‧₊˚ ੈ✩ Khawatir ੈ✩‧₊˚

Characters:
Toraishi Izumi & Toraishi Suzu.

Story, Original Character ©️ faurechive
High School Star Musical ©️ C-Station, NBCUniversal Entertainment Japan
Event ©️ Halu_Project

Faktanya, ia baru dihubungi dari sang sahabat adik yang menyebalkan itu. Meskipun begitu, dia dan dirinya tetaplah satu keluarga. Hanya saja, kabar itu datang dengan kecepatan angin yang luar biasa, sehingga membuatnya terdiam sebentar dan lekas bergegas akan melihat adik kesayangannya.

Iya, perlu diketahui bahwa dia adalah orang yang sangat protektif kepada adik laki-lakinya, Toraishi Izumi. Kekacauan yang dia perbuat sekalipun, ia akan lebih mengkhawatirkan keselamatan lelaki itu.

Terlebih, ketika sang Ibu mulai beraksi kepadanya. Hanya dia yang mungkin bisa menenangkan sang Ibu. Untuk itulah, dia sedikit bersyukur kalau saja saat ini, Izumi telah mendapatkan asrama selama ia bersekolah di Akademi Ayanagi.

Kabar mengenainya sakit, membuat diri cemas tidak karuan. Rasa khawatir memenuhi pemikirannya, hanya satu yang bisa membuatnya berpikir jernih. Itu adalah keselamatan adiknya, Izumi. Padahal, menurut dia Izumi sangat jarang mengalami sakit. Iya, sakit biasa. Mungkin itu efek dari latihan siang dan malam.

Biarpun begitu, karena sesi awalnya dulu ia mendapatkan A. Itulah sebabnya, Izumi bisa meraih posisi para bintang dan kalau kata Izumi memanglah demikian. Walau anaknya tipe yang jarang serius, apabila sudah berhubungan dengan musikal atau mungkin dengan rivalnya sekalipun, ia tidak akan menyerah sedikitpun.

Izumi juga memiliki rival, loh. Ada Kuga Shu serta Kitahara Ren, dan untuk Ren ini adalah teman sekamarnya. Sementara Shu adalah teman baiknya, bahkan sedari dulu dialah yang selalu Izumi awasi, berkat tampangnya yang mungkin seperti berandalan. Intinya mereka bertiga mirip berandalan  semua. Tampang mereka saja, ya.

Ketika sang kakak sudah berada di lokasi Akademi Ayanagi, ia mulai menghela napas kasar. Begitu Shu menghubunginya tadi, dan hanya mengabarkan bahwa Izumi sedang sakit, tetapi dia juga yang sedang bersamanya.

"Jalan menuju asrama lewat mana, ya?" tanya sang gadis itu sembari bergumam.

Ketika itu pula, ia mendapati sosok laki-laki yang sedang melakukan latihan di malam hari, iya suasana saat itu sudah menjelang malam. Tetapi, suasana malam itu tidak begitu ramai, sehingga bisa melakukan latihan dengan tenang. Padahal, laki-laki itu hanya melepaskan stressnya saja.

Laki-laki dengan surai biru yang menawan mulai melakukan banyak gerakan, meski pelipisnya sudah mengeluarkan banyak keringat. Entah sampai gerakan apa ia sanggup melakukan itu semua.

"Siapa?"

Tak disangka, dengan cahaya yang sudah tidak begitu terang dapat disangka dengan mudah oleh laki-laki tersebut, bahwa gadis itu berada dibalik bayang-bayang jalanan malam di sisi Akademi Ayanagi.

"Maaf, apakah kau bersekolah di Akademi Ayanagi juga?" tanya dirinya.

Tidak hanya anggukan, ia mulai menetralkan napasnya yang terengah-engah. "Ya. Ada keperluan apa di waktu malam seperti ini?" Berusaha tenang, laki-laki itu mencoba mengatakan sesuatu kembali.

"Kau kenal dengan Toraishi Izumi?"

"Toraishi? Aku tidak begitu kenal, tetapi teman sekamarku adalah sahabatnya."

"Ah, apa itu Kuga Shu?" ujar gadis tersebut, yang entah bisa disadari oleh laki-laki itu atau mungkin tidak sama sekali, mengingat rambutnya sangat pendek hampir mirip dengan laki-laki.

Laki-laki itu sedikit menaruh curiga untuk sosok yang tiba disaat seperti ini. Padahal ia masih merasa sedikit tidak nyaman dengan keberadaan orang yang sekarang berada di kamarnya. Selama teman sekamar asli dia menyelesaikan sesi merawat sahabat baiknya itu.

"Itu benar. Apakah kau kenalannya?" tanya laki-laki itu mulai heran dengan maksud semua yang dihadapi kali ini.

"Entahlah, tetapi Shu menghubungiku bahwa Izumi sedang sakit, apa itu benar?" Dengan cepat ia mengatakan hal itu.

Bahkan, untuk seorang Tsukigami Kaito, laki-laki yang diajak berbicara dengannya sedari tadi. Mulai mencoba memahami maksud perkataannya yang menurutnya agak berbelit dan tidak ada kata-kata yang langsung menyatakan kepentingannya sendiri. Sejujurnya, itu akan menghabiskan waktunya untuk berberes kemudian kembali ke Asrama.

"Ya, dia memang sedang sakit sekarang. Kuga dan teman satu kamarnya Toraishi, sedang bertukar tempat tidur, dan ia yang akan merawat Toraishi," sahutnya.

"Ah ... Begitu, ya. Apakah penyakitnya parah?"

"Aku belum menjengguknya," balas Kaito, "Omong-omong, apakah kau mungkin ... saudaranya dirinya?" lanjut Kaito yang sepertinya sudah bisa mencerna kejadian itu.

"Oh, iya. Aku lupa memperkenalkan diri. Aku Toraishi Suzu, kakak perempuan Izumi."

Entah mengapa hawanya sudah berbeda saja, mungkin karena penekanan yang disebutkan oleh sosok yang sedang berbicara kepadanya. "Tidak masalah. Mungkin aku bisa menunjukkan di mana keduanya berada, kalau mau mengunjungi mereka."

"Aku mau! Tolong, tunjukkan jalannya. Ah, apakah tidak masalah kalau bukan seorang murid memasuki sini?"

"Dirimu sudah berada di tempat ini, artinya untuk bisa ke dalam pastilah sudah melakukan banyak cara."

Suzu langsung dibuat terdiam olehnya. Ah, tidak mungkin dia langsung kalah dengan kata-kata saja, bukan? Biar begitu dia ini sudah mendapatkan latihan dari Ibunya yang merupakan mantan yankee. Dulunya sebagai pertahanan diri, entah mengapa sekarang jadi turun-menurun mengikuti sang Ibu.

Sebuah ketukan pintu meraup atensi dari Suzu, bukannya ia melamun dalam perjalanannya menuju kamar di mana Izumi berada. Ia hanya sedang memikirkan, bagaimana kondisi adik menyebalkannya itu. Apakah sekarang sudah baik-baik saja? Hanya itu yang ia takutkan.

"Kuga, boleh aku masuk?" Kaito mulai mengetuk pintu sembari berbicara. Hingga terdengar sahutan di dalamnya, mengantarkan Kaito untuk membuka pintunya.

"Oh, kakaknya Izumi sudah tiba?"

"Huh? Shu ... Kau menghubunginya?"

Shu tidak menjawabnya, karena itu adalah sesuatu yang tidak perlu dijawab lagi. "Aku akan meninggalkan kalian," ucap Kaito segera menghilang dari ruangan tersebut.

"Wow, lihat! Izumi yang tidak bisa merasakan sakit, malah berakhir sakit sekarang."

"Hei ... Hentikan itu." Izumi mulai terbatuk-batuk. Seolah panas tubuh yang dia rasakan adalah kondisi yang menurutnya lebih parah dibandingkan biasa.

"Dia khawatir kepadamu."

"... Apa?" Tidak tahu apa yang dikatakan Shu, karena pendengarannya sudah terasa samar-samar untuk mendengarkan percakapan mereka sedari tadi.

"Shu, dia benar-benar mendapatkan tim Hiiragi, ya?" Shu tidak menjawab banyak, ia hanya menganggukkan kepalanya. "Apa-apaan? Aku sudah berhasil, kau tahu!"

"Ya, ya. Kau berhasil."

Izumi yang ingin duduk dari tempat tidurnya, kembali disuruh tidur oleh sang kakak. Dengan tangan yang bermain disurai lembutnya. Sejujurnya, Izumi lebih mirip seperti Ibunya, dibandingkan dirinya yang malah lebih mirip Ayahnya.

Ia sangat iri. Tetapi, karena melihat sosok Ibunya dalam wujud Izumi, ia akan menjadi begitu menyayanginya. Entah bagaimana bisa ia terbawa suasana sampai akhirnya, ia tidak bisa mengakui sendiri bahwa ia merasa sangat tidak berdaya, kalau Izumi dalam bahaya.

"Aku berpesan kepadamu, tidak perlu memaksakan dirimu. Apa kau mengerti, Izumi?" tanya Suzu, dan entah apa yang membuat Izumi merasakan hipnotis secara tanpa sadar.

Izumi berdecak kesal, "Aku tahu! Tidak perlu repot-repot memberikanku pesan seperti itu," ujar Izumi yang mulai menepis tangan sang kakak.

Hubungan keduanya tidak bisa dikatakan baik, mengingat adanya kejadian di mana sampai akhirnya Suzu mulai menerima keberadaan Izumi di dunia. Ia terkadang melampiaskan semua kekesalannya kepada Izumi.

Sebelas, dua belas, sangat mirip Ibunya. Hal sepele saja, dilampiaskan semua kepada Izumi. Namun, ketika ada kejadian di mana Izumi mulai terluka, ia tidak bisa tahan dengan sikap orang tuanya sendiri, yakni Ibunya yang selalu memarahi Izumi.

Padahal, Izumi hanya mengundang Shu ke rumah mereka, tetapi Ibunya sudah akan bersiap-siap untuk marah dan akan melontarkan benda-benda kepada Izumi. Izumi tidak menyangka bahwa pertemanan mereka bisa seawet itu.

"Wah? Tidak apa, kalau kau sudah berhasil sembuh. Ayo lanjutkan urusan kita," kata Suzu mulai menampilkan ekspresi wajahnya.

"Ya ... Kalau begitu, ... kembali pulang saja ...." Izumi mulai merasakan pusing yang amat menyedihkan telah terlihat jelas dalam sorot matanya

"Shu, berikan aku minum." Shu yang mendengarnya lekas memberikan minum, akan tetapi hal itu disela oleh Suzu. Ia mencoba bersikap baik terhadap Izumi, ketika ia mendapati bahwa Izumi meraihnya, Suzu menaruh senyum merekah.

Namun, dengan segera Izumi mengganti perilakunya kepada Shu, untuk dirinya yang tidak ingin bersama yang lain. Suzu tentu saja tidak menerima hal itu. "Orang sakit, kenapa bisa banyak sekali bicaranya? Sudahlah Shu, aku pergi pulang kembali saja."

"Hati-hati."

"Terima kasih sudah menghubungi, walau semuanya sia-sia saja."

Ketika Suzu telah menghilang dari hadapannya, entah mengapa ia bisa menghela napas lega. Tetapi, perasaannya juga tidak merasakan enak. Izumi sering sekali tidak nyaman berada didekat kakak perempuannya, karena disebabkan oleh kejadian di masa lalu.

"Shu ... Sia-sia apa?

"Dia ingin mencoba kembali dengan memperbaiki hubungan kalian. "

Apa?

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top