Tiga

-

Jawaban
yang diberikan Dongpyo mengejutkan Eunsang. Padahal Eunsang berencana akan memakai alasan bercanda jika ditolak. Ia sudah berekspetasi negatif.

Tapi,

Dongpyo menerima.

Kenyataannya positif.

"Memangnya kamu punya rencana apa?"

Eunsang menyingkirkan bolpoin di tangannya dari kertas yang berisi genangan tinta hitam, ia memutar-mutarkan bolpoin dengan jemarinya. Tatapan mata berusaha difokuskan pada Dongpyo.

Beberapa detik penuh keheningan karena Eunsang sedang menyiapkan hatinya untuk mengucapkan rencana yang ia pikirkan untuk membantu Dongpyo dalam menghilangkan rumor tersebut.

Akhirnya Eunsang membuka mulutnya,

"Kita pacaran."

Dongpyo langsung loncat dari kursinya, kursi yang ia duduki termundur, kini Dongpyo dalam posisi berdiri. Mulutnya terbuka lebar tanpa mengeluarkan suara, matanya membulat terkejut.

Perhatian orang-orang di kelas terpaku sebentar pada Eunsang dan Dongpyo, kebingungan karena pemuda manis itu tiba-tiba meloncat.

Eunsang tidak kaget karena rencana ini gila dan penuh resiko, pasti dia menolak sekarang.

"Tutup mulutmu nanti lalatnya masuk-"

"Ha-Hari ini tanggal berapa?"

"Tanggal 4 Agustus."

Dongpyo menutup mulutnya rapat, ia lalu kembali duduk manis. Tangan sigap menekan tombol-tombol di keyboard ponselnya. Ia melirik Eunsang sebentar dengan mata yang masih membulat dan terlihat sedikit gemetaran, lalu ia lanjut mengetikkan sesuatu.

Eunsang menopang dagunya, memperhatikan seraya menunggu konfirmasi dari Dongpyo yang masih sibuk dengan ponsel yang dilindungi case berstiker lucu.

Matanya kembali fokus pada raut wajah Dongpyo yang sangat serius, keringat bercucuran di wajahnya, seperti orang gugup.

"E-Eunsang!"

Dongpyo menyerahkan ponselnya.

Tertulis disana,

Singkatan nama Lee Eunsang yaitu l.e.s beserta tanggal 4 Agustus yang ia tulis sebagai 04.08 di status profile sosial medianya.

"Mulai hari ini kita pacaran!"

Eunsang melongo tidak percaya, nyawanya secara perlahan keluar dari tubuh jangkungnya seperti nyawa Dongpyo ketika jam fisika. Bahasa alien mulai memenuhi pikirannya,

Priki? Priki? Pogi?? Puti puti? Priki?

"Aku bilang ke Yohan hyung kalau hari ini tidak perlu menjemputku!" Dongpyo menarik kembali ponselnya, menggeserkan jari telunjuknya ke atas, mencari ruang obrolannya dengan Yohan, lalu ia tunjukkan pada Eunsang.

"Lihat?"

Dongpyo meletakkan ponselnya di atas meja, ia menunjukkan balon obrolannya yang mengatakan bahwa Dongpyo tidak perlu dijemput Yohan.

Ia menutup obrolan bagian atasnya dengan Yohan menggunakan tangannya yang lain,
Dongpyo hanya memperlihatkan bagian balon obrolan tentang dirinya yang mengatakan kalau ia tidak usah dijemput hari ini. Dongpyo tidak ingin obrolan sebelumnya dengan Yohan terbaca.

"Oh dia baca, Yohan hyung sedang mengetik!"

Dongpyo kembali fokus pada ponselnya, menunggu balasan dari Yohan.

Si manis masih tidak sadar bahwa nyawa Eunsang telah dipastikan melayang dan sedikit lagi sampai di ruang angkasa. Kode nuklir serta bahasa alien sudah memenuhi pikiran Eunsang, kewarasannya mulai hilang.

"Eh, Yohan hyung bilang tidak boleh."

Eunsang masih diam, nyawanya sekarang sedang menari-nari di dimensi lain.

"Oh iya kemarin kita berantem! Terus dia belum minta maaf dan memberiku seplastik cemilan," ucap Dongpyo berbicara sendiri sambil mengetik, "Aku jadikan itu ancaman deh, kalau nggak membiarkan aku pulang bersamamu serta nggak membawa seplastik cemilan ke rumah, aku tidak akan memaafkannya!"

Dongpyo mengangkat pandangannya ke arah Eunsang.

"Hei, Eunsang? Kenapa melamun??" Dongpyo mengibas-ngibaskan tangannya di depan Eunsang, "Halo kepada Lee Eunsang??"

Eunsang menggaruk, mengacak rambutnya,

"Priki?"

Lalu menampar dirinya sendiri agar segera sadar bahwa ini bukan mimpi. Membuat Dongpyo menatapnya bingung.

Meski nyawa Eunsang masih berpesta di dimensi lain dan tubuhnya membeku, tangannya masih asik memutar-mutar bolpoin.

• × •

Malam yang cerah, Dongpyo membawa satu novel dan teko beserta gelas berisi teh ke teras rumahnya. Ia menghidupkan lampu teras, lalu ia menekukkan kakinya,

Indahnya malam ini, udaranya juga sejuk... Lalu besok tidak ada tugas, hari damai...

"DONGPYOOO!"

Dongpyo yang baru mau duduk bersila di teras rumahnya sambil membaca novel terkejut, tehnya hampir tumpah begitu melihat Yohan melompati pagar rumahnya sambil meneriakkan namanya.

"HYUNG KEMARIN NGELARANG AKU LOMPAT PAGAR RUMAH TAPI SEKARANG KOK MALAH NGELOMPATIN PAGAR RUMAHKU?-"

Yohan mendarat dengan sempurna, lalu ia lanjut berteriak,

"ITU STATUS SOSIAL MEDIAMU-"

"Oh itu, aku pacaran," jawab Dongpyo dengan santai. Ia mengayun-ngayunkan tangan, menyuruh Yohan mendekatinya.

Yohan menurut, dengan lunglai, ia mengangkat kaki untuk melangkah mendekati Dongpyo dan duduk di sebelahnya.

"Ini minum teh dulu biar tenang, hyung," ujar Dongpyo sambil menyerahkan gelas miliknya sendiri. Untunglah tetangga lain tidak ada yang tiba-tiba datang dan memarahi mereka karena berisik.

Yohan yang dehidrasi karena menangisi status sosial media Dongpyo sejak dua jam lalu langsung meneguk teh yang ditawarkan teman sejak kecilnya itu. Ia menahan matanya dari menangis lagi, jangan sampai Dongpyo melihatnya berurai air mata.

Pyopyo nggak boleh lihat wajah jelekku saat menangis.

"Pyopyo... Kamu beneran punya pacar?"

Dongpyo mengangguk mantap dan anggukan itu bagai panah serta pisau yang langsung menusuk dada Yohan bertubi-tubi. Rasanya perih dan menyakitkan, ingin rasanya Yohan resign dari dunia sekarang juga.

Teman sejak kecilnya, teman yang selalu ia lindungi dari taman kanak-kanak, sekolah dasar, sekolah menengah pertama sampai sekolah menengah atas sekarang ini telah menjadi milik seseorang.

Dan seseorang itu bukan dirinya,

Berat rasanya menerima kenyataan pahit seperti ini.

"Lalu rumornya bagaimana?"

Harapan terakhir Yohan untuk berpindah dari zona teman ke zona pacaran adalah rumor itu. Rumor yang tiba-tiba muncul dan memberi harapan pada Yohan.

Ia pikir rumor itu akan membawa dirinya dan Dongpyo ke hubungan yang spesial, ternyata tidak.

Sekali lagi, Yohan ingin resign dari dunia.

Dongpyo memperbaiki kacamata bulatnya, mengambil gelas yang isinya telah kosong karena tadi habis diminum Yohan, lalu meletakkan gelas tersebut di sebelah kaki bagian atasnya.

"Sebenarnya aku pacaran untuk menghapus rumor itu, hyung!" seru Dongpyo ceria, ia senang ia bisa menghapus rumor itu dengan damai. Meski ia tetap ingin menggunakan Yohan untuk hiyaat! Phew phew! Pelaku penyebar rumor.

Mata Yohan berekedip-kedip, yang dari tadi tidak melirik Dongpyo sekarang melirik Dongpyo.

Dongpyo menuang teh ke dalam gelasnya,

"Aku nggak pacaran beneran dengannya, hanya untuk menghapus rumor. Hanya hubungan palsu begitu."

Si manis meminum tehnya, lalu menghembuskan napas menikmati kehangatan yang ia dapat dari teh tadi.

Mata Yohan mulai berbinar-binar seperti bintang yang berkedip di lautan biru gelap sebuah malam.

Dongpyo tidak benar-benar pacaran, berarti Yohan masih punya kesempatan, kan?

Iya, kan?

"Pyopyo berarti hanya pacaran untuk menghapus rumor kan? Kalian berdua tau kalau hubungan itu palsu?"

Dongpyo mengangguk, mengiyakan pertanyaan Yohan.

Yohan tersenyum sumringah.

Ternyata sia-sia dia menangisi status Dongpyo tadi. Rupanya hubungan itu hanya untuk menghapus rumor, bukan hubungan asli. Mood Yohan kembali membaik, ia merasa telah disembuhkan dari sakit yang tak kunjung sembuh.

Langit malam yang dihiasi dengan bintang terlihat semakin indah di mata Yohan begitu mengetahui kenyataan yang sebenarnya.

"Oh iya, hyung," panggil Dongpyo sambil berdiri, bangkit dari posisi ia duduk.

Yohan mengangkat kepalanya,

"Ya, Pyo?"

Dongpyo membawa telapak tangannya ke depan wajah Yohan.

"Mana plastik isi cemilanku?"

-
Tbc

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top