📂 ❛ Lonely ༉‧₊˚✧

Lucifer mengalami gangguan belakangan ini. Gangguan ini tak dapat digolongkan sebagai gangguan pada syaraf, organ dalam, maupun mental. Meskipun jarang mendapat gangguan, Lucifer tetap merasa jengkel.

Jarum pendek jam sudah berada di angka dua tepat, dan Lucifer belum mendapatkan istirahat yang diidamkannya. Tiba-tiba, suara piano dari ruang musik bergema keras.

"Apa lagi kali ini?" Segera Lucifer ke luar dari kamarnya, beranjak menuju ruang musik guna melihat apa yang terjadi.

Ia buka pintu ruangan dan tak menemukan siapa pun, selain debu yang beterbangan.

Halloween Event🎃

Lonely || LuNa

Obey me © NTT Solmare

Special tag ➜ justcallme_shi

Plot © DeadChuu

Total words : 494

"Siapa di sana?!" seru Lucifer dengan nada tanya sembari menutup pintu dan berjalan lurus ke depan.

"Ke luar! Aku tidak akan marah. Aku hanya ingin melihatmu."

"Bukankah kau akan menceramahiku selama tiga jam?"

Lucifer menggeleng. "Jika kau ke luar dari sana dan tak lagi menggangguku, aku tidak akan memarahimu."

"Aku berada di depanmu."

"Di mana?"

"Di depanmu."

"Berhentilah bermain-main dan ke luarlah!"

"Aku tidak bermain-main denganmu, Lucifer!"

Lucifer terkejut mendengar seruan dengan nada khas seorang perempuan. Pada detik berikutnya, barulah Lucifer memahami apa yang sedang terjadi.

"Hantu ...?"

"Lama sekali sadarnya, Mr. Morningstar," protes hantu itu, membuat Lucifer menghela napas panjang.

Lucifer kembali dikejutkan oleh Si Hantu. Pasalnya, hanya ada satu manusia yang berani memanggilnya dengan sebutan itu.

"Shena?"

"Akhirnya, kau mengenaliku," ujar hantu itu dengan nada gembira.

Lucifer terdiam. Mata merah dengan gradasi hitam miliknya menelisik di sekitaran piano.

"Ada apa?" tanya Shena.

"Bolehkah aku memelukmu?"

Shena tertawa geli mendengar pertanyaan Lucifer. "Memangnya, bisa? Kau bahkan tidak dapat melihatku, Uci."

Lucifer tertegun. "Kalau begitu, apa alasanmu kembali setelah lewat satu abad?"

"Menjenguk suamiku."

"Setelah satu abad lamanya?"

"Yah, aku baru sempat sekarang."

Lucifer menghela napas, kemudian duduk di adjustable piano bench atau yang lebih dikenal dengan kursi piano. Jemari lentiknya yang tak lagi dilapisi sarung tangan hitam menari di atas notasi hitam putih piano.

"Aku jadi teringat sesuatu," celetuk Shena, tak membuat Lucifer menghentikan permainannya.

"Dan, apa itu?"

"Kalau tidak salah, kau memainkan piano saat melamarku, bukan?"

Barulah permainan Si Makhluk Abadi itu berhenti. "Benarkah?"

Terdapat jeda penuh hening sebelum Shena melontarkan pertanyaan dengan nada miris. "Kau melupakannya, Uci?"

Lucifer menggeleng cepat. "tidak. Tentu saja, tidak. Bagaimana mungkin aku melupakan tulang rusukku?"

Notasi rendah piano ditekan secara bersamaan, menimbulkan suara keras nan abstrak. Lucifer tatap sebelah kirinya dengan raut sendu.

"Shena …."

"Bukankah kau sudah berjanji untuk tidak melupakanku? Lantas, mengapa kau melupakanku, Lucifer?"

"Aku tidak …."

"Kau melupakanku!" Shena berseru, memotong penjelasan Lucifer. "Berhentilah berbohong dan hadapilah kenyataanmu."

"Lakukanlah hal yang sama, Shena." Lucifer beranjak dari adjustable piano bench. "Berhentilah mengunjungiku setiap halloween."

Helaan napas panjang terdengar dari arah piano. "Kuharap, aku dapat memelukmu."

"Pagi akan datang." Ia buka pintu ruangan musik. Dan tanpa melihat kebelakang, ia berujar, "sampai jumpa, hantuku."

"Bisakah kau berdiam diri sesaat bersamaku? Aku kesepian tanpamu, Luci …."

Iya, tamat

Sesungguhnya, saya sedang tidak niat bikin angst, tapi mau nyiksa LuNa.

Bekal saya adalah nekat.

30 Oktober 2021,
Sharon & Diavolo

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top