‧₊˚ ੈ✩ ARDS ੈ✩‧₊˚

BlaNeMistID x Reader!

Oneshot © yorugameari

Sick Event © Halu_Project

Langit berawan gelap menghiasi Kota Bogor sedari pagi. Hingga akhirnya sekarang rintik perlahan-lahan turun membasahi bumi. (Name) yang baru saja keluar dari sebuah toko kue dengan bunga Hortensia di pelukannya segera membuka payungnya dan berjalan pergi dari sana.

Pergi dari sana dan beralih ke gedung tinggi bercatkan warna putih. Sesampainya di depan gedung tersebut, (Name) menutup kembali payungnya dan berjalan masuk.

Berdiri di depan lift guna menunggu gilir. Hingga akhirnya pintu lift terbuka dan membiarkan orang yang ada di dalam lift berlalu keluar. Ketika sudah kosong, barulah ia masuk dan menekan tombol di dekat pintu ke lantai yang di tuju.

Dan, disinilah ia sekarang. Di depan pintu kamar 44.

(Name) menarik napasnya dan membuka pintu perlahan. Terdapatlah seorang pria dengan kedua warna mata yang unik, "Assalamualaikum."

Blane namanya, pria itu menoleh dan menjawab, "Waalaikumusalam."

"Maaf aku gak sempat masak tadi pagi, jadi aku beliin kue. Semoga kamu suka dan mau makan ya walau bukan masakan aku," jelas (Name) menaruh kantung plastik putih di atas nakas kayu berlapiskan pernis. Tak lupa menyandarkan payungnya di samping nakas tersebut.

Blane menggeleng, "Apapun yang kamu bawa pasti aku makan."

(Name) tersenyum mendengar itu dan beralih pada vas bunga yang berwarna hitam dengan bunga Lavender yang sudah mulai layu, "Bagaimana dengan keadaan kamu? Apa yang di rasa?" tanya (Name) sambil menuju wastafel dekat ranjang guna membuang air dan digantikan dengan yang baru.

Blane menengadahkan kepalanya sambil memejamkan mata, "Lumayan enakan sih... Cuman ya begitu."

Setelah vas hitam itu diisi dengan air baru, (Name) dengan hati-hati menaruh bunga Hortensia ke dalam vas kembali. Ya, setiap sebulan sekali (Name) akan mengganti-ganti bunga pada vas hitam itu agar sang penghuni kamar tidak merasa bosan.

"Napas pendek?" tebak (Name) setelah kembali menaruh vas hitam itu di atas nakas.

Blane mengangguk dan melihat (Name) yang duduk di sisi ranjangnya, "Kadang demam juga."

"Tapi sekarang udah nggak 'kan?" tanya (Name) sambil menatap cemas ke arah Blane. Bahkan tangan kanannya mulai terangkat guna menyentuh kening Blane.

"Cieee aduh-aduh ini pasangan makin hari makin mesra aja," celetuk Azuya dengan seringaian menyebalkannya.

Blane yang mendengar itu berdecih, "Aduh-aduh, ini orang ganggu aja."

"Widih, dulu yang katanya anti romantisme siapa ya?" sindir Azuya sambil melipat kedua lengannya di depan dada.

"Berisik ah!" Blane yang tadinya duduk menyandar ke kepala ranjang seketika merebahkan tubuhnya dengan selimut menutupi sebagian wajahnya, "Tolong usir dong, (Name). Ganggu banget suaranya."

"Eh, mak-sud-lo suara gua gak ngenakin gitu?" tanya Azuya kesal.

"Ye."

"Udah-udah, kenapa jadi ribut dah?" lerai Roman pada keduanya, "Kasian tuh (Name) jadi ikutan pusing. Ya 'kan?"

(Name) hanya tersenyum dan berkata, "Sebenarnya nggak juga sih..."

Seketika tawa Azuya menggelegar di seluruh penjuru ruangan. Dan sebelah tangannya ia taruh di salah satu bahu Roman tanpa menghentikan tawanya, "Awokawok banget, aduuhh si (Name) bisa aja jawabnya Ahahaha!"

"Berisik woi! Gua mau tidur aja susah banget," gerutu Blane, "(Name), usir Azuya..."

"Dih, emang (Name) siapa lu di suruh-suruh?" goda Azuya.

"Pacar. Kenapa? Gak seneng?"

"Cieee akhirnya ngaku juga (Name) pacar lu aw."

"Lu mau nya apaan si anj-" ketika Blane ingin melempar bantal kepalanya kepada Azuya dengan omongan kasarnya. Seketika tercekat saat sadar ada (Name) disini, "-njirr..." lanjutnya jadi pelan dan kembali menaruh bantal itu ke tempat semula.

"Hayoo mau ngomong apa tadi hayoo," goda Azuya, lagi.

Ini anak bener-bener pengen kena bogem mentah ya kayaknya?

"Kalau bukan lu kakak dari (Name), udah gua tabok dari tadi mulut lu," batin Blane menatap Azuya jengkel.

"Azuya Surya..." tegur (Name) lembut sambil menyebut nama Azuya secara lengkap.

Azuya yang mendengar namanya disebut oleh sang adik lantas menghela napas dan mengangguk, "Iya deh iya, maaf."

(Name) yang mendengar itu seketika tersenyum. Sampai akhirnya mata hitam jernihnya melihat diantara keduanya seperti ada yang kurang, "Lho, Huda sama Eben kemana?"

Blane yang mendengar salah satu nama itu keluar dari bibir mungil (Name), sontak sorot matanya menatap tak suka dengan apa yang (Name) tanyakan, "Masih harus ngurusin kerjaan yang belum kelar," jawab Roman pelan.

"Betul. Makanya gak bisa dateng buat jenguk. Yah, lagipun, salah siapa yang gak ngerjain tugasnya-"

"Azuya Surya..."

"... Maaf."

"Muka lu masam banget. Kenapa?" tanya Roman menyadari raut Blane sangat tidak bersahabat. Tidak, maksud Roman tuh, walau Blane dan Azuya sering adu congor, tidak pernah tuh sampai memasang raut wajah seperti itu.

"Tau ya," jawab Blane ketus.

(Name) yang menyadari sesuatu pun menepuk keningnya. Ia baru ingat, "Blane..." panggil (Name) lembut, "Soal Huda ya?"

Seketika Roman dan Azuya terdiam. Masih kurang paham dengan situasi dingin yang terjadi, "Menurut lu aja."

Tuh kan, ngomongnya langsung gua-lu bukan aku-kamu. (Name) menghela napasnya sabar, "Blane, hubungan aku sama Huda udah sebatas teman. Gak lebih," jelas (Name).

"Terus kenapa nanyain?" sebelah alis terangkat. Apakah Blane cemburu?

"Kamu cemburu ya-"

"NGGA! GUA GAK CEMBURU!" protes Blane dengan rona merah tipis di pipi sebelah kiri.

"Nye, ngomong mah cemburu-"

"Azuya diam dulu," sela (Name) memejamkan matanya menahan emosi, "Gini ya Mas Blane, aku nanyain Huda sama Eben karna, ya, kalian 'kan Anicraft 'kan? Kalau ada dari kalian gak ada kayak... Aneh aja gitu."

Blane menatap wajah pacarnya yang kerap kali membuatnya berdecak kagum. Benar, (Name) yang indah ini dulunya bukan miliknya.

"Soal hubungan aku sama Huda itu semua udah selesai. Itu semua cerita lama dan udah aku tutup tanpa berniatan buat diungkit atau diperpanjang lagi,"

"Aku udah punya kamu. Sekarang di cerita kehidupanku hanya ada aku sama kamu. Gak ada yang lain. Sampai sini paham ya, sayang?" Telunjuknya yang cantik menyentuh ujung hidung Blane gemas.

Ah, perlakuan (Name) yang manis inilah yang membuat Blane juga semakin menyukainya. Gadis manis dan lembut serta penyayang juga perhatian. Betapa beruntungnya Blane yang dapat jatuh hati pada perwujudan bak dewi Aprodhite dari kisah Mitologi Yunani Kuno.

Senyumnya yang manis itu bagaikan candu. Ingin terus di lihat walau dari kejauhan sekalipun. Ah, Blane benar-benar menyukainya. Semuanya.

"Kamu cantik."

"Jelaslah, liat dulu siapa abangnya!" dan dengan cepat tongkatnya di lemparkan ke arah Azuya namun malah ke arah dinding di belakang Azuya, "LU ADA NIATAN MAU BUNUH GUA YA?!"

"(Name) peluk," pinta Blane tanpa menghiraukan Azuya yang berteriak padanya.

"Lho tumben?" tanya (Name) heran.

"Emangnya gak boleh?" balik Tanya Blane.

(Name) terkekeh dan memajukan badan lalu merentangkan kedua tangannya, "Ayo sini."

Dengan segera Blane memeluk (Name). Bahkan pipi keduanya sampai bertemu. Atau lebih tepatnya Blane yang mendusel ke pipi (Name).

"Aduh, gua pulang aja deh kalau tau bakal begini," ucap Roman menatap sepasang insan yang saling bermesraan, "Yuk, udah yuk udah, kita pulang ya, oh iya itu jeruknya di atas nakas. Have fun guys!"

Roman dengan segera menyeret Azuya yang memberontak. Hingga akhirnya menyisakan mereka berdua lagi.

Rasa-rasanya Blane ingin mengurung (Name) di rumahnya saja. Agar sosoknya yang indah ini hanya dapat dilihat oleh dirinya seorang.

"Cepet sembuh ya," ucap (Name) tulus dan mengeratkan pelukannya.

Blane yang mendengar itu menatap wajah (Name) yang sudah merona. Ya ampun, begitu menggemaskannya, "Aku bakalan berjuang buat kamu-"

"Buat kamu sendiri dong. 'Kan kamu yang lagi sakit," sela (Name) sambil menunjukkan senyuman tulus.

"Iya siihh..." (Name) terkikik geli dan memainkan helaian rambut hitam milik Blane yang lebat.

Pada akhirnya disaat diluar sana hujan, keduanya dapat menghangatkan diri dengan saling berpelukan seharian dan berbincang dari hati ke hati.

"Aku cuman berharap bisa terus seperti ini..." gumam Blane dimana membuat salah satu dari mereka yang tengah menahan sebuah rasa yang bergejolak di dada.

Rasanya entah kenapa, tidak mengenakkan.

Suara dengkuran halus terdengar oleh indera pendengaran. Membuat mata hitamnya menatap wajah yang sedang menyelami alam mimpi dengan damai. (Name) menatap dengan wajah yang sulit diartikan.

"Aku harap begitu, Blane..." Jemarinya mengelus sisian wajah yang ia sayangi.

Sadar dengan apa yang dirinya lakukan, (Name) menarik jemari tangan yang asik mengelus wajah Blane dan dengan segera beranjak keluar dari kamar pasien. Sebelum keluar, ia mendekatkan wajahnya dan mencium kening Blane sembari berbisik lembut, "Aku mencintaimu."

"Tapi..."

(Name) berjalan menuju lift tetapi berhenti ketika sesosok kakak laki-lakinya berdiri di hadapannya sekarang, "Udah 'kan?"

(Name) mengangguk lemah. Membuat Azuya merasa kasihan pada adik perempuannya, "'Kan udah Abang bilangin dari jauh-jauh hari, kamu yakin atau nggak? Kamu jawabannya yakin. Sekarang pas mau pergi malah ragu-ragu."

(Name) mengalihkan pandangan, "Karna awalnya aku pikir perasaan aku ke dia gak bakal sebesar ini..."

"Lebih besar daripada untuk Huda?" mendengar itu (Name) menunduk, "Dek, Abang tau kalau ada di posisi kamu. Cuman untuk saat ini, pilihlah menurut kamu mana yang baik untuk kamu."

"Aku tau, aku sayang Huda tapi gak lebih dari seorang teman. Bahkan pas pacaran dulu pun perasaan aku ke dia begitu."

"Pas kami putus pun yang canggung cuman dia doang," mengingat itu membuat (Name) tertawa geli.

"Sampai aku akhirnya bertemu sama Blane. Semuanya berubah..."

Azuya mengangkat sebelah alisnya, "Jadi, siapa yang kamu pilih?" Azuya menatap lekat adiknya, "Lebih mempertahankan yang sekarang atau..."

"Kembali ke masa lalu?"

"... Aku tidak bisa."

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top