🦋 ❛ Moonlight ༉‧₊˚✧
❝ 𝑇𝒉𝑒 𝑚𝑜𝑜𝑛 𝑖𝑠 𝑏𝑒𝑎𝑢𝑡𝑖𝑓𝑢𝑙, 𝑖𝑠𝑛'𝑡 𝑖𝑡?❞
‿︵‿︵‿︵୨˚̣̣̣͙୧ - - - - - ୨˚̣̣̣͙୧‿︵‿︵‿︵
Halu_Project's event • Kebersamaan
Moonlight || DiaRon (Diavolo x Sharon)
Obey Me © NTT Solmare
Plot © DeadChuu
Total Words : 792
Tw!
• Suicide attempt.
• Aftermath lesson 16.
Enjoy~
[10 Januari 2022,
Sharon]
‿︵‿︵‿︵୨˚̣̣̣͙୧ - - - - - ୨˚̣̣̣͙୧‿︵‿︵‿︵
Tangisan para awan pemarah beberapa bulan lalu membeku. Perlahan, air mata mereka berubah menjadi kristal padat dan bertemu dengan permukaan tanah. Cuaca panas di Devildom berubah menjadi dingin.
"Aku baru tahu bahwa cuaca di Devildom juga mengalami perubahan."
"Ah, Sharon." Kedua alis bertaut, diikuti ekspresi tak yakin khasnya. "Sudah malam. Mengapa tak kunjung tidur?"
"Bagaimana bisa aku tidur dengan tenang kalau bulan sedang berpesta bersama para bintang."
"Cemburu?"
"Bukan." Sharon menggeleng, kemudian menampilkan raut jengkelnya. "Aku sedang mencoba untuk mengatakan bahwa aku tidak dapat tidur, Diavolo!"
Diavolo tertawa lepas. Hal itu membuat Sharon semakin geram.
"Tapi, kaubenar. Rembulan sedang menikmati waktunya."
Kedua bahu Sharon naik. "Yah, mereka pasti sedang merayakan pencapaian Si Rembulan. Ahh, irinya."
"Mengapa kau merasa iri terhadap benda mati?"
Sharon menghela napas panjang. Ia naik ke atas pagar balkon dan duduk di sana.
"Habisnya, bulan selalu merasakan kebersamaan yang-sepertinya-tak pernah merengkuhku," ujar Sharon.
Air muka nelangsa tercipta di wajah Sharon. Dibuat iba lawan bicara.
"Maaf."
Kata sederhana itu meluncur begitu saja tanpa persetujuan Si Pemilik. Dua jiwa terkejut.
"Maaf untuk?"
Mereka terdiam cukup lama. Si pria menatap ke atas; bulan, sedang si gadis melihat ke bawah.
"Segalanya."
Terdapat jeda beberapa saat sebelum Diavolo memberikan tanggapan. "Apa yang terjadi bukanlah kesalahanmu, Sharon."
Sharon mengangguk. "Apa aku boleh meminta sesuatu?"
"Tentu saja. Katakan apa permintaanmu."
Sharon tatap wajah Diavolo lekat-lekat sembari mengerjapkan matanya berkali-kali.
"Tidak jadi. Aku lupa."
Hening mengambil alih. Perlahan tapi pasti, salju mulai berjatuhan dan membuat suhu merendahkan dirinya.
Retina Sharon berbinar. "Salju?!"
Sharon mengulurkan tangan kanannya agar ia dapat menyentuh butiran salju. Ia lupa bahwa ia sedang duduk di atas pagar balkon. Sharon tergelincir. Buru-buru Diavolo raih pergelangan tangan Sharon.
Bukannya menunjukkan rasa bersalah, Sharon justru tertawa konyol. "Maaf, Diavolo. Kalau kau tidak keberatan, lepaskan saja genggamanmu."
"Jangan konyol, Sharon!" sentak Diavolo. "Kau akan kehilangan nyawamu, jika aku melepaskanmu!"
"Setidaknya, aku akan jatuh di atas tumpukan salju. Dan menurutku, itu indah ...."
Diavolo terlihat marah. Ekspresi Si Calon Raja itu menimbulkan rasa geli dalam dada Sharon.
"Serius, Diavolo? Sebegitunya takut kehilanganku? Atau, takut impianmu berhenti di tengah-tengah?" tanya Sharon dengan nada jenaka.
"Tutup mulutmu." Ia pun mulai menarik tubuh Sharon.
"Aku hanya bercanda ...."
Segera Diavolo peluk diri Sharon yang menggigil.
"Jangan berani-beraninya melakukan percobaan bunuh diri lagi, Sharon!" peringat Diavolo, penuh penekanan.
"Aku tidak dapat menjanjikan apa pun."
"Perubahan cuaca sudah mempengaruhi cara berpikirmu. Ayo, masuk."
"Lima menit lagi, ya?" tawar Sharon seraya mengangkat kelima jari sebelah kanannya.
"Tidak."
"Kumohon."
Diavolo menghela napas panjang. "Baiklah. Tetapi, jangan coba-coba untuk terjun dari sini lagi. Mengerti?"
"Iya!"
"Serius?"
"Tidak, sih," ujar Sharon diakhiri tawa.
Mencoba untuk mengubah topik pembicaraan, Diavolo menunjuk lurus ke arah rembulan.
"Lihat."
"Bulan?"
"The moon is beautiful, isn't it?"
"I can die happy, now."
Kedua netra biru laut menatap kagum pada sang rembulan. Sedang, netra emas pucat mengagumi dara di sampingnya.
"Kurasa, kau tidak perlu cemburu kepada rembulan. Benda mati itu memang indah dan selalu dibendung oleh kebersamaan. Tetapi, kau dan dia tak ada bedanya."
"Rancu."
"Siapa?"
"Kamu. Dan, perasaan kita."
Iris saling bertemu. Setelah lewat beberapa milidetik, tawa tergelincir dari ceruk bibir kedua insan tersebut. Suasana dingin di sekitar pun mulai tertutupi oleh gelak mereka.
Diavolo raih kedua tangan Sharon.
"Bisakah kita tetap seperti ini?"
Pertanyaan itu Sharon respon dengan gelengan cepat.
"Kenapa?"
Sharon menaikkan kedua bahunya. "Mengapa tak kau biarkan aku pergi dan menunggu waktu saja?"
Diavolo kembali memasang raut masam.
"Diavolo .... Mari, kita akhiri semua hal konyol ini dan mengubur kebersamaan kita."
"Jangan konyol-"
"Aku tidak ingin menetap terus menerus!"
Ia tarik pinggul Sharon kasar. Telapak tangan kanan menangkup wajah Sharon.
"I will never let you go."
Sharon terdiam cukup lama. Lantas, si gadis tersenyum pahit.
"Aku ... sudah tiada, Diavolo. Berhentilah memeluk kebersamaan lama kita, dan relakan diriku."
‿︵‿︵‿︵୨˚̣̣̣͙୧ - - - - - ୨˚̣̣̣͙୧‿︵‿︵‿︵
End~
Pojok berbagi~!
DiaRon angstable. Change my mind.
Hai! Kamu baru selesai membaca yumejoshi dengan pairing Diavolo x Sharon. Benar! Ship-nya sama diriku sendiri, nyahahhaha! Kenapa? Karena, aku bisa.
Maaf, kalau semisalnya tak sesuai ekspektasi, hehe. Bikinnya satisfying, sih. Aku suka!(≧▽≦)
Tapi, agak malu juga publishnya, sih, hehe..
Oh, ya, sini aku jelasin, kalau kamu belum ngerti. Jadi, intinya, si Sharon dingap sama sapi nackal. Dan yah, gitu, myodar. Sehabis myodar, eh, gak tau kenapahhhh, si mbak Li malah idup. Tch, nandayo koitse👎🏻. Kudaranai akuma. Nah, DiaRon nih mengumpamakan mereka sebagai bulan dan bintang. Gitu sieh, kira-kira ....
Sekian, dan terima kasih sudah meluangkan waktu untuk membaca oneshot ini!\(^o^)/
Gak jelas. Kesel.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top