‧₊˚ ੈ✩ Sakit Tapi Tidak Berdarah ੈ✩‧₊˚

MIKAGE REO × Reader! F

Oneshot © asyaratiara

Blue lock © Muneyuki Kaneshiro

Sick Event © Halu_Project

꒷︶꒷꒥꒷‧₊˚꒷︶꒷꒥꒷‧₊˚

Sang pemuda pemilik surai ungu terbangun dengan air mata mengalir di matanya, ia terduduk di kasur sambil memikirkan mimpi yang terlintas tadi.

Ia melihat ke sampingnya tak ada tubuh mungil yang ia peluk semalam, ia bangkit lalu turun ke dapur.

Di dapur seorang gadis bersurai silver sedang memasak sarapan, tangannya dengan lihai memotong sayuran dan menumisnya.

Ia terkejut saat merasakan pinggang nya di peluk, gadis itu menolehkan kepalanya dan mendapati pemuda bersurai ungu yang berstatus suaminya sedang memeluknya.

"Reo lepaskan, aku harus memasak." ucap gadis itu sambil berusaha melepaskan pelukan nya, bukannya di lepaskan malahan pelukan itu semakin erat.

"Sebentar saja" gumam laki-laki yang di panggil Reo dengan nada serak khas orang bangun tidur.

Reo memeluk erat pinggang gadis itu, merasa tak ingin kehilangan, sang gadis hanya pasrah dan melanjutkan masakannya dengan keadaan di peluk.

Di rasa sudah cukup Reo melepaskan pelukan nya dan tersenyum lalu mencium pipi istri kecilnya itu.

"Kok masak, bibi mana?" tanya Reo sambil mengelus surai hitam sang istri, Mikage (name) adalah istri Reo yang di lamar nya beberapa bulan lalu tepatnya di tengah lapangan sepak bola saat pertandingan baru saja selesai.

"Bibi sedang ke pasar pagi, jadi aku membantunya membuat sarapan." jawab (name) sambil menyajikan masakannya di atas dapur.

Reo mengangguk paham lalu tersenyum dan duduk di salah satu kursi meja makan, aroma sarapan itu membuat perut Reo keroncongan.

(name) dengan telaten mengambil kan makanan sesuai porsi Reo, ia memberikan piring yang sudah ia isi dengan makanan ke Reo.

"thanks, my love." ucap Reo lalu tanpa menunggu lama ia mulai menyantap masakan istrinya, cita rasa yang lezat mulai memasuki indra perasanya.

"Enak seperti biasanya" puji Reo membuat (name) terkekeh kecil, lalu (name) mulai memakan sarapannya.

Setelah sarapan mereka kembali ke aktivitas masing-masing, seperti (name) yang sedang membaca novel dan Reo yang sedang mabar epep bersama Nagi sahabat Reo.

(name) hanya geleng-geleng kepala saat Reo berseru kecewa tim mereka kalah karna Nagi terlalu malas untuk melawan musuh mereka.

Merasa sang istri hanya diam Reo mengalihkan pandangannya ke istrinya itu, ia memeluk pinggang ramping istrinya sambil mendusel-dusel di perut istrinya.

"Kenapa, Reo?" tanya (name) merasa aneh dengan sifat Reo yang tiba-tiba manja ini, soalnya biasanya Reo jarang-jarang melakukan ini.

"Hmm, gapapa aku hanya cape." ujar Reo membuat alis (name) terangkat.

"Cape bermain game?" tanya (name)

"Bukan"

"Terus?"

"Lupakan." ucap Reo sambil memalingkan mukanya, dan melepaskan pelukannya, Reo melirik jam dinding lalu mengambil jas yang tergantung di gantungan topi aneh emang.

"Aku akan berangkat bekerja, kau tak apa ku tinggal kan my love?" ucap Reo sambil mencium pipi istrinya.

"Aku bukan anak kecil Reo, berangkat lah atau kau telat." ucap (name) sambil tersenyum

"Tapi aku ragu meninggalkan mu, aku takut terjadi sesuatu kepadamu my love," ucap Reo sambil membawa istrinya kepelukan nya.

"Kau tak perlu khawatir, di sini sudah ada bodyguard kok, kau tak perlu khawatir." tenang (name) sambil mengusap punggung suaminya itu.

"Baiklah, jika ada sesuatu yang terjadi hubungi aku." ucap Reo lalu mengecup singkat bibir istrinya.

"Baiklah, akan aku hubungi"

꒷︶꒷꒥꒷‧₊˚꒷︶꒷꒥꒷‧₊˚

tok

tok

"(name)-nee chan, buka pintunya."

"sebentar!"

cklek

"Nagi, apa yang kau lakukan di sini, dan di mana Reo?" tanya (name) saat adik laki-laki nya datang kerumah nya sendirian, biasanya dia akan bersama suaminya jika ke sini.

"Aku kabur dari Reo, dia menyebalkan." ucap Nagi sambil rebahan di Sofa

"Hey! Sepatu mu buka dulu baru rebahan di sofa!" kesal (name) sambil berkacak pinggang

"Kau semakin mirip dengan okaa-chan, nee chan." ucap Nagi sambil mempout bibirnya

"Iya! Karna aku anaknya! Sekarang lepaskan sepatu mu atau ku sita ponsel mu agar tak bermain game." ancam (name), membuat Nagi pasrah dan melepaskan sepatunya lalu rebahan di sofa.

"Nee-chan, buatkan aku brownies." pintar Nagi sambil bermain game di ponselnya

"Tidak, beli saja sendiri sana."

"Buatan mereka tak seenak buatan mu nee-chan." ucap Nagi

"Yaudah, minta okaa-chan saja membuat kan." membuat Nagi menaikkan alisnya bingung.

"Okaa-chan kan sudah meninggal beberapa bulan yang lalu, apakah aku harus memanggil arwahnya lalu berkata 'arwah okaa-chan masakkan aku brownies' begitul?" ucap Nagi panjang dan lebar, membuat keringat bercucuran karna kebanyakan bicara aneh.

"Tidak begitu konsepnya bodoh!"

∘₊✧──────✧₊∘

"My Love! Aku pulang!" teriak Reo sambil celingukan mencari istri kecilnya itu, apakah dia pulang terlalu malam? Atau istrinya sedang pergi dan tak mengabari nya membuat Reo overthinking.

"Ah, Reo. Maaf tadi aku ketiduran" ucap (name) menuruni tangga, Reo tersenyum ternyata ia hanya negative thinking.

Reo langsung memeluk tubuh mungil istrinya, sedangkan sang istri berusaha melepaskan pelukan itu.

"Reo! Kau bau jigong mandi dulu!" ucap (name) berusaha melepaskan pelukannya

"Ga mau, aku masih wangi gini di bilang bau jigong." gumam Reo sambil mendusel-dusel kan kepalanya di cekuk leher sang istri.

"Sana mandi Reo, air panasnya sudah kusiapkan"
"Mandiin"
"Heh!"

(Name) langsung mencubit pinggang suaminya, membuat Reo tertawa dan sedikit kesakitan saat melihat wajah istrinya yang perlahan memerah.

"Ck, Reo sialan!" maki (name)

"Stttt, jangan mengeluarkan kata kasar dari mulut sucimu sayang, mau ku cium agar di bersihkan." ucap Reo sambil tersenyum genit membuat (name) reflek menaboknya.

Seketika tawa Reo langsung pecah, saat melihat wajah malu istrinya, ia berharap akan terus seperti ini hingga tua nanti.

(Name) cemberut dan langsung melepaskan pelukannya sepihak, ia langsung memalingkan mukanya dari Reo.

"Jangan marah atuh sayang," ucap Reo lalu merogoh dompetnya, dan mengeluarkan black card dan memberikan satu ke istrinya.

"Nih, kamu bebas belanja pake ini tapi jangan ngambek yaa" lanjut Reo sambil menyodorkan kartu itu ke depan istrinya.

Mata (name) berbinar saat melihat kartu itu, kapan lagi kan dia akan memoroti suaminya ini, tanpa menunggu lama ia mengambil kartu itu.

"Reo yang terbaik!" puji (name) berhasil membuat Reo tersenyum gemas lalu mengelus rambut istrinya dengan lembut.

"Gemasnya istri siapa sih"

"Istrinya Kambe Daisuke."

"Heh!"

"Bercanda, sayang." ucap (name) lalu mencium pipi Reo.

"Thanks yaa, sayang next time gini lagi." ucap (name) membuat Reo geleng-geleng kepala

"Kamu cinta aku atau uang ku sih"

"Aku cinta pria tampan dan hartanya." jawab (name) membuat Reo tertawa, istrinya ini memang moodbooster nya.

⊱ ────── {.⋅ ♫ ⋅.} ───── ⊰

"Sayang, ini panas kamu tinggi banget loh. Kita bawa ke rumah sakit ya" ucap Reo dengan nada khawatir bagaimana tidak sudah dua hari demam mu tak kunjung turun.

Bukannya turun, demam itu malah semakin naik suhunya berawal dari 37,3° menjadi 38,9°.

"Ga mauu" ucap (name) dengan nada kecil, nampak badannya agak sedikit kurusan, kulitnya memucat.

"Periksa ya sayang, nanti habis periksa aku beliin deh semua yang kamu mau,"

"Kamu mau beli helikopter? Aku beliin, atau mau beli Lamborghini? Eh jangan deh kita sudah punya 3 intinya periksa dulu ya" ucap Reo dengan nada khawatir tangannya masih setia mengelus rambut istrinya.

"Aku ga mau, palingan bentar lagi sakitnya hilang." lirih (name), Reo hanya bisa menghela nafas ia tak ingin kejadian di mimpinya menimpanya.

"Baiklah, tapi makan ya? Aku bikinin bubur dulu lalu minum obat." ucap Reo dan hanya di balas deheman oleh sang istri.

Saat membuat kan bubur Reo merasakan pusing di kepalanya, ia merasakan seakan jiwanya di tarik paksa keluar, ia hanya mengingat pekikan Nagi sebelum semuanya menggelap.

━━━━━━༺༻ ━━━━━━

"Hah...hah...hah" Reo terbangun dengan keadaan keringat bercucuran, ia melihat ke sekeliling, lalu melirik di sampingnya tidak ada sang istri.

Ia merasakan deja vu, di sini ia bangkit lalu berjalan ke dapur untuk memastikan sesuatu, saat hendak ke dapur ia menemukan sebuah ruangan yang tak pernah ia lihat atau lupa.

Di bukannya pintunya secara perlahan lalu pintu ini terbuka, mata Reo membulat saat melihat foto yang istri di pajang di atas meja dengan sebuah lilin merah di sisi kanan dan kirinya. (Yah intinya begitu)

"Reo?" panggil seorang wanita paruh baya yang ternyata adalah ibunya.

"Ibu apa ini?" tanya Reo menatap ibunya

"Reo kita keluar dulu yuk, kita bicarakan di depan." ujar sang Ibu lembut sambil merangkul anak laki-laki nya.

"(Name) mana bu, istri aku mana" panik Reo, lalu matanya jatuh pada sebuah botol berisi abu yang terdapat di samping bingkai foto itu.

"Bu, (name) ga mungkin pergi kan? Dia ga mungkin ninggalin Reo sendirian kan? Bu ini semua bohong kan di mana istri ku bu." ujar Reo sambil menatap ibunya dengan tatapan sendu dan berharap.

"Sayang, ikhlasin dia ya, biar dia tenang." ucap Ibu Reo, sejak kematian sang istri Reo berubah menjadi agak tempramental maybe tanya emaknya.

"Ga ga mungkin bu, tadi (name) masih sehat-sehat aja kok, dia masih peluk aku masih cium aku ini bohong kan bu"

"Reo..." sang Ibu langsung memeluk putranya itu, membuat tangis Reo pecah, ia memeluk balik ibunya ia tak menyangka ternyata tadi hanyalah mimpi semata.

Kehangatan yang ia rasakan dari istrinya hanyalah mimpi, berarti senyuman yang ia lihat juga adalah mimpi?

"Nak (name) sakit kanker darah stadium akhir kalau kau lupa Reo, dia sangat menyayangi mu dan tak ingin membuat mu menangis."

━━━━━━ ◦ ❖ ◦ ━━━━━━

Beberapa tahun kemudian, Reo mulai bisa menerima kenyataan bahwa sang istri tercinta sudah lebih dulu meninggalkan nya.

Ia lebih memilih melajang seumur hidup daripada harus menikah lagi dan menduakan istrinya, ia tak ingin posisi istrinya tergantikan di hatinya.

Ia tersenyum lalu meletakkan buket bunga mawar ke makam istrinya, ia mengelus nisan bertulis nama sang istri.

"Hey, kamu lagi ngapain hm? Seru ga di sana? Kamu ga ada niatan balik ke sini gitu?" ucap Reo berusaha menahan air matanya, entah kenapa dada nya terasa sesak.

"Asal kau tau aku sangat mencintaimu loh (name), tapi kamu ninggalin aku sendiri, tapi tak apa asal kau tak merasakan kesakitan."

Reo menggigit bibirnya, lalu mengelus nisan itu sekali lagi, ia tersenyum sendu.

"Maaf semisalnya aku belum menjadi suami yang baik, maaf."

"Kau tau (name), aku memilih tidak menikah lagi karna aku takut kalau aku menikah posisi istri kedua itu akan menggeser mu dari tahta tertinggi di hati ku." ucap Reo

Ia bangkit, lalu melirik makam itu lagi lalu tersenyum

"Aku pulang dulu ya, aku usahain tiap hari mampir ke sini agar kau tak kesepian, sampai jumpa" ucap Reo lalu melangkahkan kakinya keluar area pemakaman.

Ia memasuki mobilnya, dan mendapati Nagi yang sedang bermain game.

"Sudah selesai menjenguk nee-chan?" tanya Nagi di balas anggukan oleh Reo, lalu dua laki-laki itu mulai melesat meninggalkan area pemakaman.

Tamat.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top