⩨ . Hot Chocolate ❄️ᵎ 𓂃✧
Kim Dokja × Ashra Stroniune
Reader's Viewpoints © SingNSong
Oneshot © -ayrraya
Snow Event © Halu_Project
***
"Kak, katanya malam ini badai salju."
Bertepatan dengan Kim Dokja yang ingin meletakkan kacamata bacanya di atas meja, suara lembut Ashra— kekasihnya, membuatnya segera alihkan pandangan. Ia letakkan laptop setelah menyimpan file kerjanya di sana, lalu meregangkan tubuh sembari mengangguk menanggapi ucapan kekasihnya.
"Iya."
"Anak-anak gimana?"
Dokja mengerjap pelan dan kembali menoleh pada Ashra, "Lho, mereka belum pulang?"
Dahi gadis itu sontak mengernyit, "Mereka, 'kan, ada kelas tambahan. Mereka bilang tadi pagi, makanya belum pulang," celotehnya sembari berkacak pinggang.
Lelaki itu menghela napas dan mengusap tengkuknya dengan tangan kanan, "Maaf, tadi pagi aku gak fokus dengerin mereka."
"Dan gak ngerasa hari udah sore," cibir sang gadis menyahuti Dokja.
Dokja tersenyum kecil, "Iya, aku minta maaf." Ia terkekeh pelan lalu melirik arloji di pergelangan tangannya.
"Kita minta tolong Ibu buat jemput mereka."
Ashra menghela napasnya, "Gak apa itu?"
"Gak apa. Lagian sekolah anak-anak lebih dekat sama blok Ibu dibanding kita, kamu mau kejebak badai?"
Sontak gadis itu menggeleng, dan lantas menghempaskan tubuhnya ke sofa di samping Dokja. Hingga sang lelaki segera mengusap kepalanya lembut.
"Sepi banget jadinya."
"Gak sepi kalo kita buat satu."
Wajah Ashra merona tipis mendengar ucapan kekasihnya, dahinya mengernyit kesal dan mencubit perut kotak milik Dokja. Merasakan roti yang ia pegang, gadis itu semakin merona dan berakhir memeluk pinggang ramping sang kekasih, sembari menyembunyikan wajahnya di perut Dokja.
Rasanya Ashra ingin menghilang.
Dokja tertawa melihat tingkah gadisnya, ia menyeringai jahil dan memainkan rambut hitam ikal Ashra lalu berbisik, "Dingin gini enaknya apa, sayang?"
"DOKJA, UDAH IH!!"
Lelaki itu menyemburkan kembali tawa sambil memeluk kepala Ashra dengan lembut, "Maaf, tapi bener, 'kan?" godanya.
"IH!"
"Aduh, aduh. Ganas banget, baru aku godain gini. Gimana kalo di ranj–"
"KIM DOKJAA!"
***
"Iya, sayang?"
Tatapan Ashra mendatar dan mengacungkan jari tengahnya pada Dokja, lantas sang lelaki menurunkan tangan nakal itu dengan tatapan tajam. Membuat Ashra sontak cekikikan dan berbalik kabur.
Namun sebelum itu, Dokja sudah menggapai pergelangan tangan gadisnya dan menarik Ashra ke dalam dekapan. Tangannya melingkar di pinggang sang gadis, dan dagunya bertumpu di atas kepala gadisnya, membiarkan Ashra menyembunyikan wajahnya di dadanya.
"Kenapa tiba-tiba meluk?"
"Gak boleh?"
Ashra tersenyum sumringah, membalas pelukan hangat Dokja dengan lembut, lantas menduselkan wajahnya di dada sang lelaki dengan cekikikan geli, "Boleh banget malah," ujarnya centil.
Dokja menggigit pipi bagian dalamnya dengan kedutan di bibir menahan senyum, lalu mencium lembut pucuk kepala gadisnya sembari membelai pinggang Ashra.
"Lucu banget gadisku."
"Kacanya ada kok, Kak."
Lelaki itu tertawa geli, menundukkan kepala menatap netra biru laut yang mengarah tepat padanya, "Aku bicara jujur."
"Aku lebih jujur."
Tak tahan, ia segera menghujani wajah kecil itu dengan kecupan manis, di dahi, pipi kanan, pipi kiri, hidung dan terakhir bibir. Hanya kecupan lama di bibir, lalu menyatukan dahi mereka berdua.
"Aku gak sabar buat nikahin kamu, Ra."
Ashra menahan senyum, "Tinggal hitungan hari lagi, Kak," ujarnya lembut, "Abis itu, kamu bebas karena kamu udah jadi su-a-mi a-ku~!" Nada bicaranya berubah menjadi nada jahil dengan menaikturunkan alisnya.
Dengan seringai, tangan besar Dokja menelusup masuk di balik sweater putih Ashra, membelai punggung gadisnya yang masih terlapisi kaos, Ashra dibuat salah tingkah karenanya.
"K-Kak," peringatnya.
"Sshh ... cuma belai, gak jauh." Dokja terkekeh dan mengusap kepala belakang Ashra hingga mencium lagi pucuk kepalanya, "Aku gak senekat itu, sayang," celetuknya dengan senyum jahil.
Ashra mendecak dengan kedua belah pipi yang merona, "Tsk." Ia menenggelamkan wajahnya lagi ke dada Dokja, lalu beberapa saat kemudian kembali mendongak menatap lelakinya, "Who am I?"
"My brightest star. The prettiest, My Ashra," jawab Dokja enteng dengan senyum lembut.
Sontak, Ashra merona hebat dan dengan cepat kembali menyembunyikan wajahnya, "Curang ...."
Lelaki itu tertawa, "Aku gak curang, aku memang selalu menang."
"Gak, kamu juga kalah."
Dokja melepaskan satu tangannya dari pinggang Ashra dan memegangi wajah gadisnya, membuat Ashra untuk kembali menatapnya.
"Aku kalah dalam apa?"
Dahi Ashra mengernyit, nampak kesal karena wajahnya terasa semakin panas, "Kamu kalah, kamu jatuh ke aku!" Ia lantas mendengus bangga.
Hingga, kecupan di bibir didapat Ashra dari Dokja, membuatnya cengo, "Yes. I fell for you, and you made me fell deeper." Lelaki itu menyeringai dan mencium pipi gadisnya, "Babe, I never, ever forget how my heart feels around you, for the first time. I never forget how you make me feel, that you make me feel alive." Dokja berbisik lembut.
Ashra menggigit bibir bawahnya menahan rasa ingin sekali berteriak girang, hingga ibu jari Dokja mengusap bibirnya sehingga ia melepaskan gigitan itu dan kembali salah tingkah.
"U-Uhm, gimana kamu bedain aku sama bintang yang lain? 'Kan, banyak yang paling terang selain aku," sanggahnya, jujur saja hanya sekedar guna mengalihkan atensi Dokja dari rona di wajahnya, hanya saja pertanyaannya malah membuat sang lelaki semakin menyeringai lebar.
"Easy." Dokja menyeringai lebar dan mengusapkan ujung hidungnya dan hidung mungil Ashra, "You're the brightest star in my eyes." Ditatapnya sang gadis dengan penuh sayang yang hangat, "There will never be a star in the world brighter than you. As long as I'm with you ..."
Dibelainya pipi gadisnya dengan lembut, serta diukirnya senyum lembut nan tulus yang hanya ia berikan pada sang gadis di hadapannya ini, "... There will never be a star in my eyes that can be as bright as you, My Ashra."
Ibu jari Dokja kini kembali ke bibir sang gadis, ia menyeringai jahil, "Can I have my kiss, again?"
Pssshh! Wajah Ashra semerah tomat sehabis Dokja menanyakan hal itu, "K-Kiss me if you want," bisiknya dengan bergetar lantaran gugup.
Dokja terkekeh kecil dengan rona tipis di pipinya, lantas ia dekatkan wajahnya pada Ashra memberikan bibir gadisnya ciuman lembut. Singkat, namun ciuman itu terasa manis.
"Ashra."
"Mmhm?"
"Bibirku cuma buat kamu, dan buat cium sayang anak-anak kita."
"!!" Wajah Ashra tak dapat dihitung lagi seberapa merahnya, "KENAPA TIBA-TIBA–?!!"
Dokja tersenyum tipis dan mencium singkat lagi bibir Ashra, "I only you for myself. As for you, I'll always give you special attention."
Ia mendekatkan bibirnya di telinga gadisnya lalu berbisik dengan suara dalamnya, "No other woman will have me. And no one else can touch me except you, My Ashra." Ditiupnya lembut daun telinga sang gadis.
"Only you."
Dan begitulah bagaimana Ashra menjadi jeli di sore itu.
***
Kini Ashra tengah duduk di sofa ruang keluarga, dengan Dokja yang berbaring di pahanya. Gadis itu sedang menghubungi Gilyoung dan Yoosung yang sedang berada di rumah calon mertuanya, Sookyung. Ia menanyakan beberapa hal kecil, seperti apakah mereka sudah makan, apa pakaian mereka cukup tebal untuk badai pertama tahun ini, dan sebagainya. Terlebih di liar sudah badai salju dan suasana di luar pastinya sangat dingin, juga berbahaya.
Seusainya Ashra menghela napas lega dan mengakhiri sambungan dengan suara lembut, "Jangan ngerepotin Nenek, ya, sayang. Besok kami jemput, okay, sweetheart?"
"Iya, Mama!"
Mendengar respon kompak itu, Ashra terkikik lantas mematikan telepon dan meletakkan ponselnya di atas nakas. Begitu melihat gadisnya selesai, Dokja segera meraih tangan kanan sang gadis guna membelai kepalanya, tentu disanggupi Ashra dengan senang hati. Hehehe, lagipula rambut Dokja lembut banget.
"Kita berdua, lho."
Ashra mengangguk mengiyakan, tanpa pikir panjang akan topik yang dibahas Dokja, "Mmhm, iya. Kenapa?"
Seringai Dokja timbul perlahan, ia meraih tengkuk sang gadis, membuat Ashra melebarkan matanya tatkala sang lelaki menariknya ke dalam ciuman singkat.
"DOKJA! IH," kesalnya lantaran kaget, kedua belah pipinya merona, "Cium, cium mulu kamu, dari tadi sore!!"
Lelaki itu terkekeh, meletakkan tangan Ashra pada bibirnya dan menjilat nakal telapak tangan gadisnya, "Bukannya kamu bilang, 'kiss me if you want', sayang?"
Wajah Ashra semakin memerah karenanya, "T-Tapi, 'kan, kamu dadakan banget!!"
"Oh, jadi ayo. Gak dadakan, 'kan?" Dokja tersenyum miring, "Ayo ciuman!" Ia bahkan sudah duduk dari posisi berbaringnya, dan duduk di samping Ashra sembari menarik pinggang gadisnya, guna mendekat lebih padanya.
Ashra mendongak dengan dahi mengernyit kesal dan wajah yang merah pekat, "Ngajak ciumannya kayak ngajak main ...."
"Iya, main lidah, sayang."
"KAREPMU, MAS!!"
Dokja tertawa mendengar umpatan gadisnya, kedua tangannya dengan mudah mengangkat Ashra ke pangkuannya, membuat Ashra tak perlu lagi mendongak, dengan wajah mereka yang saling berdekatan.
"Kalo di Indonesia, kayak gini udah jadi bahan omongan."
Kekehan lembut sang lelaki terdengar, "Tapi, ini dimana, hm? Lagian, bentar lagi kita official," goda Dokja sembari belai pinggang Ashra.
Dipukul Ashra dada lelaki itu, tak sakit, namun Dokja pura-pura merintih sakit guna memuaskan reaksi gadisnya. Tahu sekali Dokja, jika Attack gadisnya itu 100%, namun Damage-nya 0%.
Bibir Ashra mengerucut kesal, dahinya mengernyit tipis, "Ya udah, kiss me."
Dengan senang hati Dokja sanggupi, "Sure, my lady." Ditariknya lembut tengkuk gadisnya, membelainya yang buat Ashra merinding, dengan bibirnya yang tanpa ragu mulai mengecup bibir manis kesukaannya.
Lalu, dipindahkan kedua tangan Ashra guna mengalung di lehernya. Bibirnya mulai mengecap bibir manis itu dan memiringkan wajahnya, Dokja perlahan menjilati bibir Ashra guna meminta akses masuk. Dan begitu mendapatkannya, dengan seringai lidahnya masuk mengabsen setiap inchi dari mulut gadisnya. Disesapnya lidah sang gadis dengan lapar, membuat Ashra merintih dan eratkan alungan kedua tangannya pada leher sang lelaki.
Dokja tersenyum tipis di sela ciuman mereka, sebelah tangannya membelai pinggang hingga tulang selangka gadisnya, lainnya mengusap lembut tengkuk Ashra. Ia sebisa mungkin menahan diri guna mengimbangi Ashra, supaya gadisnya tak cepat kehabisan napas.
Hingga beberapa saat kemudian, Ashra menepuk-nepuk pelan dadanya menandakan bila ia kehabisan napas. Dan segera Dokja lepaskan tautan mereka, dan sedikit menjauhkan wajahnya. Menatap wajah memerah Ashra yang terengah-engah di pangkuannya, juga miliki bibir sedikit bengkak karena isapannya. Senyumnya terbit dan mengecup berkali-kali bibir gadisnya itu, buat Ashra terkikik sembari coba atur napasnya.
"Manis, as always."
Ashra tersenyum malu, ia memeluk leher Dokja dan menyembunyikan wajahnya di cekuk leher sang lelaki, membiarkan Dokja memeluk posesif pinggangnya.
"Kayak makan cokelat."
"I-ITU KEJAUHAN!!"
— END.
AHAVXJBEJDBWJDBD APA INI, AKU GAK KUAT OWBSJWBS *DED IN PIS
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top