‧₊˚ ੈ✩ Now or Never ੈ✩‧₊˚
𝙽𝚘𝚠 𝚘𝚛 𝙽𝚎𝚟𝚎𝚛 — 𝙻𝚞𝚌𝚊𝚜 𝚡 𝚁𝚎𝚊𝚍𝚎𝚛
𝚆𝚊𝚛𝚗𝚒𝚗𝚐 : Typo, ooc, tak mengikuti alur manhwa, tidak ada kapal canon.
By : ILyouprince-
HAPPY READING !
•••
[Name] de alger obelia. Putri kaisar tiran Claude de alger obelia serta adik kesayangan dari sang putri mahkota Athanasia de alger obelia.
Umur [Name] dan Athanasia hanya terpaut 10 menit. Ya mereka kembar, dan orang yang berhasil membuat hati "beku" Claude meleleh kembali adalah [Name].
Wajah milik [Name] dominan mewarisi milik Diana berbeda dengan sang kakak yang mewarisi wajah dan gen milik sang ayah Claude.
Sekarang kedua putri obelia itu sedang berada di kamar mereka.
"Hei [Name] apa kamu tidak pergi ke pasar lagi dengan Lucas?" Tanya sang Kakak Athanasia.
"Tidak, lagipula dia sangat sibuk akhir-akhir ini. Memang kenapa jika aku pergi ke pasar? Kau mau titip jajan lagi kan?" Ucap [Name] sebal.
Memang kakaknya itu suka sekali nitip jajan saat dia dan Lucas pergi diam-diam ke pasar.
"Hehe tau aja kamu dek." Ucap Athanasia dengan senyuman.
"Oh ya, bagaimana hubungan mu dengan Lucas?" Tanya Athanasia kembali.
"Memang kenapa? Aku dan Lucas kan hanya… teman.." Ucapku dengan nada lirih di akhir kalimat.
"Tcih memang ya, kau itu harus mengungkapkan perasaan mu dulu dong! Jangan menunggu si aki-aki tua itu! Aku yakin dia juga menyukaimu– tidak, dia mencintaimu." Emang sih adiknya itu Deket doang jadian kaga.iya kaya yang baca.
Seketika wajah [Name] memerah.
"Apasih kak!" Sentak [Name sambil memukul bahu sang kakak pelan.
"Sekarang atau tak akan pernah ya.." ucap [name] lirih.
•••
FLASBACK
[Name] merasakan ada yang mengalir di hidungnya. Saat dia memeriksa nya dia ternyata mimisan!
Hari sudah malam jadi hanya ada [Name] di kamar sedangkan Athanasia harus menginap di istana garnet karena tugas nya yang di beri oleh Claude tidak masuk akal.
"Uh.." [Name] memegang kepalanya yang mulai pusing.
Dia berjalan perlahan menuju pintu kamar. Guna ingin menyuruh prajurit memanggilkan tabib/penyihir.
"Penjaga, bisa tolong panggilkan tabib?" Tanya [Name]. Sang prajurit yang berjaga di depan kamar [Name] langsung mengangguk dan pergi memanggilkan tabib.
Sang tabib masuk ke dalam kamar sang putri setelah mendapat ijin.
"Salam dan hormat untuk bintang kerajaan obelia." Ucap sang tabib memberi salam.
[Name] mengangguk dan mengatakan keluhannya.
"Aku mimisan tadi. Dan aku merasa akhir-akhir ini kepalaku sangat pusing saat malam hari."
Sang tabib mulai memeriksa tubuh [Name] ia mengernyit heran saat melihat tanda-tanda yang kurang baik.
"Apa saat anda menyikat gigi, gusi anda berdarah? Atau menempel pada sikat?" Tanya sang tabib memastikan.
"Ya aku selalu menemukan bercak darah di sikat gigiku." Jawab [Name].
Sang tabib menghela nafas kasar dan menatap [Name] dengan raut sendu.
"Menurut gejala yang dialami tuan putri.. penyakit yang anda derita kemungkinan besar adalah leukemia." Ucap tabib lirih.
JRENG!
Bak ke sambar petir di siang hari, [Name] Menatap tabib tak percaya.
"Itu bohong kan? KATAKAN PADAKU ITU BOHONG KAN?!!" Ucap [Name] yang masi belum terima.
Menurut data, para rakyat obelia yang menderita leukemia tidak akan bertahan sampai 6 bulan. Dan apa yang dia lakukan? Bagaimana dia bisa meninggalkan keluarganya dalam waktu 6 bulan? Kakaknya? Ayahnya? Bagaimana dengan Lucas?
FLASBACK OFF
•••
…me]"
ame]"
"[NAME]!" Teriak athanasia berhasil membuat sang adik lepas dari lamunannya.
"Eh kenapa?" Sekarang mereka berdu- tiga dengan ayahnya, sedang sarapan bersama.
"Kamu melamun. Ayah bertanya tadi." Ucap athanasia membuat [name] terkekeh pelan.
"... Papa tadi tanya apa?" Tanya[Name] menatap sang ayah yang sedang menatapnya jengkel.
"Minggu lalu aku dapat kabar dari pengawal yang berjaga di depan kamarmu katanya kau memanggil tabib. Apa kau sakit?" Tanya Claude datar. Namun bisa dilihat tatapan khawatir yang tersirat dari matanya.
Deg!
'Ayah dan kakak tidak boleh tau..' Batin [Name] sambil menatap dua orang terpenting dalam hidupnya.
"Tidak apa.. malam itu aku hanya pusing dan meminta obat pada tabib." Jelas [Name] athanasia hanya ber 'oh' saja. Rasa khawatirnya hilang saat mendengar penuturan sang adik.
"Kau yakin? Kau sedang tidak berbohong padaku?" Tanya Claude yang masi kurang yakin dengan jawaban sang anak bungsu.
"Iya.. papa." Ucap [Name] sambil berkeringat dingin. Lumayan susah juga membohongi ayahnya.
•••
Sedari beberapa hari sebelumnya Athanasia selalu menyuruh [Name] untuk menembak Lucas. Entah dimana pun jika bertemu dengan Lucas pasti athanasia heboh sendiri seperti yang suka Lucas itu dirinya bukan [Name].
"Ah apa sih?! Kenapa dari kemaren ribut terus sih?!" Ucap [Name] sebal dengan sang kakak.
"Aku tidak akan berhenti sebelum kau menyatakan perasaan mu pada Lucas!" Balas Athanasia.
"CK! Iya iya.. nanti malam coba aku ajak dia bicara." Ucap [Name] final. Berhasil membuat sang kakak diam.
"Bicara dengan siapa?" Tiba-tiba gak ada angin gak ada hujan Lucas datang.
"AKH! KAGET!" Teriak athanasia sedangkan [Name] diam saja. dag dig dug ser jantungnya tuh.
Wajah Lucas seketika masam mendengar suara cempreng athanasia. Kemudian dia menatap [Name].
"Kau mau bicara dengan siapa?" Tanya Lucas kembali. Dari nada suara nya Lucas terlihat tidak suka.
Athanasia yang berada di antara keduanya mundur perlahan dan entah dari mana dia mendapatkan kacamata hitam dan popcorn.
'wih tontonan seru nih!' Batin nya sambil memakan popcorn nya.
"Uh.. kenapa aku harus bilang padamu?" Tanya balik [Name] membuat Lucas berdecak sebal.
"Huh, yasudahlah aku kesini untuk mengatakan sesuatu pada kalian. Aku akan pergi dalam beberapa waktu yang lumayan lama." Jelas Lucas lalu memandang [Name].
'entah kenapa kok saya seperti menjadi nyamuk ya?' Batin athanasia yang makin transparan di mata adiknya maupun Lucas.
"Pergi ke mana?" Tanya [Name]
"Ke pohon dunia." Ucap Lucas lalu tangannya pun bergerak mengelus kepala [Name].
"Baik-baik ya saat aku tak ada nanti, dan sambut aku saat pulang." Ucap Lucas lalu menghilang.
Bisa kita lihat kalau Wajah MC kita ini sangat merah seperti buah stoberi.
"AKHHHH!!! KAU LIHAT ITU TADI? SANGAT ROMANTISSS AYO BURUAN JADIAN AJA KALIAN!" Teriak athanasia kembali membuat [Name] malu.
"SUDAHLAH KAK!" Teriak [Name] lalu berlari meninggalkan sang kakak.
Tanpa mereka berdua ketahui Claude serta Felix melihat semuanya dari balik pilar istana.
"Bocah keparat itu beraninya.." Gumam Claude membuat Felix berkeringat dingin.
•••
Sekarang Lucas sedang berada di kamar athanasia dan [Name]. Namun yang ada di kamar tersebut hanya Lucas dan [Name]. Athanasia tidak ada di kamar karena dia tau malam ini, sang adik akan menyatakan perasaan nya pada Lucas karena itu dia memberi ruang.
"Kenapa kau disini? Bukannya tadi kau bilang ingin berbicara dengan seseorang?" Tanya Lucas dengan alis berkerut.
"Kau masih belum sadar?" Tanya [Name].
Lucas mengangkat alisnya lalu dia menunjuk dirinya sendiri dengan wajah yang memerah samar.
"Kau ingin bicara denganku?!" Tanya Lucas kaget. Pasalnya malam ini juga dia akan berpamitan pada Athanasia dan [Name] karena akan pergi mencari pohon dunia.
[Name] mengangguk dan menatap Lucas.
"Lucas aku-" Uh keadaan ini tidak baik untuk jantung [Name].
"-aku menyukaimu sejak kau menyelamatkan nyawaku." Ucap [Name] dengan wajah memerah.
Namun, bisa dilihat juga wajah Lucas yang memerah. Jika athanasia ada di sini pasti dia ngereog lagi.
"[Name] aku-" Lucas hendak menjawab namun di hentikan oleh [Name].
"Jangan menjawabnya sekarang.. um, jawab saja setelah kamu kembali." Ucap [Name] dijawab kekehan kecil oleh lucas.
"Oke, kalau gitu kau harus menungguku kembali ya? Sambut aku jika aku kembali." Ucap Lucas lalu mengecup kening [Name].
"Aku pergi dulu, jaga dirimu." Setelah mengatakan hal itu Lucas menghilang dari pandangan [Name].
•••
Banyak kejadian sudah berlalu sejak Lucas pergi. Kejadian menegangkan dimana 'mana' milik [Name] meledak dan Claude yang kehilangan ingatan nya tentang [Name].
Athanasia sekarang dilanda kecemasan, [Name] adiknya memiliki penyakit menyakitkan dan dia sama sekali tidak sadar. Sejak insiden 'mana' milik [Name] yang meledak ia belum sadarkan diri.
"[Name] kumohon bangun.. apa yang harus kukatakan pada Lucas jika dia kembali." Ucap athanasia parau sambil menyentuh tangan [Name].
"Apa yang terjadi di sini?" Suara dengan penuh penekanan itu terdengar saat sang puan masuk ke dalam ruangan.
"Lucas?"
"Athanasia? Di mana [Nam-" Ucap Lucas terhenti saat melihat tubuh sang pujaan hati terbaring dengan tubuh pucat.
SHAA
Atmosfer di sekitar langsung terasa berat. Lucas berniat pulang lebih cepat karena ingin bertemu dengan [Name] dan memberikan nya balasan tentang perasaan nya pada [Name].
Tapi apa? Apa yang dia dapatkan? Bukan [Name] yang menyambutnya dengan senyuman. Tapi tubuh [Name] yang terbaring di tempat tidur.
"Apa yang terjadi athanasia? Di mana ayahmu?" Nada suara Lucas terdengar semakin menekan.
Athanasia merasa jantungnya seperti sedang lomba lari marathon saking cepatnya jantungnya ini berdetak.
"Jadi sebenarnya....."
Athanasia mulai menjelaskan apa yang terjadi pada Lucas, sementara sang penyihir hanya mendengarkan dengan ekspresi yang sulit ditebak.
"Baiklah, aku kurang lebih mengerti apa yang terjadi," ucap Lucas, "Ayahmu akan aku urus nanti, kau pergi dulu saja keluar sana."
Athanasia yang biasanya pasti akan mendesak Lucas untuk memberikannya penjelasan tentang situasi ayah dan adiknya.
Tetapi melihat wajah Lucas yang tampak benar benar masam, akhirnya sang putri memutuskan keluar dari kamar meninggalkan [name] dan Lucas berdua saja.
"......."
"Hahh.... padahal aku berniat menyatakan perasaanku begitu aku kembali....."
"Dasar.... kenapa kau tidak menceritakan semuanya padaku?"
"Apakah aku tampak sangat tidak kompeten hingga kau tidak bisa mengandalkanku....?"
Tangan Lucas menggenggam erat tangan sang pujaan hati dengan mata merah ruby nya yang untuk pertama kalinya tampak berkaca- kaca.
"Aku pasti akan menyelamatkanmu."
"Aku berjanji."
Setelah itu, hari berganti hari dan kondisi Claude perlahan membaik.
Sang kaisar telah mendapatkan kembali ingatannya, dan waktunya dihabiskan dengan berdiri di sisi putri bungsunya yang terbaring lemas.
Kekaisaran Obelia dilanda ketakutan dan kecemasan karena suasana hati sang kaisar yang tampak sangat buruk, ditambah dengan sang penyihir kekaisaran yang semakin hari tampak semakin gelap auranya.
"Tuan penyihir, lebih baik anda beristirahat sebentar," saran Felix pada sang penyihir.
Tidak heran mengapa Felix mengatakan demikian.
Kantong mata Lucas semakin hari semakin membesar sampai orang bisa salah melihatnya sebagai panda kalau bukan karena wajah tampannya itu.
"Aku tahu....."
Meski membalas demikian, Lucas sama sekali tidak beristirahat dan terus bekerja dan meneliti berbagai cara untuk menghilangkan penyakit yang merengut nyawa sang pujaan hati.
Malam harinya di kamar [name], Lucas duduk sembari menggenggam tangan [name] dengan erat.
"[name], apa yang harus aku lakukan.....?"
"Aku sudah mencoba berbagai sihir.... kenapa kau masih tidak bisa bangun....?"
"Kakakmu itu menangis setiap hari dengan suara cempreng yang membuat telingaku sakit."
"Ayahmu juga tampaknya akan segera menggila."
"Aku juga....."
Air mata mulai menetes membasahi wajah putri bungsu kaisar Obelia tersebut.
"......aku..... sungguh merindukanmu..."
"Kau tahu..... orang-orang berkata bahwa aku semakin mirip dengan ayahmu itu."
"Kata mereka aku berubah...... berubah menjadi semakin menyeramkan...."
"Kakakmu itu juga berkata bahwa kau bisa kaget saat melihatku...."
"Tetapi apa lagi yang bisa aku lakukan.... aku benar benar takut.... takut kau tidak akan bangun...."
"Membayangkan kalau aku harus hidup tanpamu.... rasanya seperti ditusuk jutaan kali... benar benar menyiksa."
"Aku mohon.... buka kembali matamu.... aku benar benar rindu denganmu...."
Sudah 5 bulan berlalu semenjak [name] ditemukan memiliki penyakit leukemia.
Lucas akhirnya menemukan cara untuk menyembuhkan [name] setelah bekerja dan bekerja setiap harinya.
"Aku akan mencoba membuat ramuan dengan ranting dari pohon dunia," ucap Lucas pada Athanasia, "Pastikan agar tidak ada yang masuk ke ruanganku selama 3 hari ini."
Athanasia mengangguk paham.
"Lucas....,kau harus berhasil," gumam Athanasia, "nyawa [name] bergantung padamu."
Tanpa membalas, Lucas segera masuk ke ruangannya di menara penyihir dan memulai proses pembuatan ramuan tersebut.
Setelah 3 hari menunggu, akhirnya tampak sang penyihir menara keluar dari ruangannya.
"Lucas! Bagaimana?! Berhasil tidak?!"
Athanasia segera berlari ke arah sang penyihir dengan tatapan penuh harap.
Lucas mengangguk dengan senyum tipis.
"hiks.... syukurlah... syukurlah...."
Athanasia yang selama berhari-hari telah menunggu dengan perasaan cemas dan khawatir akhirnya bisa sedikit bernapas lega.
DRAP
DRAP
Langkah kaki terdengar berjalan ke arah sana sini.
Sang kaisar Obelia didampingi oleh Felix dan sang putri sulungnya tengah berjalan panik dan cemas saat Lucas mencoba memberikan ramuan pada [name].
"Ugh....."
"!"
"[name]!"
Athanasia segera berlari ke arah sang adik begitu [name] membuka matanya.
Tetapi sebelum Athanasia sempat berkata apa-apa, Lucas segera memeluk [name] erat.
"Dasar..... kupikir kau tidak akan sadar selamanya..... kau pikir kau itu putri tidur apa....," gumam Lucas dengan suara bergetar.
Claude juga menghela napas lega melihat putri bungsunya akhirnya sadar.
Meski di satu sisi dia kesal melihat Lucas yang memeluk putrinya, tetapi di sisi lain dia merasa cukup aman membiarkan Lucas untuk dekat dengan [name].
"Haha.... kau.... kau sangat... rindu padaku ya...?"
[name] tertawa dengan suara serak dan ekspresinya yang masih lemas.
Lucas kemudian membalas dengan menyentil jidat sang putri bungsu.
"Dasar, kau membuat gempar satu kekaisaran."
"Aku--- Uhuk! Uhuk!"
Tetapi sebelum [name] sempat melanjutkan perkataannya, darah terus keluar dari mulutnya saat ia terbatuk.
"[name]!"
"Tuan putri!"
"Panggil tabib!"
Suasana yang awalnya penuh rasa kebahagiaan dan haru seketika berubah menjadi tegang dan panik.
Tabib istana buru-buru datang memeriksa kondisi sang putri dengan perasaan cemas.
"Yang mulia, saya mohon maaf. Tuan putri memang kondisi sihirnya membaik setelah menerima ramuan dari tuan penyihir, tetapi penyakit leukemia yang diderita tuan putri tidak membaik sama sekali dan semakin memburuk."
Mendengar ucapan sang tabib, semua orang dalam ruangan tidak tahu harus berkata apa.
Felix dan Athanasia hanya dapat menghentikan Claude mengambil nyawa sang tabib yang tidak bersalah itu.
Sedangkan Lucas hanya bisa memeluk [name] erat tanpa berkata apa-apa.
Begitulah suasana Obelia yang sempat tenang seketika berubah menjadi semakin suram.
•••
Di sebuah taman, terdengar langkah kaki seseorang.
".....Lucas?"
Sang putri makhota Obelia berbalik dan melihat sosok pria yang dulu pernah menjadi teman masa kecilnya, sekaligus pujaan hati adiknya.
".......Lama tidak berjumpa," ucap Lucas memandang Athanasia.
Memang sudah lebih dari 3 tahun keduanya tidak pernah melihat atau mendengar kabar satu sama lain.
Setelah [name] tiada, Lucas menghilang dari kekaisaran tanpa meninggalkan jejak.
Athanasia mulai membantu mengambil alih tugas Claude sebagai putri makhota Obelia.
Setelah kepergian [name], semua tampak damai. Meski begitu, orang- orang dapat merasakan bahwa sang kaisar dan putri makhota seolah telah kehilangan setengah kehidupan mereka.
"Kau datang mengunjungi [name]?" tanya Athanasia dengan senyuman tipis di wajahnya.
Lucas mengangguk.
Entah sejak kapan mata biru permata Athanasia yang dulu selalu bersinar telah tampak redup.
"Kau berubah."
Dua kata dari Lucas yang membuat Athanasia tertawa.
"Katakan itu setelah melihat kondisimu." Athanasia membalas pelan.
"Kau membuat taman ini?" tanya Lucas mengalihkan pembicaraan.
Athanasia mengangguk dengan senyuman penuh kesedihan.
"Papa juga membantu," ucap Athanasia, "Aku pikir [name] tidak akan suka dikubur dengan anggota keluarga kerajaan lain."
"Dia dulu pernah berkata kalau dia berharap dia dapat bermain denganku di pegunungan."
Lucas mendengarkan ucapan Athanasia tanpa mengatakan sepatah kata pun.
Tatapan Lucas melihat sekeliling kuburan [name].
Terdapat ratusan dan bahkan ribuan bunga mawar yang mengelilingi kuburan tersebut.
Kemudian di satu tempat, Lucas melihat sebuah pohon besar yang ditanam di dekat kuburan sang putri bungsu kaisar Obelia tersebut.
"......apa menurutmu dia bahagia sekarang?" tanya Lucas pelan.
Athanasia tersenyum mendengar pertanyaan sang penyihir.
"Iya."
"Dia pasti bahagia."
Mendengar jawaban itu, Lucas mendongak menatap mata sang putri makhota.
"Kau sangat yakin?" tanya Lucas, tak paham darimana asal keyakinan Athanasia tersebut.
"[name] selalu berharap dia bisa berjalan-jalan ke seluruh dunia saat dewasa," ucap Athanasia, "Saat menjadi seorang putri, dia sibuk dengan aktivitas dan tanggung jawabnya."
"Maka dari itu, aku rasa dia pasti telah bahagia karena bisa bebas sekarang."
"Karena itu juga, aku dan ayah berusaha untuk merelakannya."
"Aku berharap agar dia benar- benar dapat bahagia bersama ibu tanpa perlu khawatir dengan kami lagi."
Mendengar itu, senyuman yang telah lama hilang perlahan mulai menghiasi wajah sang penyihir.
"Ya, kurasa dia memang sudah bahagia," ucap Lucas.
Setelah itu, keduanya meninggalkan taman tersebut perlahan.
Tanpa mereka sadari, sebuah kelopak bunga mawar mendarat di atas rambut Lucas.
Mungkin itu adalah salam perpisahan dan terima kasih yang diberikan oleh sang putri bungsu Obelia kepada sang penyihir.
❛Di kehidupan selanjutnya aku akan mencarimu, menemukanmu dan membuatmu menjadi ratu dalam hidupku [Name]❜
ℕ𝕆𝕎 𝕆ℝ ℕ𝔸𝕍𝔼ℝ — 𝕃𝕌ℂ𝔸𝕊 𝕏 𝔽!ℝ𝔼𝔸𝔻𝔼ℝ
–𝕋ℍ𝔼 𝔼ℕ𝔻 –
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top