⩨ . I Wish I Died First ❄️ᵎ 𓂃✧

"Kazuha telah meninggal."

Ketika kalimat tersebut diucapkan, tubuh gadis itu membeku seketika. Rasanya seperti baru kemarin mereka menghabiskan waktu bersama. Namun, kini di saat tiga kata itu dilontarkan dengan lantang, untuk pertama kalinya Wina menolak untuk percaya.

Tak peduli jika dirinya dikatakan denial atau hal serupa lainnya. Tetapi, untuk sesaat ia meragukan semua panca indranya. Terlebih kedua telinga miliknya. Benda itu seperti tak berfungsi dengan baik. Namun, rasa sakit di dadanya serta merta dengan air mata yang mengalir memang tak dapat mendustai siapapun.

────────────

'I Wish I Died First'

Kaedehara Kazuha x Wina

"If you die first, I might end my life as well."

⌨ ⋮ Genshin Impact © Hoyoverse

✎ ⋮ A yume by BadassMochi

────────────

Siang ini, untuk pertama kalinya Wina menikmati makan siang di kampus tanpa keberadaan Kazuha. Padahal biasanya kekasihnya itulah yang akan menunggunya di luar kelas lebih dahulu dengan senyuman manis di paras tampannya. Wina yakin, Tuhan sedang bahagia ketika Ia menciptakan seorang Kaedehara Kazuha.

Mereka akan berjalan bersama menuju food court. Lalu, Kazuha meminta tolong Wina untuk mencari tempat duduk. Sementara dirinya akan mengantre di antara puluhan mahasiswa yang sedang menunggu giliran mereka. Hal kecil yang sederhana, namun bahagianya tak terbatas.

Tetapi, kini hal itu hanyalah sebatas kenangan belaka. Semuanya akan berubah menjadi memori yang tak memiliki bentuk fisik di dalam kepala Wina. Secuil memori bahagia yang kebenarannya itu masih dipertanyakan oleh dirinya sendiri.

Apakah memang benar-benar terjadi? Atau semua ini hanya khayalan Wina semata? Yang tak berdasar dan hanya memiliki halunya sebagai landasan? Tetapi, tidak mungkin. Selama tiga tahun ini, selama Wina bersama dengan Kazuha, di tiap detik yang mereka habiskan, tak ada satu pun saat di mana dirinya meragukan kebahagiaan itu. Kebahagiaan yang hanya bisa Wina rasakan di saat Kazuha masih ada.

Lalu, untuk pertama kalinya, Wina menangis dalam diam di tengah ramainya food court. Menangisi keberadaan sosok yang menjadi pertama sekaligus terakhirnya.

***

"Cheer up, Win."

Ah, sebuah kata "semangat". Sepetik kata yang dulunya memiliki ribuan makna kini terdengar sangat hampa. Seperti dirinya sendiri.

"Terima kasih, Heizou," sahut Wina pelan. Ia tak tahu harus merespon denga kata apa lagi selain berterima kasih.

Di hadapannya, si lawan bicara tersenyum tipis. Wina tahu, Heizou juga merupakan teman akrab Kazuha. Mereka sangat dekat, seperti bersaudara. Dan Wina juga tahu, kalau kepergian Kazuha yang memang tak disangka itu pun telah memberi dampak yang luar biasa pada Heizou. Senyumannya tadi memang senyuman yang mencapai mata. Tetapi, lingkaran hitam samar di bawah matanya itu menjelaskan semuanya.

"Kazuha meninggalkan kita di musim gugur tahun ini. Sepertinya tahun ini akan menjadi tahun yang paling menyedihkan, ya?" gumam Heizou. Ia menatap angkasa. Seolah-olah dirinya tahu bahwa Kazuha tengah menatap dari sana.

Volume suaranya yang tak terlalu kecil, juga tak terlalu besar itu disisipkan perasa lirih dan lara. Telinga Wina mendengarnya dengan jelas. Sekali lagi, ia ingin membiarkan air matanya mengalir.

Wina tak merespon apapun. Meskipun demikian, Heizou membiarkannya. Ia tahu, gadis itu masih butuh waktu. Bahkan porsi waktu yang lebih banyak daripada dirinya.

"Kazuha sakit. Tetapi, seharusnya ia memberitahu kita, bukan malah menyembunyikannya 'kan? Setidaknya, setidaknya biarkan kepergian dirinya itu tidak terjadi secara tiba-tiba. Paling tidak, biarkan aku menyiapkan diri..." Ucapan itu tak dapat Wina lanjutkan. Ia menutup mulutnya dengan tangan. Kali ini tangisnya dibiarkan berkumandang dengan lantang. Sementara Heizou membisu. Kata-katanya tersedak di dalam kerongkongan.

Cukup lama mereka diam. Angin musim gugur meniup setumpuk daun coklat kemerahan. Membawanya pergi dengan tiba-tiba. Seperti apa yang dilakukan oleh Kazuha pada mereka berdua.

"Kau tahu apa sakit yang diderita Kazuha?" tanya Wina tiba-tiba. Membuat Heizou menoleh padanya. Ia mengernyit, memberitahu bahwa dirinya tidak tahu apa jawaban dari pertanyaan Wina.

Selama empat hari belakangan ini, Heizou sibuk berkabung. Ia menangisi kepergian Kazuha. Yang bahkan membuatnya tak ingat untuk menanyakan sakit apa yang diderita oleh sahabatnya itu hingga merenggut nyawanya.

Kali ini gadis itu yang menghela napas. Seolah-olah ucapan Wina selanjutnya itu akan menjadi titik di mana semuanya akan berubah. Tidak akan menjadi sama seperti sebelumnya.

"Hanahaki disease."

Sekarang, biarkanlah langit yang bersaksi. Menjadi saksi bisu di antara dua insan yang tengah berada di dalam biru.

***

Wina memang mencintai Kazuha, tetapi Kazuha menaruh hatinya untuk gadis lain.

Itulah kesimpulan kisah mereka. Selama ini tak ada yang tahu bagaimana cerita yang sebenarnya terjadi di antara Wina dan Kazuha, serta merta dengan seorang gadis lain. Gadis beruntung yang bisa dicintai oleh Kazuha. Jikalau Wina-lah yang berada di posisi gadis itu, yang dicintai Kazuha hingga ia memilih membiarkan nyawanya sendiri terenggut, Wina tak akan menyia-nyiakannya. Takkan sedetik pun.

Sayang, Wina bukanlah gadis beruntung itu. Ia hanyalah si upik abu yang mendambakan cinta dari seorang Kaedehara Kazuha. Tetapi, sepatu kaca tak dimiliki olehnya. Hanya ada sepasang sneakers putih kesayangannya saja. Sebab demikian, ibu peri pun tak ada untuk menolongnya. Oleh karena itu, Wina memutuskan untuk membantu Kazuha.

Bantuan yang ternyata menjadi sebuah bencana. Wina malah semakin jatuh cinta pada Kazuha, sementara lelaki itu jatuh dalam jurang keputusasaannya. Dengan menjadi kekasihnya untuk beberapa saat, ia harap Kazuha bisa berbalik hati padanya. Namun, cinta itu buta dan tak bisa dipaksakan.

Hingga pada akhirnya, bantuan itu hanyalah dalih dari keinginan egois milik Wina. Ia tak bisa mengungkapkan perasaannya pada Kazuha secara langsung. Entah Kazuha menyadarinya atau tidak. Semoga saja tidak.

Lalu, semuanya berakhir dengan ego masing-masing. Baik Wina maupun Kazuha keduanya tak mampu mengungkapkan perasaan yang mengganjal di dalam dada. Gadis itu menguburnya rapat-rapat sebab tak ada keberanian pada dirinya. Sementara Kazuha memilih untuk membawanya hingga akhir hayatnya. Sungguh ironis.

Angin musim gugur yang berhembus kembali menyadarkan Wina bahwa dirinya masih berada di luar rumah. Ia pun menengadah ke angkasa. Ah, apa yang sedang Kazuha lakukan di atas sana? Apakah ia tengah menangis karena tak bisa mengungkapkan perasaannya pada gadis pilihannya itu? Atau justru marah atas keegoisan Wina?

Yang manapun itu jawabannya, keduanya tidak baik. Tetapi, jika boleh memilih, maka Wina akan merasa lebih tenang jika Kazuha marah pada dirinya. Sebab tangis lelaki itu akan menjadi pisau yang menyayat hatinya perlahan.

***

Sebentar lagi musim dingin akan tiba. Namun, kepergian Kazuha di bulan Oktober ini telah membuat musim dingin datang lebih cepat. Perasaan Wina yang tidak tersampaikan pada Kazuha menjadi tumpukan salju yang tak akan pernah mencair. Tangis yang ia tumpahkan pun akan menjadi hujan salju yang tak bisa mereda.

Hanya satu yang tersisa; musim dingin miliknya itulah yang telah tiada.

Fin.

Kalau aku ngetik cerita di h-beberapa jam, itu artinya ada yang koid. Tolong dicatat🗿

Jujur, aku ikut sedih pas ngetik ini. Kek, membayangkannya itu yang gak bisa dibayangkan (ngerti kan-) :")

Terima kasih kepada para admin lainnya yang telah memberikan waktu lebih untukku dan member yang belum menyelesaikan perihal event ini. Sumpah, terima kasih banget😞💖

Segitu dulu aja ehe. Kabarnya Kazuha rerun di patch 4.5. Tolonglah hoyo, primoku belum siap😁💀

I luv ya!
Wina🌻

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top