‧₊˚ ੈ✩ XP ੈ✩‧₊˚

Event Sick!

Okkotsu Yuuta × Readers!
© Niicaluz
© Akutami Gege
© Halu_Project

┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈◯

"Oh yah Sensei," Yuuta menoleh. Tadi malam aku ketemu anak-anak di asrama." Dia mengangkat topik yang terlintas di pikiran tuk mengisi kekosongan perjalanan.

Kemarin malam saat Yuuta terbangun di pukul 12 dini hari dia bertemu dengan anak berumur 12 tahun, mungkin? Yuuta tak pasti dengan ukuran tubuh mungil anak itu. Dia juga kurus dan berkulit pucat, matanya sedikit berwarna pucat dan di telinga anak itu terpasang semacam alat bantu. Tangan mungilnya menggandeng boneka hijau bundar berwarja anjing/beruang(?) dengan kepala mirip kappa. Itu boneka milik kepala sekolah yang dipakai saat menguji Itadori Yuuji.

Yuuta dengan anak itu bertatapan lama. Mungkin yang mereka pikirkan sama; apa sedang melihat hantu atau manusia sungguhan? Dimata Yuuta anak itu benar-benar seperti hantu dari kulitnya yang pucat atau, jangan-jangan! Anak kecil ini boneka yang mirip dengan Panda! Itu pemikiran nggak masuk akal.

Jari mungil anak itu terangkat menunjuk pada Yuuta.

"Ada onii-san ganteng."

"Anak-anak?" Beo Gojo, mencoba menginat dengan petunjuk ini. "Oh! [Name]-chan! Dia saudaranya kepala sekolah, ibunya udah setahun lalu meninggal nggak ada yang mau ngerawatnya terakhir di bawa kemari udah sekitar 3 minggu lah,"

Yuuta menyimak dengan baik Gojo yang menjelaskan tentang anak kecil semalam yang di temui Yuuta bernama [Name]. Mendengar si penutup mata berbicara lancar tentang [Name] sepertinya mereka sangat akrab.

"Apa kau tau penyakit XP?" Tanya Gojo tiba-tiba.

Yuuta menggeleng. "Apa itu?"

"Itu loh penyakit yang nggak bisa kena sinar matahari, yang kayak vampir."

Penjelasan sang guru sulit di mengerti. Sepertinya dia berbicara tentang penyakit langkah, Yuuta tau tentang penyakit langkah yang membuat kulit melepuh, terbakar hanya terkena sinar matahari. Hanya sedikit orang yang memiliki penyakit itu.

"Ku dengar penyakitnya belum parah banget, yah~ [Name]-chan udah nggak bisa dengar dan pandangannya mulai kabur. Kasihan deh liat anak kek gitu udah penyakitan. Katanya penyakit XP keturanan ayahnya." Satoru masih melanjutkan pembicaraan ini. Dia jelas-jelas sangat akrab dengan anak kecil itu sampai tau dalam-dalamnya.

Memang anak kecil itu patut di kasihanin, dia seperti anak ayam yang menetas yang tak tau dimana ibunya, dimana dia harus tinggal. Anak sekecik itu harus melewati penderitaan dunia yang seperti neraka ini.

Gojo Satoru masih menceritakan perihal [Name]. Ini tak ada habisnya untuk ditulis.

Yuuta jadi penarasan untuk melihat anak itu tadi. Dia menyelah bacotan Gojo bertanya dimana dia bisa menemukan [Name].

"Dia tinggal terpisah di belakang asrama guru— tapi kau bisa menemuinya waktu malam aja. [Name]-chan akan duduk di dekat pintu sambil baca buku."

[]

Itu pukul 12 dini hari Yuuta melenggang ke belakang asrama guru tempat [Name] berdiam diri menghindar dari matahari. Rumah tradisional itu sedikit masuk ke dalam hutan. Itu sederhana, bisa di tinggalin keluarga kecil disana.

Yang dikatakan Gojo benar. Pintu geser itu terbuka, di dekat pintu ada [Name] duduk di sana dengan buku. Disampingnya boneka hijau milik kepala sekolah tergeletak rebahan.

Boneka itu melompat dari tidurnya, melayang-layangkan tinju pada Yuuta mengira Yuuta seorang musuh. [Name] yang sedikit kaget dengan aksi boneka itu, dia mengelus dada menghibur jantungnya yang hampir copot. Matanya bergerak mengikuti arah tinju si boneka. Dia sedikit menyipitkan mata tuk bisa melihat.

"Siapa?"

Yuuta melangkah pelan-pelan keluar dari bayangan pohon. Dia mengangkat tangannya tuk melambai.

"H-halo, kita ketemu lagi."

[Name] merangkak keluar untuk bisa melihat lebih dekat lagi. Dia menyipitkan matanya dengan serius, memusatkan pandangannya pada satu titik.

"Oh! Onii-san ganteng!" Suaranya ceria setelah berhasil mengingat.

Yuuta menggaruk pipi yang tak gatal, dia malu mendengar panggilan yang tak sengaja memujinya.

"Nama ku Yuuta. Aku dengar banyak tentang mu dari Gojo-sensei."

"Gojo-sensei?" [Name] sedikit mendongak ke atas mengingat-ingat tentang nama itu. "Guru rambut putih!?"

Penamaan aneh ini tidak pada Yuuta saja.

"Onii-san ngapain kemari?"

"M-mau berteman dengan [Name]-chan(?)" Yuuta tak punya alasan, dia datang atas dasar penasaran.

"Onii-san baik hati banget! Namanya siapa?"

Setelah mengatakan itu, [Name] kehilangan keseimbangan. Untung Yuuta berhasil menangkap [Name] yang jatuh ke depan, kalau tidak anak kecil itu akan berciuman dengan tanah.

"Kau gpp!?" Suaranya panik, Yuuta benar-benar di landa kecemasan.

[Name] mati-matian mengangkat kepala untuk berkata pada Yuuta dia 'baik saja'. Untuk kasus ini [Name] sering mengalaminya, jadi ini hal biasa.

Yuuta membawanya masuk, meletakkan [Name] sehalus bulu di atas futon lalu menyelimutinya sampai bawah dagu. [Name] menatap Yuuta mencoba menyampaikan sesuatu pada adam, tangannya di gerakkan dengan seluruh kekuatan yang ada untuk menggapai Yuuta.

"Tinggal disini..."

Yuuta menggapai tangan [Name], perlahan menurunkannya. Itu menjadi jawaban untuk permintaan [Name].

[]

Malam ini Yuuta juga datang, dia membawa cemilan, dua cangkir dan teko berisi teh hangat. Duduk di engawa berdua menikmati angin malam sejuk ini sambil seruput teh hangat menciptakan surga duniawi.

Bukan! Bukan sunyi begini! Ini terasa canggung! Yuuta butuh topik pembicaraan!

"Oh, [Name]-chan mau jadi apa di masa depan?" Pertanyaan ini cocok untuk anak-anak seumurnya!

"Apa?" [Name] sepertinya tidak mendengarnya dengan baik. Yuuta mengulang pertanyaannya.

"Ntah," Dia menjawab dengan lancar. "Nggak pernah terpikirkan karna aku,"

Wajahnya datar tak mengandung ekspresi apa pun. Suaranya seperti berasal dari dalam laut.

"Nggak punya masa depan."

Ini topik yang salah! Yuuta mencoba menghidupkan suasana malah menggelapkan. Yuuta tak bisa memikirkan harus menghibur anak kecil ini bagaimana. Tangannya terulur sendiri mengusap puncak kepala [Name].

[Name] menatap terkejut, untuk beberapa detik dia diam dengan ekspresi itu kemudian kembali ke normal dan dia tersenyum. Senyum halus yang berasal dari lubuk hati terdalamnya. Mungkin dia paham Yuuta tengah berusaha menghiburnya.

"Makasih onii-san tapi aku tau," [Name] mengambil jeda, mengumpulkan kekuatan untuk  melanjutkan perkataannya.

"Aku nggak akan sembuh."

◯┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈

Aku nggak tau nulis apa. Nggak keliatan apa-apa.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top