📂 ❛ Devil in Disguise ༉‧₊˚✧
Hunter x Hunter © Togashi Yoshihiro
R: 15+
Warning: club, cigarettes, alcohol, murderer, implisit scene, etc.
Plot © susukadaluarsa
***
"Selamat datang."
Kehadiran si lelaki di toko bernuansa gelap itu disambut suara lembut seorang perempuan, maniknya mengarah ke sumber.
Sumbernya sosok wanita yang bibirnya mengulas senyum manis, kontras dengan penampilan serba hitam dan rokok yang terapit di celah dua jarinya.
Menaruh rokok di meja kasir, si penjaga sekaligus pemilik toko bertanya, "Ada yang bisa aku bantu?"
"Saya ingin membeli pernak-pernik Halloween."
"Kau mau membeli semua isi toko, Tuan? Di sini semuanya hiasan Halloween, lho."
Si lelaki berjengit canggung, kemudian manik obsidiannya memutari seisi toko yang didominasi hiasan mengerikan seperti tengkorak, topi penyihir, dan hal-hal khas Halloween lain.
"Mau kupandu? Tampaknya kau baru sekali ke toko Halloween."
"Ya, silakan."
Menuju sudut toko, sang wanita menarik toples labu Jack O'Lantern. "Ini? Untuk menampung kukis ataupun permen. Boleh juga rangka tubuh manusia untuk menakuti anak-anak."
"Kalau ini bagaimana?" Tangan si pria menempel di etalase yang memajang tengkorak-tengkorak manusia.
"Sayangnya tidak dijual dan hanya jadi penghias toko."
"Oh, begitu."
Memandangi ekspresi datar lelaki di sebelahnya yang terlihat polos, sang wanita tertawa kecil, tetapi tak diindahkan oleh sang lawan jenis. Ia selami sepasang obsidian bundar yang bersinar ditimpa cahaya lilin, indah dan menampakan kesan lugu.
Mata yang lugu, tapi aku melihat ada kegelapan di baliknya. Kau bukan laki-laki biasa.
"Aku beli ini saja."
"Toples bergambar tengkorak? Oke. Kau suka biskuit, ya?" Mengambil barang yang diinginkan pelanggagn, sang wanita bergegas ke meja kasir. Rambut sepunggungnya yang dicat hitam berayun diiringi suara benturan kecil ujung sepatu tingginya dengan lantai licin.
"Pudding caramel."
"Salah satu makanan favoritku! Apa kau sudah mencoba pudding cokelat? Rasanya juga tak kalah enak."
"Ya memang enak, tapi saya lebih suka pudding caramel."
"Kukira kau suka biskuit karena memilih toples."
"Teman-teman saya yang menyukainya."
"Teman yang sangat perhatian."
Pendiam dan terlihat polos, orang-orang awam pasti mengiranya seperti itu. Sampul yang sempurna tanpa celah kecacatan.
Si lelaki memandangi sang perempuan yang mengemasi barang yang akan ia beli ke kardus, lalu memasukannya ke dalam kantong kain hitam. Ia tak peduli dengan toko ini yang isinya hanya seorang perempuan sebagai pemilik sekaligus pegawainya, lagi pula dia hanya berniat berbelanja. Tak ada niat bertanya mengapa sang puan mengurus tokonya sendirian
"Siapa namamu kalau boleh tahu, Tuan?"
"Chrollo Lucilfer."
"Semoga kita bertemu lagi, Tuan Lucilfer!"
He's my type.
***
"Hei, aku istirahat sebentar! Ck, dia terhanyut arus pesta. Ya sudahlah, biarkan saja."
Membawa gelas anggur dingin di tangannya, sang wanita menepi ke pinggir hiruk pikuk pesta. Dapat ia lihat orang-orang berkostum hantu yang menari-nari sesuai tempo musik. Mungkin ada makhluk halus yang terselip di sana ikut berpesta bersama para manusia.
"Ugh, panas juga." Si wanita melepas kostum putih panjang dan ia lempar ke sudut ruangan, tinggal kaus dan celana pendek yang tadi ia pakai sebagai dalaman.
"Tidak sopan melepas pakaian di tempat umum, Nona Toko Halloween."
"Oh ... Tuan Lucilfer? Pfft ... apa-apaan kostummu itu?"
"Teman saya memberi kostum ini. Norak, ya?"
"Sudah jelas!" Chrollo turut melepas luaran pakaiannya yang berwarna oren dan norak kata sang puan yang meledakan tawa di sebelahnya.
"Katanya tidak sopan melepas pakaian di tempat umum," celetuk si perempuan, sedikit menirukan gaya bicara datar Chrollo.
"Saya hanya melepas luaran."
"Aku juga hanya melepas luaran. Lagi pula kostum itu membuatku kepanasan."
Sang wanita menatap hamparan cahaya yang terletak puluhan meter di bawah, berbeda dari suasana pesta yang remang-remang, tak ada bedanya manusia dan makhluk halus di sana-kecuali dirinya dan beberapa orang lain yang menyingkir dari keramaian.
"Kau lebih nakal dari sebelumnya."
"Eh?"
"Beberapa hari yang lalu kau terlihat lugu dan pendiam, tak dapat kubayangkan kau memegang segelas vodka seperti hari ini."
"Apa saya seperti orang baik di mata Anda, Nona?"
"Ya! Kau terlihat lugu untuk ukuran seorang laki-laki dewasa."
Si nona menenggak minuman di dalam gelas yang ia genggam. "Oh iya, aku belum memperkenalkan diri, aku (Name) (Surname). Senang mengenalmu. Bolehkah kita berbincang sebelum pesta ini berakhir? Temanku hanyut dalam keramaian."
Sambil melepas kain di dahinya, Chrollo berujar, "Tentu, Nona (Surname). Teman-teman saya juga ada yang pulang duluan karena sudah mabuk duluan."
Terlihat simbol sakral di dahi si lelaki. Si wanita terkekeh, ia juga mencetak simbol yang sama di punggungnya. "Penampilanmu agak norak, tapi agak suram juga. Biasanya orang yang norak itu kutu buku, apa kau suka membaca buku?"
"Teman-teman saya juga sering mengatakan gaya pakaianku norak. Dan Anda benar, saya suka membaca buku tentang apa saja."
"Suka novel misteri?"
"Lumayan."
"Sepertinya kita punya beberapa kesamaan, temanku juga bilang gayaku norak karena tindikan di telinga dan riasanku yang serba hitam, malah menurutku dia yang berlebihan dengan gaya warna-warna terangnya."
Alur percakapan mengalir lancar, bahkan tawa menyelingi. Di mata orang biasa, mereka seperti sepasang manusia yang akan membangun relasi romantis, tapi di benak masing-masing tengah meneliti lawan bicara.
Sama-sama tahu jika sosok yang di depan mereka bukanlah orang biasa.
Mereka mengincar satu sama lain.
"Kau sudah mengencani berapa wanita?"
"Saya belum pernah kencan."
"Payah. Mau kuajari caranya berkencan?" Si wanita mencondongkan diri, dengan sepasang matanya yang berkilau diterpa bias cahaya pemandangan kota.
Sekilas matanya berkilat merah muda, salah satu warna bola mata yang langka dan paling dicari di pasar gelap, warna yang hadir di saat pemiliknya berada di kondisi puncak adrenalin. "Maaf, sa-saya ...."
Lagak yang sangat sok polos.
"Tidak apa-apa kalau kau masih canggung, aku akan berlemah lembut." (Name) menarik lembut dagu Chrollo, seakan menarik fokus pria itu tertuju ke warna merah muda yang kembali muncul di matanya.
Aku tahu kau bukan sosok yang ragu mencabut nyawa orang di depanmu. Aku juga tahu kau mengincar sepasang mata ini.
"Coba saja dulu, kasihan laki-laki berusia akhir dua puluhan sepertimu belum mendapatkan pengalaman apa-apa."
Coba bunuh aku sekarang kalau kau bisa.
"Oi, (Name)! Ck, di mana bocah liar itu?"
Kau tak bisa 'kan? Kau pasti menunggu bola mataku benar-benar berubah menjadi merah muda.
"Sial, harusnya kau mengatakan padaku kalau sudah menemukan target baru."
Kira-kira mana yang akan tersimpan apik di balik kaca? Tengkorak atau sepasang mata merah muda?
***
Jadi... ini baju norak yang dipake chrollo.
JAMET BANGET GAK KUAT AWOKAWOK
Chrollo ni bajunya jamet semua deh, kecuali tuxedo
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top