulah alasan kenapa Dewa menempatkanku dan mengutusku di hutan ini; hutan Aokigahara. Hutan terkutuk yang dijadikan sebagai lahan untuk berkeputusasaan para manusia fana.
Dan jiwa-jiwa orang mati tidak bisa sembarangan berkelana dalam dunia orang-orang hidup, harus ada yang membereskannya.
(Source: Pinterest ー Artist: Demon fox on Tumblr)
"HWAAA!! APA-APAAN KAU INI? M-mana mungkin kitsuneー!!"
"Orang mati yang melihat wujud asliku ... Juga adalah mereka yang tidak terpilih, karena sudah menyia-nyiakan nyawa yang disayangi oleh Dewa."
First touch; 一 Ichi
"Agak pahit, tapi 'tak apa."
Rasanya seperti apa, ya? Ada rasa yang sangat manis tapi ditimpa oleh rasa pahit yang tidak karuan. Ah, dan karena jiwa yang barusan aku makan tadi adalah seorang pria paruh baya, dan kadangkala aku juga iseng ingin merasakan jiwa dari berbagai kalangan manusia yang mengakhiri nyawa mereka di sini jadi aku tahu tiap-tiap rasa mereka.
Dan yang rasanya paling manis adalah pasangan yang dimabuk asmara dan mereka pun bunuh diri ganda.
Hanya saja rasa yang kali ini mirip seperti sesuatu ... Mungkin, lebih ke bau rohnya yang mirip akan sesuatu?
"Kitsune-san, kitsune-san. Irasshaimasuka? (Apa kau ada di sini?)."
Memanggilku dua kali, bertanya apakah kehadiranku ada di sekitarnya, lalu membuat suara ketukan sebanyak tiga kali, dia pikir aku Hanako-san? Inari kitsune sepertiku sungguh tidak bisaーdan itu sangat tabuーdan aku pun menolak keras disama-samakan dengan yurei Hanako-san yang pasaran itu!
Aku ini inari loh, inari!
Kalau ingin memanggilku, harus dengan cara dan ritual yang khusus. Dengan begitu kalian akan mengerti betapa sebuah petuah jika aku menjawab panggilan kalian.
"Kitsune-saaaannnn! Sekarang sudah musim gugur lagi dan sudah halloween lagi lhooooo! Kitsune-san, kalau kau tidak keluar aku akan menelan bola kitsuneー"
"HOI! JANGAN SEMBARANGAN DENGAN BENDA KERAMAT ITU!"
"Salahmu yang tidak muncul kalau tidak aku ancam."
"Kau benar-benar tidak punya urat takut karena sudah mengancamku yang merupakan inari kitsuneー"
Dengan wajah-tanpa-dosanya itu, ia berkata dengan sangat entengnya, sampai-sampai aku merasakan tatapan nanar Akutagawa dari kejauhan, terpaku pada gadis yang tidak tahu kata takut itu. Sepertinya tidak ada kata 'takut' di kamusnya.
"Memangnya kenapa kalau kau inari?"
Kenapa aku begitu berharap dengan gadis bodoh ini? Toh, aku hanya perlu menunggunya mati karena usia. Dan setelah itu aku akan mendapatkan kembali bola kitsune milikku. Dan hal seperti ini tidak akan pernah terjadi lagi. Suatu aib bagiku yang membiarkan diriku dimanfaatkan oleh seorang manusia yang berusia singkat.
"Kalian para manusia benar-benar tidak akan mengerti tentang kami."
"Aku tahu, kok~ Setiap hari tanpa henti, kalian selalu muncul di depan wajahku. Kalian selalu mengejutkanku, menjahiliku, membuatku salah tingkahー"
"Kami sama sekali tidak berniat melakukan itu, kau yang melakukannya. Matamu itu adalah berkat untuk menghubungkan yokai, oni, inari, yuurei kepada para manusia."
Kemudian gadis ini berdecih keras dan menatapku dengan sorot mata kemarahan seorang manusia, aku suka itu. Tampaknya aku sukses membuat keadaan terbalik dan akhirnya pun ia kesal sendiri karena aku mengungkit kecerobohannya waktu itu.
Sementara itu, Akutagawa-kun yang tadi sudah aku suruh pergi karena aku tidak ingin ia membunuh seorang manusia punーtermasuk gadis yang sangat-sangat pemberani iniーhanya karena ingin membantuku untuk membersihkan daerah ini daripada manusia yang merugikan.
Dari kejauhan sana pun aku bisa mendengar geramannya yang menggelegar, tapi sayangnya untuk kali ini di setiap tahunnya, aku tidak akan menjawab geramannya tersebut. Akan ada saat aku meninggalkan untuk memakan jiwa-jiwa manusia dan membiarkan mereka untuk berkelana selama satu malam penuh ... Semua demi gadis iniーaku melakukannya agar ia tidak macam-macam dengan bola kitsune milikku
"Ano, Dazai-san.."
"Hm~? Doushitano (Ada apa), Gin-chan?"
Akutagawa Gin, si naga kecil yang merupakan adik dari Akutagawa. Ia sungguh pemalu, dan itu membuatnya terlihat sangat feminim. Walau begitu, wujud naganya pun sama mengerikannya seperti wujud naga kakaknya.
"Apakah Dazai-san hendak keluar hutan bersama manusia itu? Bahkan ini bukan yang pertama kalinya, sebenarnya apa yang terjadi di antara kalian sampai manusia itu memiliki bola kitsune milik Dazai-san?"
Pengamatannya pun cermat. Kemampuannya untuk merasakan keberadaan yokai, oni, yuurei sendiri sangat tinggi. Ia juga memiliki hawa keberadaan yang tipis. Salah-salah, seorang manusia biasa saja akan langsung terbelah menjadi dua.
"Iya, aku akan pergi. Ini tidak akan lama, aku akan kembali sebelum matahari terbit," kataku yang berusaha mencoba menghindari pertanyaan Gin tentang bola kitsune milikku yang ada di tangan manusia.
"B-baiklah.. Akan aku sampaikan pada kakak."
"Tolong ya, Gin-chan~"
Second step; 二 Ni
"Oi, kitsune."
"Tolong panggil aku dengan sopan, nona."
"Jarang-jarang kau memanggilku nona."
"Itu merupakan tata krama dasar, kita semua tahu itu."
Dari Distrik MinamitsuruーAokigaharaーke Akihabara, sekiranya membutuhkan waktu sekitar beberapa puluh menit. Sebenarnya aku bisa saja menggunakan kemampuan supernaturalku agar bisa ke sana lebih cepat, tetapi itu hanya akan memperjelas bahwa aku adalah inari. Tentu saja, aku harus menyamar sebagai manusia yang melakukan cosplay. Terlebih lagi, aku hanya ingin menikmati waktuku berjalan-jalan di luar hutan, itu saja.
Dalam perjalanan kali ini, kami menggunakan kereta. Walaupun orang-orang memandangi kamiーdan terfokus padakuーtapi setidaknya mereka memaklumiku yang 'berpenampilan' seperti kitsune karena malam ini adalah malam halloween.
Tidak akan ada yang mencurigaiku. Tidak ada yang tahu aku adalah kitsune. Setidaknya, kecuali satu orang. Gadis ini dengan matanya yang seperti langit fajar yang tertutup awan, membuatku bertanya-tanya kepada Dewa, apakah keuntunganku jika aku membiarkannya terus hidup dengan dirinya mengetahui kalau aku adalah seorang inari?
Dan apa keuntunganku jika aku membunuh manusia hidup dengan tangaku sendiri? Akankah itu melenceng dari tujuanku?
・
Sedari awal pun, menempatkanku di hutan terkutuk ini adalah salah. 稲荷 Inari adalah perwujudan dari Dewa Pertanian, tapi kenapa aku ada di sini?
"Pastikan agar dirimu tidak menghilang lagi, aku tidak suka menyia-nyiakan roh manusia yang sudah aku makan," ujarku berbisik supaya tidak ketahuan, meski di kereta ini hanya ada sekitar lima orang saja.
"Reiko-kun, kau mengkhawatirkanku?"
霊孤 Reiko, yang artinya adalah arwah rubah. Bukankah nama itu sebegitu kentaranya untuk dijadikan sebagai nama samaranku? Lagipula, orang-orang yang bisa merasakan dan melihat sosok tak kasat mata pun tidak hanya dia saja. Wanita ini benar-benar mempermainkanku.
"Berhenti memanggilku Reiko, itu terdengar seperti nama perempuan."
"Kau bahkan tidak menyukai namamuーyang kuberikan padamuーkarena ada 'Ko' di belakangnya, begitu?"
"Rasanya aku benar-benar ingin menyeretmu ke rumahku supaya tanaman parsley, tomat, cabai, dan seladaku bisa tumbuh dengan baik berkat engkau yang merupakan Dewa Pertanian!"
"Hentikan. Dramanya sudah selesai, tidak perlu mengucapkan dialog itu lagi, kan?"
Aku berusaha sekeras mungkin agar wanita ini tidak terus-terusan mencoba membongkar identitasku yang serba-apa-adanya ini. Salah-salah, Aokigahara bisa ditutupーwalau itu tidak mungkinーdan aku akan kekurangan pasokan roh yang telah aku tampung setelah sekian lamanya.
Dan jika saatnya sudah 'tiba', aku akan mengantarkan roh-roh ini ke Dewa dan mereka akan diadili. Namun, sebelum itu, aku akan menghisap sisa-sisa energi kehidupan yang tersisa dan setiap roh bisa membuatku hidup sampai seratus tahun.
Ada begitu banyak orang yang mengakhiri hidupnya di hutan suram tersebut. Bahkan, ada kemungkinan aku masih bertahan di hutan tersebut dan melihat bagaimana dunia akan berakhir dan musnah.
"Ayo, Reiko. Kita sudah sampai! Akan aku pamerkan kau ke teman-temanku, betapa naturalnya ekor dan telinga kitsune yang kau buat dari jauh-jauh hari itu!"
Teman ... DIA BENAR-BENAR INGIN MEMBUATKU KETAHUAN!
"SIALANー"
Jemarinya yang lengkap, putih, halus, benar-benar sempurna untuk ukuran wanita muda. Lalu senyumnya yang lebar dan murni memancarkan kebahagiaan. Setitik air mata di ujung matanya. Alisnya melengkung dengan cantik, dan tetap sempurna walau ia mencariku di hutan gelap tersebut seorang diri.
Karena [Y/N] adalah manusia, aku membencinya. Tetapi, kalau ia terlahir kembali sebagai inari, atau diriku sebagai manusia yang sama dengannya. Entah kenapa, aku mengharapkan sesuatu yang lebih.
Dan Dewa mengutuk para inari yang mengharapkan 'sesuatu yang lebih' kepada manusia fana. Karena itu hanya akan menimbulkan rasa sakit, juga pengkhianatan terhadap Dewa.
Manusia itu ... Sangat manipulatif.
Night the Third; 三 San
"Norak."
"Ketinggalan jaman."
"Kuno."
"Apa-apaan dengan perbanmu itu, seperti habis kecelakaan hebat saja. Lebay."
Dan manusia sangat blak-blakan. Berani-beraninya mereka mencemooh inari yang agung. Atau aku harus mengutuk mereka? Kimono biru dan getaーsandal kayu Jepangーyang aku kenakan ini adalah harta karun budaya negara ini, bisa-bisanya bocah-bocah ini..
Dan perban ini bukan semata-mata aku memakainya karena menyukainya, perban ini berguna untuk menyegel kekuatanku saat aku dalam keadaan berwujud menyerupai manusia seperti saat ini.
Kalau kulepas, kalian sudah kukutuk menjadi kimono dan geta, selamanya.
Aku sangat sakit hati.
"Kalian tidak terlalu kasar?" [Y/N] mencoba menengahi teman-temannya. Kau berharap terlalu tinggi, [Y/N].
Di antara orang-orang yang bercosplay menjadi serigala, malaikat pencabut nyawa, penyihir, dan vampir. Mungkin aku satu-satunya yang cosplay menjadi mahkluk 'khayalan' lokal Jepang di sini. Walau menyakitkan, mereka ada benarnya.
"Kalau diingat lagi, ini bukan pertama kalinya tuan kitsune bercosplay menjadi kitsune, kan? Tiga tahun berturut-turut, lho."
"Gila.."
"Parah sekali."
"Kalian ... Betapa teganyaー AKH DINGIN!"
Bola kitsune dan kitsune itu sendiri bagaikan tubuh dan jantung. Ketika marah, gelisah, takut, maupun bahagia, bola kitsune itu akan bereaksi mengikuti si kitsune.
Aku harus pergi dari kerumunan ini. Aku benci manusia, aku benci kehidupan. Kematian adalah sesuatu yang melekat denganku, tapi aku adalah Dewa Pertanian. Kenapa dunia ini begitu membingungkan!
"Kita harus kembali sebelum tengah malam. Cepatlah jalan-jalan dan beli apapun, lalu pulang."
"A-ah, oke."
Aku benci berjalan.
Terdengar sayup-sayup angin setelah keberadaan kami sepenuhnya terhalang oleh keramaian, pemandangan kota yang gemerlap dalam kegelapan malam tergantikan oleh pemandangan gelap di suatu perbukitan yang sunyi.
Aku sudah lama berdiam diri di hutan, berpindah ke keramaian terasa menyesakkan.
"E-eh, kenapa di sini?"
"Sudah waktunya untuk kau mengembalikan bola kitsune itu. Aku bosan meminjamkan penglihatanku kepadamu."
"... Secepat ini?"
"Kembalikan atau mati."
"Hah.. Aku hubungi kakakku dulu, boleh?"
"Cepat hubungi lalu pulang dan jalani operasimu dengan baik. Aku benci manusia."
Aku berjalan menjauh darinya, mulai menjaga jarak dengan perubahan sikapku yang drastis. Bagaimanapun, aku selalu menagih dan akan melaksanakan janji sesuai apa yang sudah disepakati, tidak peduli bagaimana situasinya, tidak ada kata keringanan.
Sekalinya disepakati, maka kesepakatan itu dimulai dan berakhir sesuai apa yang sudah ditentukan.
"Kak, bisa jemput aku? Aku akan share location-ku, tolong jemput aku. Terima kasih."
Setelah itu, hanya ada kesunyian. Dewa melarangku untuk melakukan interaksi yang lebih dari apa yang sudah menjadi tugasku, sementara itu aku membuat kontrak dengan manusia. Meskipun kami hanya bertemu pada saat-saat halloween saja, yaitu di mana aku bisa keluar hutan tanpa dicurigai oleh orang lain sebagai inari kitsune, aku yakin Dewa pasti membenciku.
"Kau membual, Dazai. Membenci manusia? Bahasa lainnya adalah terobsesi."
"Berikan padaku, sekarang."
"... Bisakah aku menyimpannya sampai operasi mataku selesai? Penyakit glaukoma ini bisa membuatku buta, lho."
"Glaukomamu, urusanmu. Selebihnya, kembalikan bola itu."
Tubuh [Y/N] bergemeretak, entah itu karena udara dingin di bukit ini atau perasaannya yang terguncang karena perkataanku. Yang kuinginkan adalah mengakhiri semua ini sebelum Dewa memberikan perintah mutlaknya kepadaku untuk menarik roh manusia hidup secara paksa.
"Jangan memancingku, [Y/N]."
"[Y/N]? Ini pertama kalinya kau menyebut namaku di depanku langsung. Ya.. Baiklah, akan kuberikan."
Kemudian aku melirik pada tangan [Y/N] yang memegang sebuah bola seukuran telapak tangannya. Dan dengan kemampuan supernaturalku, bola itu mencoba mencari pemilik aslinya dan terbang ke arahku, kemudian berhenti sejenak dengan kilau warna-warni pelangi.
Dan ketika aku menyentuh bola itu, bola tersebut berubah warna menjadi emas dan segera menembus ke dadaku.
"Dengan ini, kontrak kita dengan kau membantuku memulihkan bola ini, dan hutang budiku meminjamkan penglihatanku padamu ... Sudah selesai."
"Otsukaresama, inari-sama. Memiliki indra keenam itu merepotkan, ya? Aku harus mengusap-usao mataku sampai muncuk warna pelangi demi bisa bertatap mata dengan kalian. Tetapi, hasilnya sepadanー"
"[Y/N]!!"
Suara seseorang yang meneriakkan nama [Y/N] dari kejauhan semakin jelae terdengar. Aku rasa ini waktunya bagiku untuk pergi. "Doppo-nii selalu cepat seperti biasa, ya?"
"... Semoga beruntung dengan pengobatanmu." Aku memutuskan untuk tidak mengambil banyak waktu lagi, Dewa sudah berbaik hati memberiku waktu untuk menyelesaikan kontrakku dengan [Y/N]. Jadi ...
"Terima kasih sudah meminjamkan penglihatanmu yang luar biasa. Sampai jumpa lagi."
... Inilah akhirnya.
>0<
2660 word-^-
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top